[11]

3.3K 389 23
                                    

Sudah dua hari Adrian tinggal di kediaman Aarav bukannya ia tak mau pulang, tapi Aarav yang tak mengizinkannya untuk pulang sejak kemarin, seperti saat ini ia sedang di pangku pemuda itu membuat Adrian mencebik kesal ia kan rindu dengan grandpanya...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah dua hari Adrian tinggal di kediaman Aarav bukannya ia tak mau pulang, tapi Aarav yang tak mengizinkannya untuk pulang sejak kemarin, seperti saat ini ia sedang di pangku pemuda itu membuat Adrian mencebik kesal ia kan rindu dengan grandpanya lagipula sudah sejak kemarin ia tak menghubungi papanya Adrian rindu dengan pria tua itu.

"Ian mau pulang katanya kemarin mau di hantarkan huh" ucap Adrian pada Aarav yang saat ini masih sibuk menyuapinya dengan buah-buahan.

"kau masih sakit, besok saja ya" Aarav mengusap surai halus Adrian dengan lembut lalu ia mengecup dahi yang di tutupi plester itu pelan.

"kemarin bilangnya begitu juga, buktinya ga pulang-pulang" pipi bulat Adrian tambah bulat saat ia sedang kesal di tambah lagi suapan buah dari Aarav membuat pipi itu membulat lucu, beberapa maid menahan senyuman mereka karena terlalu gemas melihat anak yang di bawa oleh tuan muda mereka tersebut atau lebih tepatnya di culik oleh tuan muda mereka, ya selagi ada bocah itu mansion ini tak sepi dan juga tuan muda mereka terlihat lebih hidup bersama anak itu, mereka menyukai kehadiran Adrian.

"kan memang kamunya masih sakit" jelas Aarav, memang bocah gembul di pangkuannya ini masih sakit hal itu Aarav gunakan juga sebagai alasan, kemarin malam dirinya hampir di bunuh oleh keluarga ezekiel karena menculik cucu seorang laide ia pergi ke kediaman ezekiel kemarin malam saat bocah ini tertidur, lagipula ia tak berani menculik Adrian karena hubungan keluarga Adrastea dan juga ezekiel berjalan dengan sangat baik jarak mansion mereka pun tak jauh itulah bukti dari hubungan kekeluargaan mereka, tak mungkin Aarav ingin menghancurkan hubungan yang sudah di jalin sejak dulu yang kakek dan nenek buyutnya bangun itu, ya untuk saati ni sih ia belum ada niat untuk menculik bocah gembul ini tak tau saja kedepannya bagaimana.

Laide hampir melubangi kepalanya begitupula keluarga ezekiel yang lain mereka semua tampak murka dan seperti orang gila hanya karena seorang bocah lugu, tadinya laide ingin menjemput Adrian malam itu juga tapi di jelaskan oleh Aarav anak itu sedang demam dan tak bisa di pindahkan [alasan] dengan terpaksa mereka semua setuju untuk membiarkan saja Adrian berada di kediaman Adrastea untuk beberapa saat hingga anak itu sembuh.

"Nanti grandpa nyariin" Adrian mencebik ia memeluk Ciko dengan gemas di pelukannya.

"Aku sudah bilang pada kakek mu itu, kau akan tinggal di sini untuk beberapa hari" jelas Aarav pada Adrian di pangkuannya ini.

"kok di bolehin sih, grandpa tak sayang Ian lagi ya??" Mata itu berkaca-kaca bagaimana cara ia pulang ke papanya nanti jika kakeknya itu tak sayang ia lagi, bibi itu mencebik kesal bahkan Ciko ikut ia remas karena kesal, hal itu membuat Aarav terkekeh pelan.

"laide pria itu sayang sama Ian, tapi Ian kan masih sakit jadi di suruh tinggal di sini dulu, faham??" Jelas Aarav ia membalikkan pangkuan Adrian menjadi menghadap dirinya.

"laide laide tak sopan tau, nanti Ian adukan pada grandpa " ucap Adrian sembari memukul pelan perut keras milik Aarav.

"maafkan aku, jangan adukan ya?" Aarav berpura-pura takut, ia senang melihat wajah menggemaskan Adrian yang memiliki ekspresi berubah-ubah

"un karena Ian baik tak akan ian adukan deh" ucapnya penuh percaya diri, sembari tersenyum di hadapan Aarav.

Cup 

Aarav yang tak tahan akan hal itu mengecup pelan bibir lembut adrian awalnya hanya kecupan lama-lama ia melumat bibir itu membuat Ian terdiam kaget, rasanya manis dan juga lembut sepertinya Aarav akan candu.

"GRANDPA HUHU BIBIR IAN DI MAKAN KAK AARAV"  Ian memberontak, beberapa bodyguard masuk keruangan tersebut ketika mendengar teriakan bocah yang di bawa olehnya tuan mudanya itu.

Mata Adrian berkaca-kaca, anak itu berlari menuju para bodyguard dan bersembunyi di balik tubuh Besar itu.

Para bodyguard bingung harus melakukan apa, mereka mendapatkan kode untuk diam dan mengikuti apa yang terjadi melihat tuan mudanya berpura-pura sedih itu membuat mereka semua seakan tak pernah akan apa yang mereka lihat.

"paman hic lihat, kak Aarav makan bibir Ian huhu Ian mau pulang, kak  Aarav kanibal seperti yang di tv hic grandpaa"  tunjuk Ian dengan tangisan yang tak terhenti, mereka yang mendengar penjelasan tadi bocah kecil itu seketika ngeblank bersama lalu tatapan mereka beralih ke arah sang tuan muda yang mengedikkan bahu, mereka tak menyangka tuan mudanya itu seperti pedofil saja.

Salah satu bodyguard yang tertua di sana berjongkok di hadapan adrian, pria itu memegang bahu kecil itu.

"tuan muda Aarav bukan kanibal tuan tapi apa yang tuan muda lakukan itu bentuk sebuah kasih sayang yang tuan muda berikan pada tuan kecil" jelasnya pelan sepertinya ia memang harus berkata lembut pada bocah polos di hadapannya ini.

"be-begitu ya, tapi papa tak seperti itu apa papa tak sayang Ian?" Bodyguard itu kelimpungan akan pertanyaan tuan kecilnya ini.

"setiap keluarga kan bentuk kasih sayangnya berbeda-beda jadi tuan muda kecil jangan berasumsi seperti itu, saya yakin papanya tuan muda pasti sangat sayang pada tuan muda kecil yang menggemaskan ini"

"Itu benar tuan muda"

"apa yang dikatakan oleh Sam itu benar tuan muda"

"jadi kak Aarav bukan kanibal??" tanyanya dengan kepala yang di merengkan karena bingung.

"Bukan"

"Tentu saja bukan tuan muda" jawab mereka bergantian menyakinkan bocah di hadapan mereka ini, para maid hanya terdiam mereka menahan gemas melihat bocah kecil itu yang seakan ragu dengan apa yang beritahukan oleh para bodyguard, para bodyguard sedikit merasa bersalah sih karena telah membohongi bocah itu tapi semua demi pekerjaan mereka.

Adrian mengangguk lalu kembali berjalan mendekat ke hadapan Aarav yang terlihat sangat sedih [akting], Adrian memilin baju nya para bodyguard tadi sudah kembali pergi setelah mendapat kode dari tuan muda mereka itu.

"Kak Aarav Ian minta maaf ya"

"hatiku terluka adik kecil" ucap Aarav penuh drama, ia bahkan memegang dadanya dengan penuh kesedihan, melihat hal itu membuat adrian merasa bersalah pemuda itu mendekati Aarav lalu memeluk tubuh besar itu.

Cup

"Maaf ya, Ian minta maaf kak" Adrian mengecup rahang tegas milik Aarav sebagai permintaan maafnya yang biasa ia lakukan jika melakukan kesalahan pada papanya.

"baiklah ku maafkan, tapi jangan meminta untuk pulang ya?" Aarav memeluk posesif pinggang kecil milik adrian, posisi mereka saat ini Aarav duduk dan Adrian berdiri di hadapan jadi hal itu memudahkan Aarav untuk memeluk tubuh kecil itu.

"un, tapi nanti telpon papa ya??"

"apapun untuk mu adik kecil" mendengar ucapan itu membuat Adrian tertawa pelan, panggilan adik kecil kan tak cocok padanya ia kan sudah dewasa tapi Adrian tak menolak panggilan itu.

"apapun untuk mu adik kecil" mendengar ucapan itu membuat Adrian tertawa pelan, panggilan adik kecil kan tak cocok padanya ia kan sudah dewasa tapi Adrian tak menolak panggilan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

agaknya Aarav ini harus di jauhkan dari bocil kesayangan kita.

umur Adrian terserah kalian ya mau di bayangin nya umur berapa, ya yang sewajarnya aja.

SHOULD I STAY? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang