part 6

6.3K 165 7
                                    

Suasana malam hari terasa sangat dingin.Setelah Jovin datang kemudian menenangkan Aluna serta mencoba memastikan semuanya akan baik baik saja, lelaki itu langsung pamit dari kontrakan Aluna. Sebelumnya Jovin sempat meminta Aluna untuk tinggal di apartmentnya untuk sementara waktu, namun Aluna menolak dengan alasan tidak mau merepotkannya.

Jarum jam yang berdetak menunjukkan angka 01.00 dini. Aluna sendiri masih belum bisa menutup kedua matanya. Rasa was was dan ketakutan masih dominan. Bukan tidak mungkin,orang itu menemukan Aluna di saat saat seperti ini. Aluna tidak boleh lengah. Menaikkan selimut sampai ke leher, Aluna mencoba menenangkan pikirannya sendiri. Mencoba meyakinkan dirinya untuk tidak terlalu cemas.

Tanpa disangka, mata indah itu tertutup. Nafasnya sudah mulai teratur, terlihat nyenyak. Aluna tertidur melupakan kecemasannya. Jam terus bergerak, begitu pula Aluna yang tertidur tanpa tahu seseorang menyelinap masuk ke kontrakan kecilnya.

Lelaki tinggi bertubuh besar itu membuka pelan kamar Aluna tanpa sedikitpun mengganggu tidur Aluna.

"setidaknya aku tidak mengacau." ujarnya pelan.

Lelaki itu berjalan pelan berusaha tidak menimbulkan suara ke arah Aluna dengan tangan kanannya mengeluarkan sapu tangan yang sudah diberi bius dari saku celana jeans hitamnya. Dengan pasti tanpa mengeluarkan suara sedikitpun sapu tangan itu sudah mendarat menutup lobang udara Aluna. Aluna pingsan dalam tidurnya.

Mendesah lega. Lega pekerjaannya dimudahkan.

"Terimakasih kau sudah memudahkan pekerjaanku, gadis kecil. Ah, mungkin sekarang kau gadis, tapi tidak tahu bagaimana selanjutnya kau jika sudah berada dalam genggaman manusia brengsek seperti dia."

Lelaki itu mengangkat Aluna dengan mudah. Membawa Aluna kepada seseorang yang sudah lama menantikan kehadirannya kembali.

Entah bagaimana perasaannya ketika sadar berada di tempat yang hanya akan membuatnya merasa di penjara setiap saatnya.

Aluna yang malang.

****

Azka melipat kedua sisi lengan bajunya sampai kesiku. Tampak otot otat bisepnya mengetat. Lelaki itu membakar ujung sumbu rokok di sela jarinya dengan mudahnya. Sorot mata tajamnya menembus kaca di depan sambil Membayangkan hal hal gila yang akan ia lakukan dengan gadisnya nanti.

Lelaki itu kemudian menghembuskan asap rokoknya sehingga membentuk gumpalan asap di udara. Sembari tangan kanannya memegang gelas berisikan red wine. Ah..Azka sangat menyukai Red Wine.Manis seperti gadisnya.

Bersamaan dengan Azka mematikan sisa rokoknya, pintu besar dikamarnya di ketuk beberapa kali. Pintu besar tersebut langsung terbuka menampakkan seorang pria dengan jas hitam ditubuhnya. Pria tersebut segera masuk setelah mendapatkan izin dari Azka.

"Dia pingsan, tuan."

Azka bergeming. Menatap bayangan bawahnya dari jendela kaca kamarnya.

"Bawa dia ke tempat yang sudah di siapkan Elly!"

"Baik tuan."

Pria tersebut menundukkan kemudian keluar dari kamar Azka.

Azka berjalan keluar dengan tatapannya yang datar dengan kedua tangan di dalam saku celana. Turun ke bawah menemui seseorang yang setiap melihatnya hanya akan membuatnya kesal.

Wajah Azka semakin datar melihat lelaki di depannya yang dengan tidak sopan tidur di ruang tamu mansion nya.

Azka berdeham keras membuat lelaki tersebut membuka kedua matanya kemudian duduk dengan rasa kesalnya karena merasa di ganggu oleh Azka.

Ex PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang