part 10

4.8K 106 1
                                    

Suara dentuman musik menggema bahkan memekakkan telinga ketika memasuki tempat yang berisikan orang orang pencinta dunia dimana para manusia menari dengan liar bahkan tanpa malunya membagi saliva satu sama lain di tempat terbuka. Wanita dengan pakaian minim yang menjajakan tubuhnya pada pria hidung belang maupun pada pria berdompet tebal sudah menjadi rahasia umum disana. Bahkan narkoba sudah menjadi makanan sehari-hari bagi pengunjungnya.

Seorang pria berpakaian casual memasuki tempat menjijikkan itu dengan wajah datarnya mengabaikan para wanita yang menatap lapar ke arahnya. Kakinya melangkah memasuki sebuah ruangan besar dibawah tanah melalui pintu yang hanya beberapa orang yang tahu. Disana seorang pria berkemeja hitam dengan dada terbuka sedang menikmati cocktail ditangannya bahkan sesekali mencium bibir wanita di sampingnya.

Pria itu berdeham mengalihkan atensi pria yang sedang asik mencumbu wanita setengah naked. Pria itu kemudian menoleh dan tersenyum smirk. Dengan sekali lirikan mata jalang di sampingnya keluar melenggang pergi meninggalkan dua pria tersebut.

"Duduklah!" perintah pria itu. Tangannya menuangkan wishky ke gelas kecil kemudian menyodorkannya ke arah pria di depannya.

"Untukmu." Ia menatap tak minat gelas yang disodorkan ke arahnya. "Tak usah berbasa basi." ujarnya dingin membuat lawan bicaranya mengubah raut wajah menjadi serius.

"Aku ingin kau bekerjasama denganku." ujar pria itu. Matanya menilik menatap serius wajah di depannya.

"Keuntungannya?"

"Kau akan mendapatkan apapun yang kau mau."

"Tidak seru." balas laki laki itu remeh.

"Kau sudah menemukan gadis itu?" si pria tersenyum sinis melihat lelaki di depannya terdiam.

"Aku bisa membantumu. So, bagaimana?"

"Tau dari mana kau?" desisnya.

"there's nothing I don't know." balasnya remeh.

"Sialan."

"Kau tidak mempunyai banyak waktu dude. Make your choice as soon as possible, let my men know when you have found the best solution." Pria tersebut bangkit dari duduknya melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan si laki laki dengan pikirannya sendiri.

*****

"Bibi, apakah kau melihat ponselku?" Aluna bertanya begitu melihat Bibi Elly memasuki kamarnya. Wanita itu sampai dibuat kaget karena Aluna bertanya tiba tiba.

"Ponsel? Aku tidak pernah melihat ponsel sejak nona disini." Ujarnya membuat Aluna mendesah kecewa. Aluna sibuk mencari kesana kemari namun tetap tak menemukan benda tersebut. Padahal ponsel itu sempat berada di saku celana yang ia pakai saat orang suruhan Azka membawanya kabur. Sial, apa Azka yang mengambilnya? Aluna kecewa, padahal itu jalan satu satunya untuk meminta bantuan pada Jovin agar membebaskannya dari Azka.

Mengenai Jovin, apakabar laki laki itu? Ia pasti khawatir mencari Aluna. Tolong aku, Jovin batin Aluna.

"Apa yang kau cari, Aluna?" Azka berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajamnya.

"Tu-tuan." Azka melirik Bibi Elly kemudian menyuruh wanita itu keluar meninggalkan ia dan Aluna.

"kak, kak Azka ponsel Aluna?" Aluna menatap takut Azka. Tangannya saling bertautan. Tatapannya tertunduk, takut menatap mata yang menatap tajam ke arahnya.

Azka melangkah mendekati Aluna yang terdiam di tempatnya menunggu jawaban darinya.

"Untuk apa kau mencari ponselmu?"

"A aku hm.."

"Mulai saat ini kau tidak boleh menggunakan ponsel." ucap Azka tajam.

"apa maksud kakak?! kembalikan ponselku kak!" teriak Aluna tanpa sadar.

Ex PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang