8. MENCATAT SEJARAH

156 13 2
                                    

Haii haii bee!

Aksara balik lagi. Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar. Happy reading (as always)🤓💜

---

|Thirsty Scholar Pub
01:14 WIB

Beer di gelasnya sudah terisi 5 kali. Dan sebanyak itu pula alkohol yang sudah masuk dalam tubuh Aksa. Dirinya baru saja balik dari rumah Cinta, setelah terlibat perdebatan kecil dengan Tasya yang beruntungnya langsung pergi setelah mendapatkan keinginannya.

"Sialan!" umpatan kecil itu lolos begitu itu saja kala rasa pening mulai menghampirinya. Dirinya belum mabuk, beruntungnya toleransi tubuhnya terhadap alkohol sangat baik, sehingga tak perlu ada yang di khawatirkan. Lagi pula dia masih cukup sadar untuk tidak pergi sekolah dalam keadaan teler besok.

Masih tentang kejadian saat di rumah Cinta, beruntungnya kedua orang tua gadis itu sedang tak ada di rumah, sehingga kedatangan Tasya tidak mengusik mereka--ya kecuali Cinta yang sedikit ketakutan karenanya.

"Sya, balik sekarang," ucap Aksa tenang, mencoba memancing gadis sepantarannya itu agar tak berlaku gila lebih jauh.

"Gak sebelum Cinta datang ke rumah sakit!" terang Tasya mutlak, seolah tak ingin ada negosiasi setelahnya.

"Ck! Jangan bawa-bawa Cinta Sya. Biar gue aja yang temenin lo di rumah sakit,"

Tatap lembut, tawaran yang sangat menggiurkan, dan bagaimana kata demi kata itu seakan di atur agar tak mengusiknya--semuanya di abaikan Tasya begitu saja. Kini dia beralih pada sang pemilik rumah yang masih berada di dekat pintu rumah.

"Gue gak mau! Gue maunya dia yang jengukin Anjani!" bersama bentakan kasar itu Tasya meraih sebelah tangan Cinta, menariknya cukup kuat hingga berhasil menancapkan kukunya di kulit putih Cinta.

"Tasya!"

"Gu-gue gak mau Sya,"

Tak hanya Aksa, Raja yang baru datang pun dengan cepat melepaskan tarikan Tasya pada Cinta.

"Kenapa lo gak mau, hah?! Lo yang harusnya ikut tanggung jawab juga! Dasar pembunuh!"

Ketakutan itu tergambar sempurna pada iris coklatnya, sedikit mengundang getaran sebelum pelupuk matanya terasa penuh akan air mata. Cinta memaklumi perlakuan dan sikap Tasya yang akan terdengar wajar bagi siapa saja, hanya saja bagaimana gadis di depannya ini bersikap selalu membuatnya takut.

"Tasya, jaga batasan lo!" peringat Aksa tajam sebelum menghempaskan tangan Tasya.

"Kenapa? Bener kan? Dia aja yang belum minta maaf ke Anjani,"

"Cinta sama sekali gak ada hubungannya Sya sama keadaan Anjani," terang Aksa mencoba menekan amarahnya sedalam mungkin. "Biar Raja yang anter lo balik,"

"Ay-"

"Gue gak mau! Gue gak mau sebelum Cinta dateng ke depan Anjani!" teriaknya marah. Kilatan itu terlalu jelas untuk di tangkap mereka, bahwa emosi telah menguasai Tasya saat ini.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang