[2] ciko

7K 765 35
                                    

"grandpa??" Adrian baru saja terbangun, matanya mengerjap pelan, terlihat ruangan mewah berwarna abu pudar serta barang-barang klasik namun mewah memenuhi kamar itu, adrian memanggil kakeknya pelan ia terbangun sendirian di kamar yang sangat luas ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"grandpa??" Adrian baru saja terbangun, matanya mengerjap pelan, terlihat ruangan mewah berwarna abu pudar serta barang-barang klasik namun mewah memenuhi kamar itu, adrian memanggil kakeknya pelan ia terbangun sendirian di kamar yang sangat luas dengan pakaian yang sudah di ganti dengan piama kebesaran berwarna peach pearl.

Adrian turun perlahan ia takut terjatuh dari kasur yang cukup besar untuk tubuh kecilnya itu, menggenggam lengan bonekanya seperti biasa mulai melangkah keluar perlahan dari kamar luas itu.

"Grandpaaa" lorong gelap terlihat walau hari sudah pagi gorden di lorong itu belum terbuka bahkan sinar matahari tak dapat masuk dari celah manapun di karenakan garden yang tebal menutupi segala sisi ruangan, Adrian merinding ia takut walau ia seringkali di tinggal sendirian oleh sang papah namun tetap saja rasanya berbeda mungkin karena ia belum terbiasa.

"Hiks grandpa" pecah sudah tangisan yang sedari tadi ia tahan, dirinya terlalu bingung ingin melangkah ke arah mana, adrian terduduk di lantai dingin dengan boneka di pelukannya, pipi gembul itu memerah wajahnya akan sembab pasti nantinya.

"Siapa kau?" Adrian kaget sebab tak ada suara langkah kaki namun tiba-tiba saja orang di hadapannya ini sudah ada saja, ia mendongak masih dengan kondisi sesegukan, Adrian sedikit memundurkan dirinya.

"Siapa??" Adrian tak menjawab pertanyaan pria itu ia malah bertanya  balik, orang itu mendecih pelan lalu berjongkok pelan di hadapan Adrian ia mencengkram pipi bulat itu, merasakan pipinya sakit Adrian kembali menangis.

"Kau yang siapa bocah" merasakan tubuhnya di angkat Adrian memberontak namun itu hal yang tak berarti kekuatannya sangat berbeda dari orang yang menggendongnya sekarang.

"Lepasin ian penculik lepasin, hiks grandpa " bukannya di lepaskan gendong koala itu malah semakin kuat, Ian lelah memberontak ia terdiam sebentar namun bonekanya malah lepas dari genggamannya, Adrian segera melihat kebawah dengan susah payah.

"Aku bukan penculik, bocah penyusup"

"ciko kakak ciko jatuh " Adrian memberontak bonekanya terjatuh tak mungkin ia diam saja ia menarik-narik lengan baju pemuda yang sedang menggendongnya itu, sedangkan pemuda yang tiba-tiba saja di panggil kakak itu terpaku panggilan sederhana itu ntah kenapa membuat perasaan senang bukan main.

"nama ciko terlalu bagus untuk boneka jelek ini"

"kakak yang jelek, ciko ku lebih keren dari pada kakak sendiri "

"Namaku Jefran, dan boneka mu memang jelek bocah" Adrian tentu saja kesal boneka kesayangannya di hina seperti itu, ia menjambak rambut pemuda yang menggendongnya itu lalu memukulnya pelan ia dengan kesal mengigit leher pemuda yang menggendongnya itu dengan kuat sebagai pembalasan, jefran mengerang keras gigitan itu cukup sakit ia menatap tajam bocah di gendongannya itu Adrian hanya menunduk ia jadi takut sendiri.

"Bocah sialan apa yang kau lakukan hah?!?" bentak jefran tanpa sadar

"Hiks kakak jahat " Adrian memeluk leher itu erat ia takut nanti di banting atau di pukul jadi ia memeluk tubuh itu erat, padahal jefran tak mungkin melakukan itu padanya jangan kan membanting di bentak saja bocah dalam pelukannya ini sudah seperti melihat setan sangking takutnya.

SHOULD I STAY? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang