Sebatas Impian | Chapter 15 - Semakin Manis

595 43 0
                                    

Perhatikan angka di bagian judul. Takutnya terjadi kesalahan dari wattpad bagian menjadi teracak.





Happy reading^

"Ternyata benar, orang yang benar-benar menyayangi kita, tidak akan melepaskan dengan semudah itu,"

***

Pagi ini Imelda di buat pusing dengan gejala kehamilannya yang mulai muncul. Sejak subuh tadi, tak henti-hentinya Imelda keluar-masuk kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Namun yang keluar hanya cairan bening saja. Kini kondisinya terlihat lemas dan pucat sekali.

Arsyad masuk membawa teh jahe untuk Imelda. Dan membawa sarapan untuk istrinya.

"Nih, minum dulu," ucap Arsyad.

Imelda menerimanya dan mulai meminumnya. 

"Makan ya," bujuk Arsyad. Imelda menggeleng pertanda tidak mau. 

"Syahira, di dalam sana ada yang butuh asupan lho. Jangan gini ya," ucap Arsyad masih membujuk.

Arsyad mengambil piring yang berisi nasi goreng spesial itu. "Aku yang bikin lho ini."

Imelda mulai membuka mulut saat Arsyad mengarahkan sendok itu ke mulutnya. Akhirnya setengah dari nasi goreng itu habis.

"Yaudah kamu istirahat ya," ucap Arsyad sambil menyelimuti Imelda.

Arsyad beranjak dan mengambil kameja kotak-kotak serta celana jeans putihnya lalu berlalu menuju toilet untuk mengganti pakaiannya.

Saat Arsyad keluar dari toilet ia beranjak menuju lemari untuk bercermin di sana.

"Mau kemana?" tanya Imelda yang belum terlelap.

Arsyad menoleh dan tersenyum manis. "Aku kira kamu puasa ngomong sama aku."

"Gak usah melebar. Mau kemana?" tanya Imelda dengan wajah judesnya.

"Mau ke kantor papi. Aku kan udah punya tanggungan sekarang. Jadi aku harus kerja," ucap Arsyad.

"Terus harus gitu pake baju kayak gitu?"

Arsyad meneliti penampilannya. "Ada yang salah?"

"Masa ke kantor kayak mau nongkrong," ucap Imelda.

Arsyad terkekeh lalu mengambil sepatu vans-nya di dalam lemari. "Aku itu mau survei dulu tempat, Sayang. Bukan mau langsung kerja."

Imelda tak menjawab lagi. Rasanya masih ada rasa kesal saat mengingat kejadian kemarin siang.

"Yaudah aku pergi ya. Kalo ada apa-apa telpon aku," ucap Arsyad lalu mencium kening Imelda. "Bye, Sayang."

Jika kemarin-kemarin Arsyad memanggilnya dengan sebutan 'sayang' Imelda akan senang. Maka tidak dengan pagi ini. Panggilan itu membuat Imelda muak dan sakit hati.

***

Ketika waktu menuju siang, Imelda keluar dari kamar. Menghampiri bi Inah asisten rumah tangga di rumah ini.

"Lagi masak apa, Bi?" tanya Imelda.

"Ih, Non, bikin kaget aja. Ini bibi teh lagi masak buat makan siang," ucap Inah.

"Aku bantuin ya," ucap Imelda mulai memotong sayuran yang belum selesai di potong.

"Atuh jangan, Non. Aduh nanti teh Den Arsyad marah atuh sama bibi," ucap Inah panik karena takut sang majikan marah.

"Bibi lebay deh, emang kenapa Arsyad harus marah," ucap Imelda.

"Den Arsyad teh pesen sama bibi, Non. Non teh gak boleh capek-capek. Kasian atuh dede bayi di perutnya," ucap Inah.

SEBATAS IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang