Ntah sudah berapa lama mereka ini terduduk dikelas yang semakin lama semakin panas ini. Semuanya sudah hampir putus asa sampai Jinandra berdiri dari duduknya dan menendang kuat pintu kelas.
BRAK!
Pintu langsung terbuka dan memperlihatkan lorong sekolah yang sepi dan kelas lain yang kosong. Perlahan Jinandra dan Haksa membangunkan teman-temannya yang sudah terlanjur tidur karena lelah.
"Nay, Ra, Kei, Va, bangun." Ucap Jinandra pelan agar teman-temanmu ini tidak terkejut, berbeda dengan cara Haksa.
"PINTUNYA BISA KEBUKA AYO PULANGGG!!" Teriaknya yang membuat semua orang terbangun karena terkejut. Dan Haksa pun mendapat satu pukulan yang lumayan keras karena seharusnya ia tidak seberisik ini.
"Maaf-maaf, ayo kita keluar." Ajak Haksa begitu teman-temannya mulai terbangun dan merenggangkan badannya yang kaku. Sampai saat ini langit belum menggelap, namun jika dikatakan terang tidak juga.
"Pelan-pelan," Ujar Jinandra yang membantu Hiva berdiri, kakinya melemas karena sedikit terbayang lagi wajah 'penunggu' yang menguncinya dikamar mandi.
Mereka keluar dari kelas berbarengan, Andika memastikan tidak ada yang tertinggal ataupun terpisah.
"Gandengan, jangan ada yang misah." Instruksi Andika yang diangguki oleh teman-temannya, ini adalah akibat dari perilaku tak senonoh yang dilakukan oleh teman-teman mereka.
Sebenarnya Andika takut akan hal seperti ini, namun jika dia melihat ke belakang.. lebih banyak manusia yang lebih takut dari ia.
Ini adalah pertama kalinya Andika merasa bahwa ia harus melindungi orang lain dan ditambah lagi jabatan ketua kelas yang semakin membuat ia merasa bahwa semua orang disini adalah tanggung jawabnya.
Sudah beberapa menit mereka berputar dan tak kunjung menemukan tangga yang akan menggabungkan lantai 4 gedung ini dengan lantai bawahnya.
"Maaf banget, tapi kali ini kita bener-bener harus misah. Kalau ada yang hilang, dicari. Bukan ikutan hilang." Ujar Andika yang lagi, dan lagi diangguki teman-temannya.
Zikra, Keiza, Hiva, dan Andika berjalan menuju ke kanan. Dan sisanya kiri.
Mereka awalnya berjalan dengan normal seraya mencari keberadaan tangga gedung sekolahnya ini, namun ntah apa yang sedang terjadi.. gedung ini nampak berbeda. Mereka memiliki ruangan yang lebih banyak dan nampak meluas.
"Ji, berhenti bentar please. Kaki gue sakit banget jalan terus," Mohon Amira seraya memegangi perutnya yang ikut sakit itu, ditambah lagi sejak pagi ia belum memakan apapun.
Jinandra yang berjalan paling depan pun mengangguk dan menyuruh Haksa untuk berhenti pula. Haksa berjalan paling belakang, namun.. ada yang aneh.
Nara sontak menolehkan kepalanya dengan panik saat menyadari salah satu temannya tidak ada disebelah Haksa. "Nayla mana?!" Tanyanya panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐆𝐞𝐧𝐠 ✓
RandomKisah pertemanan tak biasa yang diisi oleh orang-orang aneh. Pendiam, cerewet, emosian, lemot, pintar. Semuanya menjadi satu. Berusaha membangun suasana harmonis ditengah-tengah bahaya. Tanpa mereka tahu, mereka mengundang sesuatu. Bagaimana cara...