[13] • Sedikit Titik Terang •

5 5 0
                                    

“Akun lambe UnKa itu punya anak Media atau bukan?” tanya Rega agak pelan karena di sekitarnya banyak orang tengah membaca. Ia tak ingin fokus mereka terganggu, apalagi dengan topik yang bersangkutan dengan buah bibir saat ini.

“Iya,” jawab Salva yakin.

“Loh? Kemarin gue tanya Damar katanya bukan. Masa dia bohong,” heran Rega.

“Em, gini, Ga. Jadi, akun itu emang punya Media, tapi nggak semua anggota Media pegang. Cuma anak inti tertentu aja. Bahkan emang nggak banyak yang tau kalo itu punya Media, kok. Gue kebetulan aja tau. Mungkin Damar nggak tau kali, makanya dia jawab bukan,” jelas Salva.

Rega mengangguk mengerti. “Jadi, lo tau dong, siapa adminnya?” tanya Rega selanjutnya.

“Ya pasti ketua Media, lah. Beberapa anggota inti kaya sekretaris sama sie dokumentasi juga pegang, kok.”

“Ketua media siapa?” tanya Rega semangat, seolah ia mendapat titik terang dari akar permasalahan.

Namun, baru Salva akan menjawab, ponsel di mejanya berdering. Sekilas dapat Rega lihat nama sipenelpon. Kalau tidak salah tulisannya Ndra:*.

Dengan cepat Salva meraih ponsel itu dan menjawab telepon.

“Halo, Ndra?”

“…”

Rega tidak mendengar apa yang dibicarakan seseorang di balik sambungan telepon itu. Namun, tak lama setelahnya Salva berdiri dan mengambil barang-barangnya.

“Oh, nggak. Udah, kok. Kamu tunggu di situ aja, aku on the way. See you.” Salva mematikan telepon dan memasukkan ke dalam saku jaketnya. “Sorry, Ga. Gue udah ditunggu cowok gue. Oh iya, ketua Medcom namanya Sakti. Gue duluan, ya. Bye.”

Rega tidak merespon pamitan Salva. Otaknya sedang mencerna kejadian barusan. Hanan bilang, ia dan Salva tengah break dari hubungan mereka. Sedangkan Salva, baru saja berkata ditunggu kekasihnya.

Meski keheranan masih bersarang di otaknya, Rega memilih tidak peduli. Itu urusan orang lain dan ia tak ingin ikut campur. Rega beranjak dari duduknya dan meninggalkan perpustakaan umum Universitas Kartika. Tangannya meraih ponsel di saku celananya dan mencari kontak seseorang.

Setelah didapati yang dicarinya, kini Rega bimbang antara menghubungi orang tersebut dekarang atau nanti, yang tak lain pemilik kontak tersebut adalah Regina. Setelah berperang batin dengan otaknya, akhirnya Rega memutuskan untuk menghubungi Regina nanti sepulang dari kampus saja. Pikirannya siapa tahu Regina sedang sibuk atau sedang ada kelas.


°°°


Malam ini Ghani menghubungi Regina via telepon. Hampir satu minggu terakhir Regina jarang menyentuh ponselnya kecuali untuk hal penting. Hal tersebut membuat Ghani yang hampir setiap hari bertukar pesan dengan Regina heran beberapa hari tak melihat tulisan online di bawah nama kontak adiknya, yang berakhir Ghani mendial nomor Regina melalui telepon bukan WhatsApp.

Setelah Ghani memutuskan sambungan telepon, Regina meletakkan ponselnya di meja. Percakapan dengan kakaknya tidak jauh berbeda dari biasanya yang menanyakan bagaimana kabar Regina, apakah kuliahnya lancar, apakah ada kendala yang semua Regina jawab semua baik-baik saja.

Ia sama sekali tak pernah mengatakan tengah ada masalah dengan kakaknya selagi dirinya sendiri masih bisa memegang masalahnya sendiri, meskipun kali ini ada seseorang yang membantunya.

Beberapa saat kemudian teleponnya kembali berdering membuat Regina bangkit dari kasurnya dan mengambil ponselnya di meja. Dahinya mengerut melihat jejeran nomor asing yang menghubunginya. Semenjak terkena gosip di kampusnya, Regina tak berani mengangkat telepon dari nomor asing. Apalagi yang tanpa foto profil seperti saat ini.

INSTA STORY; After Breaking, I Found You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang