[21] • Pekan Raya •

1 0 0
                                    

Yeay … up lagi!!
Siap-siap, ya! Di part ini aku kasih yang uwu-uwu, biar kalian healing otak😎🤪
Yang uwuphobia, disarankan minggir dulu, deh🤭

Happy reading❤


__________



Perjalanan Rega dan Regina di pekan raya belum mereka usaikan begitu saja. Setelah menikmati dimsum, mereka melanjutkan berkeliling alun-alun. Melihat-lihat live music yang dihadiri penyanyi-penyanyi dan band baru yang tak mereka tahu hingga yang kini tengah naik daun. Berjalan sambil mencari-cari cendera mata yang sekiranya ingin mereka beli. Hingga sampai pada stand-stand yang khusus menjual makanan khas Semarang.

“Udah pernah makan wingko babat belum?” Rega menatap Regina yang fokus melihat-lihat sekitar.

“Pernah, tapi udah lama banget. Waktu kecil dulu Bapak ke Semarang, pulangnya bawa oleh-oleh wingko babat. Tapi gue enggak begitu suka, menurut gue aneh rasanya,” jelas Regina.

“Masa, sih? Enak tau. Gue aja kalo makan enggak cukup satu dua, bisa habis lima sekali makan,” sahut Rega lalu tertawa setelahnya, menertawai dirinya sendiri.

“Selera orang ‘kan beda-beda.”

“Iya juga, sih. Em … mau nyobain lagi? Siapa tau habis ini jadi suka?”

Regina menimang jawaban apa yang sekiranya tepat. Mengiyakan pun sepertinya tak masalah. Jadi, akhirnya mereka berdua telah berada di depan penjual wingko babat khas Semarang. Di gerobak, sudah ada beberapa butir wingko yang telah jadi, juga ada yang masih dimasak dengan cetakan bulat berwarna hitam yang di dalamnya terdapat dua belas lubang untuk memasak wingko. Aroma wangi vanili juga sedap kelapa dari wingko menggelitik hidung orang-orang di sekitarnya.

Selesai mendapatkan wingko, mereka berdua kembali berjalan mencari tempat yang sekiranya nyaman untuk menyantap wingko yang belum sepenuhnya dingin itu. Dengan latar suara riuh orang-orang di sana, juga live music yang masih berlangsung keduanya diam menikmati wingko di tangan masing-masing. Rasa manis gurih serta aroma kelapa berhasil memanjakan kedua lidah manusia berbeda gender yang duduk berdampingan tersebut.

“Kayanya kata lo tadi bener, deh. Gue bakalan suka wingko setelah ini,” ucap Regina tanpa malu memecah keheningan di antara mereka.

“Katanya, sebagian ucapan itu doa. Berarti ucapan gue jadi doa buat lo, dan langsung terkabul.” Keduanya tertawa setelah jawaban Rega.

Sampai matahari telah kembali ke peraduan, berganti dengan bulan bulat tak sempurna, mereka masih menjajaki alun-alun kota Semarang, sama sekali belum berniat meninggalkan tempat itu. Suasana malam justru lebih indah dari sore tadi menurut Regina. Sinar lampu dari berbagai pejuru dengan siluet orang-orang di sekitarnya menjadi pemandangan yang indah malam ini.

Keduanya kini duduk bersebelahan, lesehan tanpa alas di atas rerumputan. Regina dengan kaos yang tak bisa dikatakan tebal itu mengusap lengannya untuk menghangatkan dirinya. Dia tak membawa jaket karena tujuannya tadi hanya di rumah Bella sampai sore. Untung saja ia masih memakai kaos berlengan panjang.

Sebuah jaket mendarat di punggungnya. Lantas Regina menoleh ke arah kanan di mana Rega duduk di sana. Tangannya masih berada di pundak Regina, membetulkan jaket yang ia pakaikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INSTA STORY; After Breaking, I Found You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang