38. Jadian

14 0 0
                                    

Gedung pencakar langit di depannya membuat Tasya terdiam melongo. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Lo belum pernah kesini?" Tanya Rian melihat ekspresi Tasya.

"Belum" Tasya menjawab "Kira-kira gue dikasi masuk gak ya?"

"Bilang aja lo anaknya Om Edo"

Alis Rian terangkat saat melihat Tasya menggeleng "mereka pasti gak percaya" Kata Tasya dengan suara lemah

"Selama ini yang publik tahu, bokap gue cuma punya dua anak, bukan salah bonyok sih gue nya aja yang gak mau dikenalin ke publik. Setiap diajak hadir ke acara-acara kantor dan acara sesama pengusaha, gue selalu nolak-"

"Karena lo bakal dipertanyakan. Kenapa lo gak mirip sama Gina Gino atau pun mama papa lo?"

Tasya mengangguk dengan helaan nafas panjang "ya gitu deh." Rian mengelus rambut Tasya lalu menggenggam tangan gadis itu. "Lo gak sendiri, gue aja dulu saat pertama kali ke kantor Papa sama seperti lo, gak dikenal."

"Serius?"

Rian mengangguk "iya, mereka tanya, nama bokap gue siapa. Saat gue kasi tahu tujuan gue kesana buat ketemu bokap. Gue kasi tahu dong, eh resepsionis gak percaya, bahkan ada yang bilang gue halu. Gue yang kesal saat itu pun keluarin kartu pelajar, dan saat lihat nama belakang gue mereka langsung pucet apalagi setelah Papa nyamperin"

"Elo mah enak, ada nama keluarga di nama lo. Lah gue? Pulang aja yuk!" Ajak Tasya sudah pasrah terlebih dahulu. Ia mengayunkan tangan Rian yang belum saja bergerak. "Ayo Ri, pulang"

Rian menggenggam tangan Tasya membuat gadis yang tingginya sampai telinganya  itu mendongak "ikut gue." Seperti dihipnotis, Tasya manut saja. Tak protes sedikit pun.

"Eh sebentar!" Rian menoleh "kenapa?"

"Lo mau ngapain?" Tanya Tasya saat sadar Rian membawanya masuk. "Mau ketemu bokap lo kan?"

Tasya mengangguk "yaudah" Baru saja Rian akan berjalan, tapi Tasya menahan tangannya.

"Apa lagi?" Tasya tersenyum kikuk melihat tatapan Rian "gimana caranya? Asal lo tahu mereka pasti gak percaya kalau lo bilang gue anak Papa"

"Dan gue berencana kasi suprise ke Papa, jadi gue gak bisa hubungi Papa" Jelas Tasya panjang lebar. Rian tersenyum memposisikan wajahnya tepat dihadapan wajah Tasya, menatap kedua bola mata Tasya dalam "percaya aja sama pacar lo ini" Lagi, Tasya hanya bisa diam mengikuti kemana Rian pergi.

"Permisi"

"Ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis menyambut mereka dengan ramah walau terlihat sedikit keheranan mendapati Rian dan Tasya yang bergandengan tangan dengan seragam sekolah masih menempel di tubuh.

"Saya mau ketemu dengan Bapak Edo Febryan, kalau boleh tahu ruangannya dimana ya?"

Tasya hanya diam melihat Rian berbicara dengan formal pada resepsionis. "Udah buat janji dek?"

"Belum, tapi disini saya wakilin ayah saya. Ini soal bisnis, Bu"

Resepsionis tetap tersenyum, walau ia tak percaya dengan ucapan Rian. "Bocah gini ngomong bisnis? Ngarang kali"

"Boleh saya tahu, nama Ayah adek siapa?"

"Andrea Genino" Jawab Rian, membuat resepsionis terkejut. Untuk memperkuat perkataannya, Rian menunjukkan kartu identitasnya untuk memperlihatkan namanya. "Jadi, saya boleh tahu ruangan Pak Edo di mana, bu?" 

"Seandainya nama gue ada nama keluarga di belakangnya, pasti gue gak diragukan lagi gue ini anaknya Papa" Dumel Tasya saat mereka baru memasuki lift.

"Beberapa tahun lagi ada nama keluarga di nama lo" Kening Tasya berkerut, terlihat berpikir keras.

Nona Judes! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang