"Berjanjilah pada papa untuk tak berbuat nakal di sana" ucap meytasa pada sang putra ia mengusap rambut halus itu lalu mengecup pipi gembul itu berkali-kali, ia akan benar-benar merindukan putranya ini nantinya.
"ian tak mau berjanji pa, namun akan Ian usahakan untuk tak membuat masalah di sana" adrian memeluk erat leher papanya, matanya bahkan sudah berkaca-kaca, iris indah itu tak kuat menahan air yang sedari tadi berlomba-lomba untuk keluar, namun ia mencoba tegar ia akan memperlihatkan pada papanya bahwa ia telah dewasa.
"jangan menangis sayang, bersenang-senang lah di sana anggap saja sedang liburan, setelah semua urusan papa selesai papa akan segera menjemput mu" air mata itu mengenai jas rapi yang papanya kenakan namun adrian tak perduli, lagi pula papanya tak akan marah hanya karena itu.
"um aku akan menunggu papa di sana nantinya, lalu kita akan berlibur bersama"
"tentu saja kita akan berlibur bersama, ke tempat yang putra kesayangan papa ini inginkan" percakapan itu segera berakhir setelah bunyi panggilan dari maskapai penerbangan yang akan ilo gunakan terdengar bahwasanya mereka sebentar lagi akan berangkat, isakkan itu terdengar pelan meytasa terkekeh putranya ini benar-benar lucu ia merasa sangat tak rela jauh dari sang putra namun terdapat banyak masalah di beberapa cabang perusahaannya dan tak mungkin ia meninggalkan putranya itu terlalu lama, jadi ia memilih keputusan berat dan menitipkan putra lucunya pada sang ayah.
setelah berpelukan dan saling mengecup pipi satu sama lain, ian pergi menaiki pesawat yang akan ia tumpangi.
Ia memang pergi sendiri, tadinya sang papah meminta anak buahnya untuk menemani sang putra hingga tiba pada tempat yang putranya itu tuju, namun Ian menolak ia tak ingin menyusahkan orang lain jadi ia bilang pada sang papah bahwasanya akan sangat mencolok kalo pergi di dampingi begitu maka dari itu sang papah setuju walau butuh waktu lama untuk membujuk pria itu.
tempat kakeknya sangat jauh setelah naik pesawat nantinya ia harus pergi lagi dengan kereta lalu ia akan di jemput di tempat yang sudah di tentukan.
membayangkannya saja tubuh ian sudah pegal sendiri, ia menghela nafas panjang memiliki tidur, tak banyak orang di tempatnya ini ia berada di first class tentu saja hanya orang-orang tertentu yang dapat menggunakannya.
Pemandangan indah sedari tadi ia lihat Adrian sedang di kereta sekarang ia sudah dua jam lebih memandangi pemandangan indah di balik kaca itu, ingin tidur namun ia sudah tidur tadi jadi Adrian memilih untuk menggambar saja di temani boneka kuning lucu kesayangannya.
Tak terasa kereta yang di tumpanginya tiba pada tempat tujuan, Adrian melangkah keluar barang bawaan berada di sisinya ia berdiri sembari menggenggam erat lengan bonekanya, barang yang ia bawa memang tak terlalu banyak papanya yang menyiapkan barang-barang itu, hal yang pasti ia bawa ialah boneka favoritnya gumpalan kuning berbulu lembut itu selalu ia bawa kemanapun.
Ian melangkah pelan mendudukkan tubuh kecilnya itu di salah satu kursi di sana, menunggu kakeknya menjemput di sini, papanya bilang ketika sehabis kereta berhenti nanti kakeknya akan langsung menjemputnya, namun ia sudah menunggu 10 menit lebih tak ada batang hidung sang kakek di sana, rasanya ia ingin menangis saja, ingin menghubungi sang papa namun tak ada tanda-tanda sinyal di tempatnya saat ini.
Hari memang sudah gelap, perlahan orang-orang yang tiba bersamanya tadi pun sudah pergi di jemput oleh keluarga mereka, tersisa adrian dan satu orang lagi di sini.
Di lihat dari proporsi tubuh orang itu pasti masih muda, tempat Adrian dan orang itu tak berjarak terlalu jauh cukup lima langkah pun sampai, merasa dirinya terlalu takut sendirian Ian pun berdiri mendekati orang itu.
"permisi, bolehkah aku duduk di sini ?" kopernya ia biarkan saja di sana, ia berdiri di hadapan orang itu sembari memeluk bonekanya, orang itu terlihat cukup mengerikan sebenarnya namun daripada ia duduk sendirian lebih baik duduk dengan pria mengerikan di hadapannya ini.
"Ya?, duduklah tak ada yang melarangmu" pria itu memperhatikan Adrian dari atas hingga bawah, anak siapa ini fikirnya, bocah lucu menggunakan kemeja putih dengan sweater rajut soft yellow tebal senada dengan warna boneka di pelukannya itu, pipi gembul memerah di karenakan udara yang mulai dingin, dan wajah memelas meminta duduk di sampingnya siapa yang tak luluh coba.
"Terimakasih paman" Adrian duduk di sana kakinya sedikit terangkat, kursi itu memang sedikit tunggi untuk ukuran tubuhnya, pria tadi menoleh melihat bocah di sebelahnya itu.
"Aku tak setua itu, jed kau bisa memanggilku jed"
"jed saja? bukankah itu tak sopan"
"Tak perlu memikirkan sopan santun di tempat ini nak"
Dahi kecil itu mengkerut menandakan bahwa sang pemilik sedang memikirkan sesuatu.
"tapi kenapa? papaku bilang untuk mema-"
"Nak " panggil seseorang di dekat tempat mereka duduk Adrian sedikit tersentak ketika seseorang memotong ucapannya, ia memandang pria tua yang memanggilnya, pria yang duduk di sebelahnya pun ikut memandang orang itu.
"grandpa??"
"nak apa kau mengenalnya?" tanya jed ia terlihat tak senang melihat pria yang memanggil ian tadi, ada pandangan permusuhan di sana.
"iyaa, terimakasih telah menemaniku paman, aku akan pergi sekarang "
"Hey sudah ku katakan untuk tak memanggil ku paman, dasar bocah" Adrian tak mendengarkan ocehan itu ia hanya terkekeh kecil, lalu berlari ke pelukan kakeknya, walau tak pernah bertemu ia seperti tak memiliki rasa malu langsung memeluk pria itu, lagi pula itu kan kakeknya sendiri jadi buat apa malu fikirnya, mereka beranjak dari sana beberapa orang mengangkat barang milik ian, ia pun tak lupa melambaikan tangannya pada jed pria itu terlihat sedikit emosi ntah karena apa namun ia mencoba untuk berfikir positif bahwa jed sedang kesal karena tinggal ia sendiri di sana.
" ian sudah menunggu lama tau, ian bahkan hampir membeku grandpa kenapa lama sekali??" sungguh dramatis bocah satu ini.
"maafkan grandpa dear, terjadi sedikit masalah di perjalanan tadi"
"Tak apa, dinginnya sudah berkurang, sekarang ian mengantuk kakek" setelah menaiki mobil mereka, Adrian duduk di pangkuan kakeknya itu, ia menyandarkan kepalanya di dada sang kakek mencoba untuk tidur tak lupa pula sembari menggenggam lengan bonekanya utu, tubuhnya benar-benar lelah sekarang.
"Tidurlah " sebelum kesadarannya hilang kecupan ringan Ian rasakan pada dahinya.
"um" duselan pelan itu perlahan hilang di gantikan dengkuran kecil di pelukannya, pria itu tersenyum dan mengecup rambut halus milik seseorang yang berada di pelukannya itu.
haloo
aku update Ian dulu ya hari ini.
Makasih buat yg udah vote sama komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOULD I STAY? [END]
Mystery / Thrilleralderich original novel. alangkah baiknya follow dulu sebelum baca. [ Slow update ] Adrian bocah lucu dan juga lugu yang terpaksa harus tinggal di rumah sang kakek selama beberapa waktu di karenakan sang papah yang sibuk dan tak dapat menjaganya den...