Amira dan Keiza tengah membereskan meja bazar kelas mereka yang sudah ludes itu. Disaat mereka sedang berada dipinggir lapangan basket guna membersihkan itu semua.. teman-temannya justru hanya duduk-duduk dikelas menunggu bel pulang berbunyi.Nayla, Mezza, dan Nara yang sedang memungguti sampah itu tadinya ingin memanggil teman-temannya agar membantu Amira dan Keiza, namun kedua anak ini hanya menolak dan mengatakan jika sebentar lagi akan selesai.
Dan benar saja, tak sampai 10 menit semuanya sudah beres dan mereka masuk ke dalam gedung dan menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam kelasnya.
Didalam kelas nampak sangat rame, dan gaduh. Ntah yang tertawa karena candaan temannya ataupun yang sedang adu argumen.
Keiza berusaha tak memperdulikan itu dan langsung memasukkan tempat bekas bazar tadi kedalam tasnya dan menunggu jam pulang datang, seperti yang lainnya.
Hiva nampak menghitung uang kas yang kian menipis karena sudah terpakai untuk bazar itu, dan disaat sedang menghitung..
"Korupsi lo kebanyakaan, kurang kan duitnya?" Ejek salah satu siswa yang sedang memainkan bola basketnya dibelakang sana. Hiva berusaha tak mempedulikan hinaan temannya itu.
Namun semakin lama semakin banyak yang mengatakan hal serupa, bahkan saat ini sudah terhitung 5 orang menuduh, dan mengolok-oloknya.
Bisa saja niat mereka hanya bercanda, tapi apakah candaan tersebut bisa diterima dengan baik oleh Hiva? Tentu saja, tidak. Ia sakit hati karena mendengar teman-temannya menuduh ia melakukan hal tersebut padahal ia sama sekali tidak memiliki niat untuk hal tersebut.
Kali ini, semuanya terdiam dan hanya mendengarkan para berandalan kelas mengolok-olok dan menyoraki Hiva. Mereka tak berani melerai karena para berandalan ini memang sudah membentuk circle atau kelompok tersendiri semenjak sekolah menengah pertama.
"Diem aja artinya bener, 'kan? Salah pilih bendahara ni Bu Susi. Pantes kas mulu, seminggu 2 kali. Ternyata dikorupsi,"
Hiva yang sudah tak kuat menahan amarahnya itu lantas berdiri dan melemparkan semua uang kas yang berada digenggamannya itu pada wajah sang pengolok.
"MAKAN TUH KORUPSI BANGSAT! Lo cowok punya mulut lemes banget kaya cewe! Sana lo gabung sama ibu-ibu komplek perumahan yang hobinya ngibahin utang tukang sayur. Ga pantes lo semua disini, kelakuan lo semua yang ditutupin sama sekolah udah buat gue eneg," Maki Hiva dengan kencang dan seperti tidak memberi kesempatan untuk segerombolan siswa itu berbicara.
"Jangan gara-gara bapak lo semua nyogok sama pihak sekolah.. lo bisa semena-mena sama orang lain, keberadaan lo disini aja udah salah. Apalagi tingkah laku, dan sikap lo semua." Lanjut Hiva yang masih berdiri didepan ke-5 orang itu dan mendapatkan banyak pandangan aneh dari teman-temannya.
"Anjir, baperan banget lo. Gua cuma bercanda kali, lagian lo cewe mulutnya gabisa dijaga banget." Komentar salah satu orang ketika mendengar ucapan Hiva beberapa saat lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐆𝐞𝐧𝐠 ✓
AcakKisah pertemanan tak biasa yang diisi oleh orang-orang aneh. Pendiam, cerewet, emosian, lemot, pintar. Semuanya menjadi satu. Berusaha membangun suasana harmonis ditengah-tengah bahaya. Tanpa mereka tahu, mereka mengundang sesuatu. Bagaimana cara...