1 1. Teman 'dia'

16 3 0
                                    

Keluar dari gudang membuat mereka menghirup nafas lega sembari was-was

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keluar dari gudang membuat mereka menghirup nafas lega sembari was-was. Kata Cindy, mereka harus menuju gedung paling ujung dan masuk ke dalam kelas yang memiliki angka 3 dipintunya.

“Kakak tau banyak ya, tentang kejadian ini.” Celetuk Mezza ketika mensejajarkan jalannya disebelah kakak kelasnya itu. Cindy hanya tersenyum kecut.

“Aku punya kelebihan buat ngliat hal kaya gitu, memang aku tau dia awal. Tapi aku justru kalang kabut dan langsung marah waktu dikantin, aku dibutakan cinta.” Jawabnya lirih sembari menyesali semua perbuatannya.

Mezza hanya membulatkan matanya sedikit tidak percaya, perempuan ini memiliki kelebihan yang biasanya disebut ‘indigo’ oleh orang lain.

Sesampainya mereka digedung paling ujung dari tempat ini...

“Nar, Sa. Makasih udah nyadarin gua tadi, walaupun sekarang adalah titik terakhir kita. Kita gabakalan tau siapa yang pulang, dan enggak.” Ujar Jinandra tiba-tiba saat ingin membuka pintu ruangan tersebut.

Langkah demi langkah terlewati, suasana mencekam mereka hadapi bersama-sama. Mencoba ikhlas tentang keadaan yang mereka jalani saat ini walaupun bukan karena perilaku mereka.

Hingga, sampailah mereka didepan kelas 12 3. Mereka tidak tahu ini kelas IPA atau IPS, hanya tertuliskan sebuah angka 3 didepan pintu tersebut.

Perlahan Andika dan Haksa masuk ke dalam sana, sedangkan Jinandra dan Zikra yang berjalan paling belakang mengikutinya.

“KITA MAU PULANG!” Teriak Cindy kencang, bahkan telinga adik kelasnya hingga mendengung karena mendengar teriakannya itu.

Tak lama terdengar suara tawa yang sangat menyeramkan. Semuanya gelap, mereka tidak bisa melihat apapun. Tubuh satu sama lain perlahan terasa sangat ringan.

“Leo.. lu mau temen? NGACA BEGO! Lu tuh kita manfaatin doang, tolol!” Maki seorang siswa tepat didepan wajah temannya itu.

“Haha, memang lu tuh ga pantes punya temen sat. Belajar ae sonoo! Ga bisa gua punya temen kaya lu, alergi.”

“Mati sana lu! Pembunuh, gua inget gimana Arza bunuh diri karena gatahan nilainya lu balap terus.” Ucap siswa lainnya yang semakin membuat Leo meremat tangannya kuat.

“GUA BUKAN PEMBUNUH! Temen kalian emang curang, tapi gua bukan pembunuh, anjing!”

Leo sudah tak bisa menahan emosinya lagi, ia lelah dirundung secara terus menerus. Bahkan ia lelah jika harus diinjak dengan teman(?) sederajatnya itu.

“Berani lu lawan gua?! Pecundang.”

Tanpa banyak basa-basi, Leo langsung dipukuli hingga tersungkur ke lantai. Darah mengalir dengan deras dari hidung pemuda itu, bahkan matanya sudah tidak bisa terbuka dengan sempurna lagi.

Dan disaat Leo sudah tidak tahan, ia sudah sampai dititik paling lemahnya.. Pembully tersebut masih menginjak-injaknya.

“Tolong...” Mohonnya lirih saat sudah tidak bisa berdiri dan melakukan apapun lagi, siswa yang merupakan pembullynya tersebut langsung berjongkok dan membisikkan sesuatu.

“Tolong? Haha, mimpi. Bentar lagi lo mati! Nyawa temen gua gabisa hilang gitu aja,” Seru laki-laki yang memiliki nama Gendra itu.

Ia mendudukkan Leo dan memukuli kepala pemuda itu hingga lebam secara keseluruhan dan darah yang mengalir semakin deras. Dan, inilah titik terakhir pertahanan Leo.

Pemuda tersebut meninggal setelah dadanya diinjak oleh Gendra, menyebabkan detakan jantungnya berhenti didetik itu juga.

Kejadian yang diperlihatkan oleh mereka semua itu membuat mereka tidak tega, inilah mengapa makhluk tersebut marah dan dendam akan semua orang yang berisik dan mengumpat.

Dan, inilah saatnya. Tak bisa dihindari, makhluk tersebut tetap akan meminta teman dan membuatnya tenang, ia akan berhenti menganggu jika ia telah mendapatkan teman sebanyak yang ia mau.

GLEK!

Lampu perlahan menyala dan menampakan makhluk tersebut dengan wujud aslinya, pemuda itu sangat tampan! Tetapi senyumnya yang menyeringai membuat semua orang tunduk dan tak mampu menatapnya.

Bisa dilihat perlahan tubuh mereka memudar, hanya yang akan tinggal disini lah yang akan tetap jelas. Atau tidak memudar.

Nayla awalnya tersenyum saat melihat Nara dan Mezza ikut memudar seperti dirinya dan perlahan tubuhnya terasa semakin ringan, tapi..

“JANGAN! AYO! AYO PULANGG!” Teriaknya yang semakin lama semakin pelan, ia perlahan menutup matanya semuanya gelap mendadak ia tertidur, dan terbangun kembali ditengah keramaian orang.

“ALHAMDULILLAH, NAKK.. akhirnya bangun juga,” Ucap salah satu guru yang mulai bernafas lega melihat siswinya terbangun dari.. pingsannya.

“Bu. Teman saya yang lain, dimana?” Tanya Nayla yang langsung diperlihatkan oleh gurunya itu, guru muda tersebut membuka tirai yang membatasi setiap ranjang UKS sekolah tersebut.

“Bu, hanya ini yang pingsan?”

.

.

.

𝐭𝐛𝐜

𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐆𝐞𝐧𝐠 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang