40. NONA JUDES

11 0 0
                                    

"Nggak boleh, telpon Rian sekarang!"

"Aku bisa sendiri kok Ma"

Sita menggeleng, tak mau dibantah. Ia menjulurkan tangannya ke hadapan Tasya "kalau kamu gak mau hubungi Rian, sini HP kamu biar mama yang telpon"

"Ih jangan dong ma"

Perempuan dengan daster bunga-bunga itu menghembuskan nafas. "Kenapa? Rian pacar kamu, jadi wajar aja kamu pergi dan pulang dianterin dia"

Jangan tanya dari mana Sita tahu hal itu walaupun Tasya tidak pernah memberitahunya, pasti kabar ini Sita dapati dari Edo.

"Nah itu mama tahu Rian pacar aku, bukan supir aku"

"Pacar sekaligus driver gak pa pa kali" Kata Mamanya santai.

Tasya yang sudah lelah tak diizinkan pergi ke sekolah sendiri pun hanya menghembuskan nafas kesal. Entah mengapa Mamanya protektif begini.
Biasanya ia dibebaskan bila bepergian sendiri. Namun, kali ini ia harus ditemani. Padahal Tasya bisa pergi ke sekolah menggunakan mobilnya tapi karena ia sendiri, Mamanya tidak membolehkan. Naik angkutan umum pun Mamanya melarang keras.

Salahkan ketiga saudaranya juga yang pergi tanpa membangunkannya. Yah, Tasya kesiangan di hari Rian tanding. Ditambah Papanya yang pagi-pagi sudah ke kantor. Kurang apes apalagi dirinya.

Bunyi klakson membuat Tasya yang berada di teras rumah menoleh. Di depan gerbang rumahnya, terlihat Rian yang duduk di atas motornya.

"Nah itu dia!" Seru Sita heboh kemudian mendekati Rian "akhirnya pangeran berkuda hitam datang juga" Lanjutnya setelah dibukakan gerbang oleh satpam. Diikuti Tasya di belakangnya.

Rian yang mendengar itu terkekeh. Segera turun dari motornya dan menyalami tangan Sita. "Berkuda putih kali, ma" Koreksi Tasya. Sita mengibaskan tangannya "bosen kuda putih mulu, lagian putih tuh cepat kotor.
Motor Rian juga warna hitam kan?"

"Astaga kenapa malah bahas kuda?! Cepat berangkat, ntar kalian telat" Suruh Sita menyerahkan helm pada Tasya dan memasangkannya. "Dan telatnya karena Mama"

"Lah salahin Mama, kamu aja yang bangun kesiangan"

"Kita berangkat dulu, Tante" Sita mengangguk, melihat kedua sejoli itu yang sudah duduk di motor Rian. "Hati-hati ya, jaga Tasya baik-baik ya nak dan kamu Tasya jangan pergi sendirian, jangan lupa pegangan sama Rian"

Setelah mendengarkan petuah panjang Sang ibu dan motor sudah melaju meninggalkan rumahnya, Tasya akhirnya bisa bernafas lega. "Kamu kok jemput aku?"

"Emang gak boleh?"

"Bol-"

"Pegangan" Suruh Rian kemudian menancap gas kencang. Tasya segera memeluk pacarnya yang kini dengan lincah melajukan motornya menghindari kemacetan agar mereka tiba di sekolah tepat waktu.

Tasya yang masih menutup matanya tak kunjung bergerak, padahal Rian sudah melepas helmnya karena mereka sudah tiba.

"Sya" Rian menyentuh bahunya. Tasya yang kaget langsung membuka matanya.

"Hm?"

Rian terkekeh, "masih betah peluk aku?" Tasya yang baru sadar segera melepaskan tangannya, turun dari motor lalu membuka helm yang melindungi kepalanya.

"Gak ada yang lihat kita kan?"

"Gak ada, yang lain udah di lapangan semua"

"Syukur deh" Angguk Tasya dengan nafas lega "eh itu artinya kamu sebentar lagi bakal tanding dong?!" Rian mengangguk.

"Yaampun terus kenapa disini, ayo buruan ke lapangan" Seru Tasya malah dirinya yang panik. Sedangkan Rian santai-santai saja. "Astaga belum ganti baju lagi" Dumelnya setelah melihat Rian memakai seragam sekolah.

Nona Judes! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang