9. 2-1

176 14 0
                                    

Haii haii bee🤠 Aksara balik lagii. Part ini sedikit panjang, semoga kalian gak bosan. Pastiin udah pencet votenya dulu sebelum baca, tandai typo yang ada, dan happy reading as always 🧏💗

---

Keadaan sekolah yang tak lagi aman sepertinya tak mengusik keempat gadis itu, terbukti dari mereka yang masih saja duduk santai di kantin. Seolah tak terusik dengan keributan yang ada.

"Minta mereka langsung kesini, Dav," ucap Clara begitu dia selesai menyelipkan sebilah pisau lipat di dalam sepatunya.

Saat ini penampilan mereka sudah berubah dari sebelumnya, rok yang tadi melekat kini sudah berganti menjadi jeans hitam, kemeja sekolah yang sudah berganti jaket denim khas Permata, dan rambut yang di biarkan tercepol tinggi. Sedikit sangar, jujur saja.

Baru 3 menit awal, dan Clara sudah beranjak setelah menyeruput es tehnya.

"Sekarang nih?" tanya Mika semakin antusias.

"Hm,"

"Gilz! Gak nyangka gue latihan selama ini bakal terlaksanakan juga," dalam balutan tank top hitam yang di tutup jaket denimnya Mika menyelipkan pisau lipatnya di belakang celana jeansnya. Sangat bersemangat, tak menyangka hari seperti ini akan hadir. Karena selama ini mereka latihan tinju, panah, dan tembak hanya untuk hiburan dan perlindungan awal semata.

Melintasi lapangan sekolah, berbagai pasang mata langsung tertuju pada mereka yang sudah berganti outfit, saling berbisik akan betapa cantik dan tidak tau aturan keempat gadis itu. Tapi siapa yang peduli akan hal itu, karena atensi mereka kini sudah terpusat pada halaman sekolah yang penuh akan batu, balok, dan pecahan kaca yang berceceran.

"Anjir si Delon, bener-bener mau hancurin sekolah," decak Kaila menendang batu yang berada di bawah kakinya.

Dari dalam pagar ini mereka bisa melihat langsung perkelahian yang lebih mirip sebuah keroyokan itu tengah berlangsung. Belum sampai di menit ke 5 dari perkiraan Clara dan wajah lelah yang penuh lebam juga darah itu seakan menjelas semuanya--mereka butuh bantuan.

Mengambil balok yang berada tak jauh dari tempatnya, Clara memainkan benda itu sebentar sebelum...

Brakk!!

...melemparnya ke pagar sekolah kuat-kuat. Berhasil! Kedua kubu itu secara serentak langsung berhenti dengan atensi yang berpusat ke arah Clara.

"Anjing lo!" Fahmi-cowok yang menjabat sebagai wakil Tifly itu mengumpat kala melihat siapa yang berani menginterupsi perkelahian mereka.

"Apaan sih lo Ra?!" Delon bahkan sampai menahan pukulannya ke wajah Aksa karena aksi Clara.

"Lo yang apa-apaan! Erlangga bukan arena ring ya, jadi jangan bawa masalah gak jelas lo berdua ke sini," Clara berjalan keluar gerbang, "serang Erlangga, sama aja lo lawan gue,"

Aksa yang mendengar itu lantas meringsek maju, mencegat Clara dengan mencengkram pergelangan tangannya. "Lo apa-apaan sih? Ini bukan arena time zone yang bisa lo nangisin kalau kalah," desisnya tajam, memperingati gadis tinggi itu dengan tegas.

"Emang lo yakin bakal menang? Jangan egois, lo bisa mati di sini," balas Clara tak kalah sinis. Jarak mereka yang tak lebih dari 8 inchi membuat gadis dengan rambut yang di cepol tinggi itu bisa melihat jelas lebam, darah, dan keringat yang bercucuran di wajah Aksa. Nyaris tumbang, Clara bisa menebaknya dengan pasti.

Brummm... Brummm...

Hingga barisan motor dengan suara bising knalpot mereka kembali mencuri atensi semua orang. Rombongan dengan jaket denim berlambang Permata. Tak perlu susah-susah menebak, pastinya mereka di panggil langsung oleh queen-nya.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang