[9]

3.5K 461 36
                                    

adrian tak henti-hentinya bersin sedari tadi anak itu tampaknya terkena debu Adrian sangat tak bisa terkena debu atau ia akan bersin sepanjang waktu seperti saat ini hidungnya bahkan sudah memerah di ikuti dengan pipi bulat itu yang ikut memerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

adrian tak henti-hentinya bersin sedari tadi anak itu tampaknya terkena debu Adrian sangat tak bisa terkena debu atau ia akan bersin sepanjang waktu seperti saat ini hidungnya bahkan sudah memerah di ikuti dengan pipi bulat itu yang ikut memerah.

Hachim

"un..huh." Adrian mengusap hidungnya pelan, grandpa nya sudah ke kantor hari ini tadinya ia di ajak ikut untuk pergi tapi Adrian tak mau ternyata di sana membosankan dan juga jauh, jadi ia memutuskan untuk diam saja di rumah.

Awalnya sih Adrian ingin bermain game dengan jefran dan kafra sesuai dengan yang di janjikan kedua kakaknya itu tapi janji mereka harus di tunda karena tiba-tiba saja mereka berdua pergi karena ada urusan penting, tersisalah ia dan juga alwen untuk saat ini dan Ian sangat anti dengan pamannya itu walau sudah ia maafkan Ian adalah tipe orang yang mudah memaafkan tapi untuk berdekatan lagi sangat big no, tapi kita lihat saja nanti karena Adrian adalah tipe orang yang mudah terbujuk lebih tepatnya anak yang sangat cocok untuk di culik di rayu sedikit saja pasti terlena.

Adrian saat ini duduk di kursi di tengah taman belakang di temani dengan Ciko dan paman Rio di sebelahnya, anak itu minum teh chamomile dengan tenang dengan Ciko yang tergeletak tenang di sebelahnya.

"jangan terlalu banyak mengonsumsi teh tuan muda" ucap Rio memperingati setahunya tuan mudanya ini memiliki asam lambung dari apa yang beritahukan oleh laide tuan besarnya ya walau teh memiliki banyak manfaat setidaknya jangan berlebihan dari yang Rio lihat tuan mudanya ini sangat menyukai teh.

"um ini tak banyak" Adrian mengangkat gelasnya ke hadapan Rio dengan bibir yang di cebikkan.

"itu sudah gelas kedua tuan muda" Rio menjawab sembari menahan senyuman melihat tingkah tuan mudanya ini.

Adrian menganggukkan kepalanya, menenguk teh itu hingga tandas dan turun dari kursinya tak lupa mengambil Ciko.

"Rio kau di panggil tuan besar" ucap salah satu bodyguard di sana yang menghampiri mereka, Rio gelagapan pasti ada hal yang mendesak sehingga tuan besarnya itu memanggilnya

"tuan muda dengan paman ini dulu ya? Jangan sekali-kali pergi lebih jauh dari sini, dan kau tolong awasi tuan muda" Rio bergegas pergi ke dalam mansion meninggal Adrian yang sudah di wanti-wanti untuk tak berjalan jauh dari mansion.

"mari masuk tuan muda, matahari sedang panas-panasnya"

"un padahal Ian sudah besar tak perlu di peringati huh" Adrian menghentakkan kakinya meninggalkan bodyguard di belakangnya yang menahan senyum, lihatlah pipi bulat yang memerah itu dan juga bibir pink yang mencebik terlihat sangat lucu, bukannya apa tapi ia takut kulit putih itu terbakar sinar matahari tuan mudanya terlihat seperti tak bisa berlama-lama di bawah matahari maka dari itu ia mengingatkan tuan mudanya itu.

Sesampainya di dalam mansion Adrian langsung berbaring di lantai membuat para maid panik, bisa-bisanya tuan mudanya itu berbaring di lantai walau sudah di pel tapi tetap saja hal itu tak menjamin dari adanya kuman yang tak terlihat.

"Tuan muda jangan berbaring di sana, kotorr" ucap salah satu maid dengan lembut, wanita berkulit putih langsat tampaknya wanita ini adalah salah satu maid yang sudah bekerja cukup lama.

"tapi ini nyaman, lima menit lagi yaa" Adrian berguling-guling di lantai, hal itu membuat yang lainnya menghela nafas mereka akan pastikan setelah ini untuk mengepel lantai dua kali lipat dari biasanya takutnya nanti tuan mudanya berbaring di lantai lagi seperti saat ini.

Adrian berguling-guling hingga mendekati kaki salah satu bodyguard, bodyguard itu menunduk melihat tuan mudanya menjulurkan tangan ke arahnya membuat bodyguard itu mengerti.

"Gendongg" ucap Adrian pemuda itu meminta gendong pada bodyguard yang berdiri di hadapannya saat ini.

Grep

Tubuh kecil itu langsung saja di angkat lalu di gendong dengan hati-hati oleh aresh nama dari bodyguard yang saat ini menggendong Adrian.

"cikonya jangan di tinggal"ucap Adrian ketika melihat bonekanya itu tak kunjung di ambil.

"maafkan saya tuan muda"

"tak apa, nama kakak siapa?" kenapa Ian tak memanggil orang yang menggendongnya ini dengan panggilan paman ya karena bodyguard ini tak terlihat tua sama sekali malahan terlihat seumuran seperti kakaknya kafra.

"Panggil saja saya aresh tuan muda"

"kak aresh?" kepala adrian ia miringkan pertanda bingung, panggil kak atau paman ya fikirnya.

"panggil saya aresh saja tuan muda"

"um tapikan tak sopan" Adrian memeluk bonekanya masih dengan posisinya di gendongan aresh.

"tak apa panggil aresh saja" ucap aresh sembari meletakkan tuan mudanya di sofa ruang tengah di mana ada Alwen juga di sana yang sibuk dengan urusan kantornya itu.

"Okayy" Adrian memberikan jempolnya tanda setuju dengan senyuman manis itu membuat aresh menahan diri untuk tak mengunyel pipi bulat itu.

"apa bocah ini membuat masalah lagi ?" Ucap alwen tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas yang saat ini sedang ia kerjakan.

Hump

Saat aresh ingin mengatakan sesuatu Adrian buru-buru menutup mulut pria itu, tangan kecil itu mengisyaratkan padanya untuk tak mengatakan apapun padahal kan tuan mudanya ini tak melakukan sesuatu hal yang di larang atau hal yang melewati aturan jadi kenapa ia tak boleh berbicara.

"aresh dengar tidak? ada suara tapi tak ada wujud hiii seram" ucap Adrian oh tampaknya aresh mengerti sekarang apa yang tuan mudanya ini ingin lakukan.

"iya tuan muda" alwen menatapnya sengit tatapan itu seolah mengatakan 'kau pun ikut-ikutan!!' aresh mengalihkan pandangannya ke arah lain menghindari tatapan maut tuan besarnya itu.

"Aresh gendong, Ian tak mau di sini seram hi ada hantunya" Adrian mengulurkan kedua tangannya meminta di gendong pada aresh yang langsung saja di lakukan oleh pemuda itu.

Alwen mendengus pelan melihat tingkah absurt keponakannya itu tapi ia cukup terhibur dengan tingkah lucu itu membuat sedikit bebannya terangkat.

Alwen mendengus pelan melihat tingkah absurt keponakannya itu tapi ia cukup terhibur dengan tingkah lucu itu membuat sedikit bebannya terangkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


terakhir aku up cerita ini bulan November tahun kemarin, kira-kira masih ada ga ya yang nungguin.

Jujur aku udh lupa nama-nama tokohnya

SHOULD I STAY? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang