48. Ngedate terakhir?

15 0 0
                                    

"Penyidik bilang penyebab kecelakaan yang dialami Papa karena Papa mengonsumsi narkoba kan, Om? Anehnya, sepengetahuan aku atau yang lain gak pernah tuh Papa mengonsumsi barang haram itu. Seberat apapun masalahnya, paling mentok Papa bakalan ngerokok"

"Bukannya Papamu udah cukup lama berhenti ngerokok?"

Tasya mengangguk, "iya, tapi aku yakin Papa gak akan sampai mengonsumsi narkoba. Apa Om percaya sama tuduhan itu?"

Pria di samping Tasya mengangguk, ia memang tidak pernah tahu bahwa sahabatnya mengonsumsi obat-obatan. Edo yang ia kenal tidak pernah mencicipi alkohol apalagi untuk mencicipi narkoba. Namun, mengingat masalah yang menghampiri sabahatnya itu akhir-akhir ini, membuat Satria berpikir Edo bisa saja mengonsumsi narkoba untuk menghilangkan sejenak masalah yang dihadapinya.

"Kalau memang Papamu gak pernah mengonsumsi narkoba, lantas kenapa hasil autopsi menunjukkan Papamu positif narkotika? Dan ditemukannya alat hisap, suntikan dan bubuk heroin di mobil dan ruangan Papamu yang menyulitkan kita untuk mengelak Tasya."

Tasya menoleh ke arah Satria yang sedang membagi fokusnya antara menyetir mobil sekaligus memikirkan kerumitan kasus kematian temannya.

Melihat senyum di wajah anak sahabatnya membuat Satria langsung bertanya, "jangan bilang kamu ke kantor Om karena udah tahu jawaban atas hal ini?"

"Iya Om. Jadi, orang yang taruh suntikan, alat hisap dan bubuk heroin itu adalah OB di kantor Papa yang sering bersihin ruangan Papa."

Satria yang mendengar itu tak langsung menerimanya begitu saja. "Dari mana kamu tahu kalau OB itu merupakan orang dibalik semua ini? Apa karena si OB sering bersihin ruangan Papamu kamu berspekulasi dia yang taruh sampah itu?"

Tasya berusaha menjelaskan agar pengacara sekaligus sahabat Papa nya itu mempercayainya. "Setelah aku amati kasus Papa, aku menemukan banyak kejanggalan. Pertama, Papa gak pernah menunjukkan tanda-tanda sudah mengonsumsi narkotika. Kedua, OB ini lah yang aku curigai. Semingguan aku ikuti kesehariannya dan aku gak menemukan sesuatu yang aneh, aktivitasnya normal-normal aja"

"Tapi.. " Satria melirik, menunggu kelanjutan cerita Tasya "suatu hari si OB ini jatuh saat kerja dan dia dibawa ke rumah sakit."

"Terus?"

"Disana aku menemukan kejalanggalan itu, Om. Saat dirawat inap di Rumah Sakit, aku lihat OB ini traktir semua penghuni kamar dengan makanan mahal yang asalnya dari restoran bintang lima. Perawat dokter pun kebagian. Traktiran itu pun berlangsung selama seminggu, setiap jam makan, Om"

"Jadi, kamu curiga dari mana OB itu dapat uang banyak?" Tasya mengangguk "iya, soalnya OB itu juga kirim beberapa barang untuk teman ruang rawatnya dan aku punya buktinya"

Foto sepatu, tas, hingga pakaian dengan brand mahal ditunjukkan Tasya pada Satria. "Ini terbuki asli Om, aku udah pernah cek sendiri"

Satria mengembalikan ponsel Tasya kemudian melajukan mobilnya setelah lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

"Kamu dapat semua informasi ini dari mana?" Tanya Satria penasaran. "Aku cari sendiri, kan om udah wanti-wanti aku jangan bocorin apapun tentang kasus ini ke teman-teman karena om curiga ada yang spy"

"Bagus kalau kamu inget" Ujar Satria. "Kamu kan tahu informasi ini dari Rumah Sakit, terus gimana caranya kamu masuk kesana?"

Tasya tertawa mengingat tingkah bodohnya demi memecahkan kasus kematian ayahnya. "Om ingat gak pas aku ngehadang kendaraan di jalanan?"

Satria langsung menoleh mendengar kalimat Tasya "kamu sengaja melakukan kebodohan itu agar bisa satu ruang inap sama OB itu?"

Mata Satria semakin melotot melihat anggukan Tasya. Sungguh anak sahabatnya itu diluar dugaan. "Waktu itu kan aku keserempet yaudah aku minta dirawat dua hari di rungan yang sama dengan OB itu"

Nona Judes! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang