"dasar anak pembawa sial! Seharusnya kau saja yang mati!" Teriak seorang pria paruh baya pada sang anak.
"Tay minta maaf" ucap sang anak sambil menunduk karena menangis sejak tadi.
"Kau pikir maaf mu itu bisa menghidupkan kembali istriku hah?" Teriaknya di depan khalayak ramai.
Tay hanya menunduk menangis karena sedih di tinggalkan oleh ibu kandungnya, dan sedih karena dirinya lah yang menjadi penyebab meninggalnya sang ibu.
"Maaf" lirih Tay, hanya itu yang bisa ia katakan.
Pria paruh baya tersebut mengusap wajahnya kasar, ia memperhatikan ke sekitar dimana dirinya menjadi pusat perhatian. Setelahnya pria paruh baya tersebut meninggalkan tempat itu.
"Hiks..." Isakan yang Tay tahan sejak tadi lolos di bibirnya.
Tay mengangkat wajahnya, ia menatap sebuah peti jenazah yang di kelilingi oleh bermacam bunga dan sebuah bingkai foto hitam putih seorang wanita cantik. Tay menghampiri peti jenazah tersebut, tangisnya semakin pecah ketika melihat sang ibu yang terbujur kaku di dalamnya.
Tay berdiri sangat jauh, ia seorang diri, tidak ada seorangpun yang menemaninya atau menghibur kesedihannya.
Dari kejauhan, Tay melihat proses kremasi sang ibu. Tay ingin melihat dari dekat, ingin melihat sang ibu untuk terakhir kalinya. Namun apa daya, ia di larang mendekat oleh ayahnya sendiri.
"Selamat tinggal ma. Maafkan Tay" lirihnya dengan bulir bening yang kembali menetes dari matanya.
Tay pergi dari tempat tersebut, ia tidak akan sanggup melihat kepergian ibunya.
Tay duduk termenung di pinggir danau yang sepi. Suasana di sana sangat tenang, angin sejuk menerpa wajahnya.
Bayangan kejadian lima tahun yang lalu terus berputar membuat harinya terus di liputi oleh kesedihan dan rasa penyesalan.
Hari itu, hari dimana Tay baru saja lulus dari sekolah dasar dengan peringkat terbaik. Tay sangat senang, ia berniat untuk merayakan keberhasilannya bersama kedua orangtuanya.
Dengan di dampingi oleh sang ibu, Tay membuat masakan dengan menu kesukaan sang ayah. Tay benar-benar senang hari itu.
Selain untuk merayakan keberhasilannya, Tay melakukan hal tersebut untuk mengambil hati ayahnya.
Tay sangat dekat dengan ibunya, tapi tidak dengan ayahnya yang selalu saja menjaga jarak padanya tanpa sebab.
Tay tidak perduli akan hal itu, mungkin ayahnya sangat sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuknya. Toh ayahnya bekerja untuk memenuhi kebutuhannya juga, itulah yang ada di pikiran Tay saat itu.
Hingga sebuah insiden terjadi, entah darimana asalnya api yang cukup besar tiba-tiba muncul, membuat Tay dan sang ibu panik.
Tidak ada siapapun di rumah mereka saat itu, sehingga tidak ada yang membantu mereka untuk memadamkan api.
Api semakin besar, Tay dan ibunya sudah tidak sanggup untuk memadamkan api. Ibu menyuruh Tay keluar rumah untuk mencari bantuan. Namun sayangnya, bertepatan dengan Tay yang keluar dari rumah, suara ledakan yang sangat keras terdengar.
Tay menangis kencang saat melihat rumahnya di lalap api, sementara ibunya masih berada di dalam sana.
Tay ingin masuk untuk menolong sang ibu, namun orang-orang disana menahannya agar tidak masuk kedalam rumah.
Api berhasil dipadamkan oleh pihak damkar. Pihak medis datang untuk memeriksa korban. Dan ibu Tay dinyatakan meninggal dunia karena terlalu banyak menghirup asap dan beberapa luka bakar pada tubuhnya.