Seorang pria berkulit putih nan cantik tengah duduk termenung di sebuah taman yang berbeda di fakultasnya. Tangannya menggenggam sebuah kertas yang baru saja ia dapatkan dari pihak kampus.
Pria itu menunduk, untuk ke sekian kalinya ia menatap kertas yang berada di tangannya.
"Tabunganku bahkan tidak cukup untuk membayar ini" lirihnya.
Ia kembali berpikir dari mana ia bisa mendapatkan uang dalam waktu dekat untuk membayar uang semesternya.
"Huffff" ia menghela nafasnya.
"New"
Pria tersebut langsung menoleh ketika mendapatkan seseorang memanggilnya.
"Gun? Ada apa?" Tanyanya.
Gun menggelengkan kepalanya lalu ia duduk di hadapan New.
"Kau kenapa?" Tanya Gun pada sahabatnya itu.
New tidak menjawab pertanyaan Gun, namun Gun menatap kertas yang di pegang oleh New, ia tahu kertas apa itu.
"Kau bisa menggunakan uang ku terlebih dahulu New" tawar Gun.
New menggeleng pelan, ia tersenyum tipis sambil menyimpan kertas tersebut kedalam tasnya.
"Terimakasih Gun, aku tidak ingin merepotkan mu" tolaknya.
"Bagaimana aku bisa merasa kerepotan jika aku sendiri yang menawarkan bantuan"
"Tidak perlu Gun, bahkan uang mu yang kemarin saja belum aku ganti"
"Aku tidak meminta mu untuk menggantinya secepat mungkin. Jika kau ada uang nanti kau bisa menggantinya. Aku ikhlas menolong mu New" ujar Gun tulus.
New menggeleng lagi "Terimakasih Gun, aku tidak enak padamu"
"Lalu bagaimana cara kau menyelesaikan ini?"
New terdiam untuk beberapa saat "sepertinya aku harus mencari pekerjaan tambahan"
"Kau gila New? Pekerjaan mu di toko roti saja sudah menyita banyak waktu mu. Apa kau tidak lelah harus berkuliah dan bekerja? Di mana waktu istirahat mu?"
New tersenyum kecut "aku tidak seberuntung dirimu Gun"
New Thitipoom, seorang pria sebatang kara yang tinggal di ibu kota dengan bekerja di toko roti untuk menghidupi dirinya sendiri.
Orang tua New sudah meninggal sejak ia berusia 17 tahun, maka dari itu mau tidak mau ia harus bekerja keras untuk membiayai hidupnya sendiri.
Gun menatap New dengan rasa iba, ia ingin sekali menolong sahabatnya itu namun New menolaknya.
"Aku akan membantumu mencari lowongan pekerjaan dengan gaji yang pas" ujar Gun.
New tersenyum "terimakasih Gun"
New sedang berdiri di balik meja kasir di sebuah toko roti tempat ia bekerja. New melayani pelanggan dengan ramah.
Beberapa jam berlalu, New mengecek jam tangannya yang menunjukkan pukul sembilan malam, dan itu berarti jam kerjanya sudah habis karena toko hanya buka sampai jam sembilan malam.
New segera membereskan barang-barangnya kemudian ia segera berpamitan dengan teman-temannya.
New berjalan menyusuri trotoar, malam terasa sejuk membuat New merasa tenang. Biasanya New akan pulang menggunakan angkutan umum, namun malam ini ia memutuskan untuk berjalan kaki sambil menikmati suasana malam untuk menenangkan dirinya.
Handphone di sakunya bergetar, New segera mengeceknya dan ternyata itu adalah panggilan dari Gun.
"Halo Gun"