[7] • Keadaan Kacau •

20 22 8
                                    

Hari ini Regina terpaksa memesan ojek online untuk menuju kampus lantaran motornya masih di bengkel sejak kemarin. Sebenarnya hari ini tubuhnya belum begitu fit, tetapi ia bukanlah tipe mahasiswi yang rela meninggalkan kelasnya hanya karena sakit yang tak seberapa. Ojek yang ia tumpangi berhenti di depan gedung fakultasnya. Regina turun dan berjalan menuju kelasnya di lantai tiga.

Hari ini berjalan cukup mulus untuk Regina. Meski harus berangkat dengan ojek online, itu bukan masalah besar. Mengikuti kelas Semantik filsafat selama tiga jam penuh, lalu kelas berakhir. Kali ini ia berjalan menuju kantin yang terletak di lantai dasar. Ia menuruni anak tangga satu persatu lantaran terlalu malas berdesakan menggunakan lift. Lagi pula menuruni tangga dari lantai tiga menuju lantai dasar bukanlah hal buruk.

Yang menjadi hal buruk adalah tatapan para manusia di sekitarnya. Ini buruk. Hampir seluruh manusia di lantai dasar yang ia lewati menatap Regina entah karena alasan apa. Dilihat dari tatapan mereka sepertinya ini bukan tatapan yang baik.

Regina tak suka menjadi pusat perhatian, apalagi dengan sorotan tak enak seperti ini. Ditambah lagi ia tengah berjalan sendirian, tanpa Bella yang biasanya setia mendampinginya. Sialnya Bella hari ini tak memiliki kelas sehingga dengan damai berdiam diri di rumahnya.

"Kenapa, sih?" tanyanya risih kepada dua orang yang ia kenal melewatinya.

"Lo nggak tahu diri juga, ya, Na." Bukan pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan dari salah satu mereka-yang Regina ketahui bernama Esya-yang membuat Regina semakin bingung dengan keadaan saat ini.

"Nggak usah pura-pura bego deh, lo," ujar seorang yang satu lagi; Dian.
Sungguh, Regina semakin tak mengerti. Sedang damai-damainya berjalan, lalu tiba-tiba mendapat sorot seperti permusuhan dari berpasang-pasang mata, dikatakan tidak tahu diri, lalu bego. Ada apa dengan mereka, atau ... ada apa dengan dirinya? Regina tidak merasa ia telah berbuat sesuatu yang fatal.

"Ini ada apa, sih? Gue nggak ngerti, sumpah."

Tampak beberapa orang yang tengah lewat menghentikan langkahnya untuk menyaksikan debat antara tiga manusia yang mana salah satunya tak mengerti dengan keadaan. Atau sebagian besar dari mereka berangggapan yang satu itu sok tak mengerti.

"Masih bilang nggak ngerti? Lo kalo suka sama cowok ya udah suka aja. Nggak usah jadi pelakor juga, kali. Gue kira orang kaya lo tuh bener-bener baik. Ternyata diam-diam menghanyutkan, ya," ujar Dian lagi.

"Nggak malu tuh, sama ceweknya? Dia aja lebih cantik, loh, daripada lo. Masa berani-beraninya sih, lo ngembat cowoknya."

"Kalian ngomong apaan, sih? Gue nggak ngerti, ya, tiba-tiba kalian bilang gue nggak tahu diri lah, bego lah, pelakor lah. Maksud kalian apa, sih?" ucap Regina yang semakin tak mengerti dan panas hatinya mendengar ucapan tak senonoh yang tertuju kepada dirinya. Dekat dengan lelaki saja tidak rasanya, lantas pelakor yang bagaimana dirinya ini?

Tiba-tiba Esya menyodorkan ponselnya kepada Regina yang menampilkan sebuah postingan dari instagram gosip kampus.

"


HOT NEWS!! PACAR ANNA SI KEMBANG KAMPUS EKONOMI DISEROBOT SAMA CEWEK ULER, GUYS! KATANYA SIH, CEWEK ITU DARI KAMPUS KITA JUGA. WAH, ADA YANG KENAL DIA NGGAK, GUYS?? PARAH NIH, BIBIT PELAKOR BARU! HATI-HATI YA, JAGA COWOK-COWOK KALIAN!!


"

Hatinya mencelos membaca kalimat yang tertera di bawah foto seorang laki-laki memegang pipi seorang gadis dengan kedua tangannya. Tanpa disensor pun Regina sudah tahu bahwa itu adalah foto dirinya dan Alby di depan bengkel kemarin. Apalagi ini, fotonya tidak disensor. Jelas saja seluruh manusia di fakultasnya langsung mengenali dirinya. Oh, atau malah manusia di seluruh kampus sudah tahu berita ini?

INSTA STORY; After Breaking, I Found You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang