- EPILOG -

76 1 0
                                    

"Gak kerasa satu tahun udah berlalu ya"

Tasya menoleh tersenyum tipis pada Kiran yang memandang sendu ke arah lapangan, dimana teman-temannya sedang senang-senangnya melihat hasil pengumuman yang diumumkan melalui ponsel website sekolah.

"Masih galau?" Tasya menepuk bahu Kiran yang hanya dijawab dengan helaan nafas.

"Yaelah masih galau lo? Modelan Gibran banyak kali" Resya yang baru saja datang dengan kamera dikalungkan ikut nimbrung. Sedari tadi cewek bertubuh mungil itu sibuk dijadikan kameramen dadakan oleh teman-teman mereka dan seperti biasa Resya mendumel tapi manut saja disuruh-suruh.

"Enak aja, Gibran itu cowok langka ya!" Seru Kiran tak terima, mata sipitnya melotot. "Langka apaan! Cowok yang nyakitin cewek tuh banyak kali. Apalagi cowok yang putusin hubungan gara-gara masih cinta sama mantannya, dih! Banyak yang brengsek kek gitu!"

Satu tahun yang lalu, tepatnya setelah Gibran lulus hubungan Gibran dan Kiran berakhir. Alasannya karena Gibran masih mencintai mantannya, maka tak heran bila Resya kesal dengan Kiran yang bisa-bisanya masih punya perasaan pada Gibran. Ditambah lagi, Gibran memutuskan hubungan mereka disaat hujan plus geledek, dimana Kiran phobia petir. Membuat rasa tak suka Resya pada Gibran makin menjadi.

"Udah ketemu Kak Kevin?" Merasa Kiran masih sensitif tentang Gibran, Tasya pun mengalihkan pembicaraan. Resya pun sering ia lihat melamun, mungkin kepikiran perjodohannya. Dulu, Rian pernah memberitahunya bahwa Resya akan dijodohkan tapi ia tak tahu kelanjutannya bagaimana.

Melihat kedekatan Resya dengan Kevin masih terjalin seperti biasa, Tasya yakin perjodohan itu batal dilaksanakan. Lagi pula setelah insiden naas satu tahun lalu tak etis rasanya keluarga Genino menggelar acara pernikahan.

"Belum" Jawab Resya dengan wajah menatap ke arah lapangan di bawah sana. "Lah tadi lo ngapain sampai setengah jam di lapangan?" Heran Kiran karena sedari tadi ia berdua saja dengan Tasya.

"Gak lihat tuh" Tunjuk Resya pada Kevin yang meladeni teman-temannya mencoret seragam putih abunya atau ia yang mencoret seragam temannya. "Dari tadi gue cariin tapi gak ketemu-ketemu, malah gue dicegat fotoin mereka-mereka tuh"

Mendapati Kiran dan Resya tak adu mulut, Tasya pun memilih masuk ke kelas meraih tasnya. "Loh mau balik, Sya?"

"Gue ikut" Kata Kiran "gue mau ke makam dulu dan gue mau pergi sendiri"

Kiran yang akan masuk kelas seketika berhenti. Cewek itu menatap ke arah Resya yang juga menatapnya. "Hm yaudah deh, tapi kalau ada apa-apa kabarin ya"  Tasya mengangguk, "nanti gue bilangin Kevin" Tambah Resya.

"Huh, tu anak makin hari makin pendiam aja" Kiran menghela nafas, menatap punggung Tasya yang mulai menjauh. "Kita tahu Tasya emang pendiam tapi setelah kepergian Kak Rian, Tasya jadi orang lain gak sih?"

Kiran mengangguk "kayaknya dia butuh suasana baru deh"

"Maksud lo tinggal di luar Jakarta?" Kiran mengangguk "iya, kalau dia disini terus Tasya bakalan inget terus-terusan dan gak akan bisa move on"

"Ya juga, tapi Tasya kan nolak beasiswa yang dia dapat di Inggris" Kini Kiran dan Resya sama-sama menghela nafas berat. "Apapun pilihan dia gue harap itu yang terbaik dan kembaliin Tasya yang judes seperti semula"

"Hm, betul"

🍂

"Lo kira gue lakuin itu karena lo rebut Rian dari gue?! Karena cowok doang?!"

"Eh gue kasi tahu ya, gue muak sama lo anjing! Kenapa sih elo mulu yang jadi perbandingan?! Kenapa lo selalu dapat apa yang lo mau?! Kenapa selalu lo yang lebih baik dari gue?! Lo lebih cantik lah, elo lebih pintar lah, dan elo paling beda lah, bla bla bla... Gue muak sama semua itu! Gue muak!"

Nona Judes! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang