50. Prom night

19 0 0
                                    

"Terus kasus Papamu, gimana? Udah ada perkembangan?"

Tasya menoleh menatap Rian yang kini berada di sampingnya sembari memainkan tangannya yang berada di pembatas balkon. Iya, mereka masih di kamar hotel.

"Ada, om Satria menemukan transferan uang puluhan juta di rekening salah satu OB di kantor Papa. Cuma belum ketemu siapa pentransfer uang itu. Kakek juga udah suruh beberapa orang untuk cari Om Edi yang tiba-tiba hilang, om Edi juga gak keliatan pas Papa dimakamkan. Kakek curiga kematian Papa ada sangkut pautnya sama Om Edi."

"Karena Om Edi beberapa kali minta uang ke Papa. Papa yang tau uang itu untuk judi dan beli narkoba pun gak ngasi. Papa tetap gak pernah kasi adiknya uang sepeserpun. Om Edi yang merasa dicuekin pun datang ke kantor Papa, dihari kita kesana, masih ingat?" Melihat anggukan Rian, Tasya pun melanjutkan "Dihari itu Om Edi ngancem Papa, kalau Papa gak kasi uang maka dia akan ketemu sama Kakak tiri Mama Nana, Mama kandungku"

"Papa terusik, hampir dia kasi 50 juta ke adiknya tapi berhasil dicegah Mama setelah Papa ceritakan semuanya. Mama bilang, itu pasti hanya gertakan. Papa pun nurut sama Mama. Setelah hari dimana Papa diancam, Om Edi gak kelihatan lagi."

"Sekarang yang kita curigai dibalik kematian Papa adalah salah satu OB di kantor Papa, Om Edi dan Kakak tirinya Mama Nana. Masalahnya kita gak tahu siapa kakak tiri Mama"

"Yang buat aku heran, kenapa Papa setakut itu sama Kakak tirinya Mama?"

Rian menegakkan badannya, memperbaiki jasnya pada bahu Tasya. "Coba tanya Mamamu"

"Udah, tapi Mama gak tahu. Yang tahu apa yang terjadi antara Mama Nana dan Kakak tirinya itu cuma Papa. Papa gak pernah sekalipun cerita masa lalu Mama Nana ke siapapun"

"Papamu gak pernah cerita ke kamu tentang Mama kamu?" Tasya menggeleng, ia hanya mendengar cerita dari Sita tentang ibu kandungnya. "Gak pernah, Papa cuma kasi bu- eh!

"Papa pernah kasi aku buku, semacam buku dairy gitu loh" Tasya nampak ingin menangis, terlalu gembira sudah menemukan kunci atas semua pertanyaanya selama ini. "Dan itu ditulis sama Mama Nana, Ri!"

Senyum Tasya semakin mengembang setelah melihat beberapa kembang api terlihat di langit sehingga menambah kesan indah malam ini. "Kok ada petasan? Ini kan bukan tahun baru?"

"Itu tanda dimulainya acara di ballroom" Jawab Rian, akan tradisi hotel tersebut yang memeng begitu. Acara apapun yang diselenggarakan di ballroom pada malam hari pasti diawali dan diakhiri dengan kembang api.

"Berarti kita telat dong?" Tanya Tasya dan Rian hanya mengangguk. "Kita gak pa pa telat, kan?"

Mendapati anggukan kekasihnya Tasya semakin tersenyum lebar. "Okey, kalau begitu"

Dan tanpa diduga, Tasya menarik dasi Rian sehingga kini cewek itu dapat merasakan hembusan nafas kekasihnya. "Makasih" Rian mengangguk, semakin kaget saat Tasya mencium bibirnya terlebih dahulu.

Sedangkan di bawah sana terlihat Resya dan Kevin yang baru turun dari mobil. "Sebentar dulu, Vin" Kata Resya, menyipitkan mata kala melihat ada seseorang di balkon kamar hotel yang termahal. Penasaran, Resya pun menggunakan kameranya. Melihat siapa gerangan yang ada disana.

"Woah" Kekehnya akan apa yang dilihatnya. "Ada apa sih?" Mendapati Resya yang asyik menekan tombol shutter tanpa menjawab pertanyaannya, Kevin pun mengarahkan kamera ponselnya. Setelah kemera dalam keadaan zoom in, cowok itu melotot tak percaya akan apa yang dilihatnya.

"Itu Tasya sama Rian kan?" Tanya Kevin memastikan orang yang tengah asyik bercumbu itu adalah dua orang yang disebutnya. "Iya, jangan ganggu" Peringatan Resya tak diindahkan Kevin. Segera cowok itu menelpon kontak Rian, siap mengumpati cowok itu sekarang juga.

Nona Judes! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang