0 2. Akrab?

33 6 0
                                    

Nayla sedikit merenggangkan tubuhnya yang sudah lelah itu, ia langsung menyambar kembali tasnya dan mencari keberadaan ponsel pintar miliknya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nayla sedikit merenggangkan tubuhnya yang sudah lelah itu, ia langsung menyambar kembali tasnya dan mencari keberadaan ponsel pintar miliknya itu.

“Lah, dimana si?” Tanya Nayla pada dirinya sendiri seraya mengeluarkan semua isi tasnya. Sungguh tidak mungkin rasanya jika ponselnya tertinggal.

Hingga akhirnya ia menemukannya didalam kantung almamater sekolahnya, Nayla sedikit merasa bingung.. kapan ia memasukkan ponselnya ke dalam saku?

“Ah tauk deh, penting ada.” Ucapnya mencoba bodoh amat dengan kejadian barusan, yang tanpa ia sadari... mungkin saja kejadian tersebut sebuah pertanda.

Ntah pertanda menyapa, memulai, ataupun mengakhiri.

Nayla langsung membuka beranda utama WhatsAppnya dan mendapati banyak sekali notifikasi dari sebuah grup yang tidak ia kenali..

+62××××
|Sombong lo, dasar ketua bolot.

Andika
|gaboleh bolot-bolot gitu.

+62××××
|Lagian ngeselin.

Ia tidak mengenali nomor yang berada digrup itu, namun ia tahu jika yang baru saja mengirimkan pesan adalah Mezza dan Andika.

“Oh, grup kelas.” Gumam Nayla sembari merebahkan tubuhnya, ia tak menanggapi pesan-pesan itu dan memilih untuk melihat pesan lainnya.

— —

Di sisi lain terdapat seseorang yang masih terduduk didepan sekolah seraya mengedarkan pandangannya guna mencari sang kakak yang akan menjemputnya.

Seharusnya Nara menunggu jemputan dirumah sang nenek, namun ia tidak tahan jika harus berdiam diri disana. Ia tak mempunyai teman mengobrol dan kerap mendengar omelan.

Tetapi karena sang kakak laki-lakinya sedang libur dan belum harus kembali ke kota tetangga, ia pun memanfaatkan hal tersebut.

Nara biasanya membawa sepeda motor sendiri saat SMP, namun mengingat umurnya yang belum mencukupi dan ia sempat mengalami kecelakaan.. Nara pun berhenti dan memutuskan untuk diantar jemput saja.

“Ck! Main dimana si?” Omel Nara seraya membuka ponselnya dan melihat apakah nomor sang kakak dapat dihubungi, atau tidak.

“HALLO?! Bang dimanaa? Kami nunggu dihalte udah lama.” Celetuk Nara begitu panggilannya tersambung dengan sang kakak.

“Ini udah mau jemput, tadi Abang telpon ga kamu angkat. Abang kira kamu main dulu,” Balas kakak Nara yang tak lagi digubris lalu mematikan saluran telpon tersebut secara sepihak.

Tetapi mendengar balasan sang kakak Nara, Nara pun membuka panggilannya dan melihat apakah sang kakak ada memanggilnya.. atau tidak?

𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐆𝐞𝐧𝐠 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang