[12]

2.7K 261 18
                                    

Adrian saat ini sedang bermain di halaman dengan Aarav, kemarin malam ia sudah menghubungi papa dan grandpanya, mereka mewanti-wanti Adrian untuk makan dan tidur dengan tepat waktu, papanya marah ketika tau putra kecilnya itu sampai jatuh ke kolam...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adrian saat ini sedang bermain di halaman dengan Aarav, kemarin malam ia sudah menghubungi papa dan grandpanya, mereka mewanti-wanti Adrian untuk makan dan tidur dengan tepat waktu, papanya marah ketika tau putra kecilnya itu sampai jatuh ke kolam karena kurangnya pengawasan laide.

Demam Adrian memang sudah reda namun bye-bye fever di dahi putih itu masih merekat karena di ganti dengan yang baru beberapa saat yang lalu.

Mereka mengadakan piknik, mansion di tengah hutan menjadi tempat yang sempurna untuk berpiknik, Aarav membelikan Adrian kamera khusus untuk anak itu karena rengekan Ian setelah anak itu menonton serial tv yang menunjukkan animasi kartu yang berpetualang sembari mengabadikan momentum dan juga sekitar mereka, Ian juga ingin begitu.

Tanpa ba-bi-bu, kamera sudah terletak di atas nakas saat anak itu terbangun, Adrian tentunya sangat senang.

maka sejak pagi tadi Ian sudah mempotret hampir seisi mansion, mulai dari susu yang di berikan maid sampai dengan ladybugs di halaman lengkap di foto anak itu, sedangkan Aarav tak bisa untuk tak tersenyum melihat tingkah Adrian, begitu pula dengan maid dan bodyguard yang berjaga dan bekerja di mansion keluarga adrastea itu.

duduk di atas rerumputan dengan alas kain putih gading, Aarav dan Adrian berbincang tadi atau lebih tepatnya Adrian yang berceloteh, dan boneka kuning kesayangan Adrian yang ikut berpiknik yang di letakkan di dekat kakak barunya itu.

Adrian memfoto bonekanya yang terlihat lucu di dekat Aarav, Adrian memang bucin buntalan kuning itu mau bagaimanapun akan selalu terlihat lucu di mata Adrian.

Aarav sesekali menyuapi anak itu dengan sepotong cake, setelah itu Adrian akan ke sana ke mari memfoto sesuatu yang menurutnya menarik.

Sebenarnya handphone Aarav sejak tadi bergetar mulai dari laide sampai ke putra dan cucu pria itu sudah menghubunginya sejak tadi, Aarav mengabaikan semua panggilan itu ia bahkan mematikan daya handphonenya setelah melihat begitu banyak notifikasi dan juga panggilan yang masuk, Aarav tak ingin di ganggu ia ingin memandangi nikmat Tuhan yang tak ada duanya saat ini.

Pipi bulat putih itu sibuk mengunyah sejak tadi dengan mata yang sibuk menatap kesana kemari mencari spot bagus dan boneka kuning yang di bawa ke mana-mana.

"kakak" suara lembut itu masuk ke pendengaran Aarav, Aarav rasa ia perlu menyiapkan alat perekam suara untuk merekam suara manis adiknya ini agar bisa ia putar setiap saat.

"iya?" pria itu berdiri mendekati adiknya yang terlihat menelisik sesuatu di bawah pohon sana.

"lihat cacingnnya besar" Aarav mendekat dengan senyum tipis namun segera sirna begitu melihat hewan apa yang adiknya itu panggil cacing, aarav dengan cepat menarik Ian menjauh dari hewan itu.

entah bagaimana suara tembakan terdengar di rungu Adrian, anak itu bergetar takut.

Beberapa bodyguard mendekat dengan cepat, semuanya tercekat, ular cobra dengan ukuran yang tak terlalu besar sebenarnya namun mereka semua tau racun dari hewan itu sangat mematikan.

Aarav baru sadar ketika melihat tubuh ular itu hancur lebur, pemuda itu menoleh mencari adiknya yang saat ini bergetar takut di dalam pelukan salah satu bodyguard.

Aarav takut adrian akan meminta pulang dan takut padanya, pemuda itu bergetar termakan dengan pikiran negatifnya.

"Hic..kakak" Tangan itu di arahkan ke arah kakaknya, Adrian menangis tapi dengan pipi bulat yang penuh dengan air mata dan hidung yang sudah memerah.

Aarav bernafas lega ketika Adrian tak takut padanya, anak itu bahkan meminta di gendong padanya tak mau pada bodyguard, Aarav menggambil Adrian dari bodyguard dengan perlahan sembari mengusap punggung kecil adiknya itu, Adrian menangis karena kaget ketika mendengar suara tembakan yang sangat kencang anak itu takut suara keras jantung tak bersahabat dengan suara kencang seperti itu, buktinya sebar di dadanya tak beraturan saat ini, aarav yang peka tentunya sadar akan hal itu.

Mereka memasukki mansion, aarav menghela nafas ia terlalu santai beranggapan tak akan ada bahaya di dalam wilayah adrastea namun nyatanya bahaya itu bisa saja dari apa saja.

Aarav membaringkan Adrian di atas sofa karena anak itu keras kepala tak ingin tidur di kamar, mengusap dahi yang masih di tutupi dengan bye-bye fever itu pelan dapat aarav rasakan keringat dari rambut adiknya yang sudah basah karena keringat itu.

"maafkan kakak" Aarav mengecup pelan pipi bulat adiknya yang sudah tertidur itu, dokter sudah tiba untuk memeriksa adiknya.

Setelah beberapa saat di periksa, Adrian hanya terlalu shock dan suara kuat tak bagus untuk jantungnya berita baru bagi aarav ketika tau ada yang beres pada tubuh adiknya ini, aarav yang seumur-umur tak pernah menangis, terisak pelan setelah dokter itu pamit undur diri.

Bodyguard yang berjaga tak ada satupun yang bersuara, hal ini baru pertama kali bagi mereka, bahu kokoh itu bergetar mereka yang berjaga di sana juga mendengar apa yang di katakan dokter, tak ada yang tak ikut sedih, Adrian terlalu manis untuk menerima pahitnya dunia seperti itu, mereka bisa mengerti mengapa tuan muda mereka itu menangis.

Walau Adrian baru beberapa hari di mansion ini, mereka semua bisa melihat seberapa pentingnya Adrian bagi aarav, kebahagiaan yang di rasakan tuan muda mereka itu bahkan menular pada mereka sejak Adrian tiba di mansion ini.

Aarav menyingkap sedikit selimut yang menutupi adiknya itu, sofa cukup untuk menampung mereka berdua, aarav memeluk Adrian dengan posesif terlihat jelas pemuda itu begitu takut di tinggalkan adrian.

Mereka berdua tertidur bersama-sama di sofa ruang tengah, dengan posisi aarav memeluk Adrian dan Adrian yang masuk ke dalam pelukan aarav mencari posisi nyaman.

Lupakan tentang boneka kuning kesayangan Adrian yang saat ini sudah berada di bawah sofa.

Lupakan tentang boneka kuning kesayangan Adrian yang saat ini sudah berada di bawah sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

udah lama bgt ya

SHOULD I STAY? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang