0 9. Janji

15 4 0
                                    

Keiza dan Hiva yang berjalan paling depan itu terus melangkahkan kakinya sesuai arahan yang diberikan oleh Zikra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keiza dan Hiva yang berjalan paling depan itu terus melangkahkan kakinya sesuai arahan yang diberikan oleh Zikra. Mereka berdua tak pernah melepaskan genggaman satu sama lain.

"MIRA!" Teriak Keiza guna memanggil sahabatnya itu, Amira yang merasa namanya dipanggil pun langsung menghentikan langkahnya dan menoleh. Keiza tersenyum saat melihat Amira bersama teman-teman yang lainnya.

"Ji, ayo kita jalan ke arah yang berlawanan." Ajak Andika langsung tanpa basa-basi yang membuat Jinandra bingung, Andika pun menghela nafasnya kasar saat melihat teman-temannya tak paham.

"Jalan ke arah aula, jangan lewat lorong biasanya." Jelas Andika dengan singkat dan langsung dapat diterima oleh teman-temannya. Mereka lantas langsung berjalan mengikuti Andika dan menjaga keberadaan satu sama lain.

Dan akhirnya mereka menemukan tangga, namun..

Tiba-tiba lampu padam, Andika panik dan langsung memastikan bahwa orang yang berada disekitarnya masih ada. Namun nihil, ia hanya menemukan ke-3 temannya. Zikra, Hiva, dan Keiza.

"ARKHH! YANG LAIN KEMANA?" Teriak Andika panik saat lampu kembali menyala dan tidak memperlihatkan ke-5 teman lainnya.

Sedangkan disisi lain.

"JI! LU DIMANA?!" Teriak Haksa saat lampu padam, Jinandra pun langsung mencari teman yang bisa ia gandeng. "Siapa ini?" Tanya Jinandra ketika berhasil menggenggam salah satu tangan temannya.

Sebelum seseorang tersebut menjawab, lampu sudah menyala dan Jinandra bisa melihat bahwa Nayla sedang menutup matanya karena terkejut tadi.

"Maaf-maaf," Ucap Jinandra dan sontak melepas genggaman tangannya dan terkejut saat melihat ke-4 temannya yang lain tidak disini.

"Kita dimana lagi?" Tanyanya pelan seraya melihat keadaan sekitar. "Gedung IPS. Tuh," Jawab Nara sembari menunjuk sebuah tulisan yang tergantung diatas pintu.

"Gua pernah masuk kesini juga, tapi gua gatau ini lantai berapa." Timpal Nara, Mezza dan Nayla pun ingat jika pernah rapat OSIS disalah satu ruangan disini.

Akhirnya mereka kembali berjalan mencari tangga ditengah remang-remangnya gedung ini, cahaya yang minim membuat mereka ketakutan. Ralat, Nara dan Amira.

"Gue pengen pulang.." Gumam Amira pelan yang membuat semuanya menoleh ke arah perempuan ini, Haksa pun berjalan ke depan dan mengacungkan jari kelingkingnya.

"Gua bisa buat lu keluar dari sini, janji." Ujar laki-laki itu yang membuat Amira mengangguk ragu, semuanya ingin pulang. Namun mereka sendiri tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari sini.

"TANGGA!" Teriak Nara saat melihat sebuah tangga yang mengarah menuju lantai bawah. Semuanya dapat bernafas lega dan menuruni tangga itu perlahan, jangan lupakan pesan Andika untuk tetap bergandengan.

Saat mereka sampai diluar ruangan, masih sama seperti beberapa jam yang lalu. Ini petang hari, Amira tersenyum saat mengingat janji yang Haksa ucapkan 10 menit lalu.

"Bentar, ini bukan sekolah."

"Dika, tangga!" Ucap Hiva semangat saat akhirnya mereka menemukan tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dika, tangga!" Ucap Hiva semangat saat akhirnya mereka menemukan tangga. Dan tanpa basa-basi pun mereka langsung menuruni tangga, dan diluar mereka langsung menemukan teman-temannya yang melamun itu.

"NAY! JI! Ngapain nglamun? Kita berhasil," Seru Andika dengan senyum lebarnya itu. "Ini bukan sekolah, dika." Celetuk Nayla yang menyadarkan Andika.

Keiza pun sadar akan itu, ia tidak menemukan gerbang yang menuju keluar lingkungan sekolah.

Nara dan Mezza sudah terduduk dibawah bersama dengan Amira, mereka kelelahan berjalan sedari tadi. Apakah kali ini mereka harus mencari gerbang lagi? Apa maksud dari penunggu sekolah memutar-mutarkan mereka disini?

"AAAAAAAAA!!!" Teriak seorang perempuan dari arah berlawanan sembari berlari ke arah Andika, dan lainnya ini.

"TOLONG! Tolongin saya, saya mohon!" Mohon gadis tersebut yang langsung bersembunyi dibelakang Haksa, Haksa yang masih kaget itupun hanya diam saja.

"Loh?!" Kaget Mezza saat melihat wajah perempuan tersebut, gadis ini adalah siswi yang melabrak kekasihnya dikantin beberapa hari lalu.

Haksa dan Jinandra yang melihat ke arah yang berlawanan dengan teman-temannya itu pun langsung nampak panik dan mengeret semua temannya agar pergi dari sini.

"LARI!"

Nara masih belum tahu apa yang terjadi, ia hanya ditarik oleh Keiza agar berdiri dan berlari. Ia tak tahu apa yang terjadi, hingga mereka semua terduduk dibelakang dari gedung tersebut dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Ada apa?"

"Dia."

Nara mengerutkan keningnya, ia tak tahu maksud dari jawaban yang baru saja dilemparkan oleh Jinandra itu, hingga akhirnya laki-laki itu menunjuk ke arah belakang Nara dengan dagunya.

Terlihat sosok besar dengan mata merahnya itu tengah berjalan menyeret orang lain dibelakangnya. "Itu, pacarmu bukan?" Bisik Nara akan gadis tadi.

Dan siswi yang merupakan kakak kelasnya itupun hanya mengangguk. "Iya, kau benar." Jawab perempuan itu dengan lirih pula.

"Terpaksa, kita harus masuk ke ruangan itu lagi." Ujar Andika sembari menghela nafasnya kasar setelah sosok tadi pergi dari hadapan mereka.

"Lu gila?"

"Apa lu ada saran lain, Ji?"

Dengan putus asa mereka dengan mengendap-endap pergi ke sebuah gudang yang terletak diujung dari halaman belakang bangunan itu.

"Kita bisa keluar dari sini, tapi ga semuanya."

"Maksud kakak?"

.

.

.

𝐭𝐛𝐜

𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐆𝐞𝐧𝐠 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang