Masih tentang kejadian semalam yang kini berdampak langsung kepada seluruh anggota Berrior di SMA Mandala. Para anggota inti kini tengah di sidak di ruang kepala sekolah dengan dua aparat kepolisian serta Anton- ketua Tiger- dan para anggota yang lain sedang di jemur bersama teriknya matahari siang. Kasus semalam ternyata memang langsung tertangkap polisi, sebab Anton yang sudah pingsan serta beberapa anggotanya yang juga bernasib sama membuat pergerakan mereka terhambat jadi harus di giring aparat kepolisian ke kantor polres.
"Saya gak akan pernah bubarin Berrior. Saya yang membangun kembali jadi saya yang berhak atas nama Berrior." tolak Aksa tegas. Matanya menyiratkan akan ketidakterimaan dari perkataan kepala sekolah mereka.
"Jadi ini alasan kamu sampai bela-belain kepada Melvi padahal dia sudah jelas-jelas membubarkan kelompok tidak jelas kalian itu!" sindir pak Sapto- guru BK. "Untuk mencari onar, hah?!"
"Saya gak akan cari onar kalau bajingan ini gak sembunyiin teman saya pak!" seru Aksa tidak lagi mensaring ucapannya. Terlalu gamblang hingga mendapatkan teguran dari bu Mitty- wali kelas mereka.
"Aksa Ardana! Jaga bahasa kamu, sekolah tidak pernah mengajarkan kalian berbicara seperti anak liar begitu."
Rungan dengan suhu 16 derajat itu sama sekali tak bisa menetralisir atmosphere panas yang tercipta akibat perdebatan antara guru juga murid itu.
"Jadi gimana kelanjutannya pak? Semuanya kita serahkan kepada pihak berwajib aja, orang tua mereka juga sebentar lagi akan tiba." ujar kepala sekolah menatap dua aparat kepolisian yang ada di ruangannya. Dirinya sudah benar-benar pasrah, baru kali ini kasus dari anak-anak sekolahnya sampai harus melibatkan polisi.
"Karena kasus ini hanya masuk tawuran antar pelajar, jadi kami tidak akan menahan mereka. Hukuman yang di berikan pun hanya berupa ganti rugi akibat kerusakan fasilitas umum, selebihnya pihak sekolah yang memiliki wewenang." jelas salah seorang polisi di sana.
Mengangguk mengerti pak Harto- kepala sekolah- sedikit lega akan perkataan yang di lontarkan polisi tadi. Setidaknya nama sekolah juga kelima muridnya itu tidak akan tercemar hingga harus menyusahkan masa depan mereka.
1 jam berlalu penuh ketegangan, di tambah kehadiran orang tua mereka juga surat DO yang akhirnya di berikan kepala sekolah setelah kepergian kedua polisi juga Anton yang katanya akan di bawa kembali ke sekolahnya. Semuanya berlalu bersama rasa sesal di hati masing-masing karena harus mengecewakan orang tua mereka.
"Mama pulang duluan aja, nanti abang balik setelah ambil tas." ucap Aksa begitu sudah keluar dari ruang kepala sekolah. Tak bohong, hatinya sedikit sakit melihat tatapan mamanya, walau pada akhirnya senyum tulus justru di tampilkan wanita berumur itu bersama usapan lembutnya di kepala sang anak.
"Hati-hati ya nanti pulangnya, jangan keluyuran langsung pulang."
"Siap ibu boss!" hormat Aksa bersama tawa kecilnya. Tapi walaupun begitu, dirinya juga lumayan lega, karena kasus ini akhirnya Anton mau memberitahu dimana dia membawa Tasya juga Anjani.
"Kalian juga, hati-hati di jalan." pesan Nita pada sahabat Aksa yang lain.
"Siap hormat tante!" jawab mereka kompak.
"Yaudah Tante pulang dulu."
"Hati-hati Tante boosss..." teriak mereka berdadah ria, tak peduli jika ini masih di kawasan ruang guru juga kepala sekolah.
Tapi tak berlangsung lama akan keceriaan yang tercipta, presensi akan ketiga gadis cantik yang memiliki peran penting dalam Berrior itu muncul bersama pukulan bruntal yang Cinta layangkan pada Aksa.
"UDAH GUE BILANGIN GAK USAH TURUN, NGEBANTAH AJA LO PADA KAYAK MELVIII!!!" teriak Cinta emosi. Tangannya bahkan tak berhenti memukuli Aksa secara bruntal, tak ada yang mencegah hal itu mereka justru tertawa kecil karena kelucuan dari ekspresi Cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] [Judul sebelumnya: Permata] Claretta Faranisa Psychopath yang sialnya terlahir dengan wajah yang begitu cantik. Queen of racing. Dan begitu dingin. Mungkin hal itulah yang pertama kali terlintas kala kalian melihat seor...