Seorang pria remaja berusia tujuh belas tahun sedang duduk bersimpuh di hadapan dua gundukan tanah yang masih basah dan di penuhi oleh taburan bunga.
Langit yang mendung perlahan menjatuhkan tetesan air yang membasahi remaja tersebut. Remaja tersebut tidak perduli dengan kondisi tubuhnya yang basah akibat hujan, ia hanya ingin tetap berada di sana bersama kedua orangtuanya yang sudah tertimbun tanah.
"Tay ayo pulang nak"
Pria remaja bernama Tay mendongakkan kepalanya saat merasa ada yang memanggil dirinya. Tay juga tidak merasakan tubuhnya yang di guyur hujan lagi karena ada seseorang yang memayunginya.
"Om Tante?" Lirih Tay.
"Ayo pulang nak. Hujan, nanti kamu sakit" tutur seorang wanita cantik dengan lemah lembut sambil mengajak Tay untuk berdiri.
"Tapi aku udah gak punya rumah" Tay kembali menangis.
Tay adalah anak tunggal, keluarganya memiliki usaha yang sukses. Namun setiap usaha pasti memiliki pesaing yang tidak akan segan-segan menjatuhkan lawan mereka.
Usaha yang di bangun oleh orangtua Tay dari nol mendadak bangkrut. Selang beberapa hari kemudian, tepatnya hari ini, kedua orangtua Tay di nyatakan meninggal setelah mengalami kecelakaan tanpa sebab.
Menyisakan Tay Tawan sebatang kara tanpa peninggalan sedikitpun.
"Kamu bisa ikut tinggal sama om dan tante"
Tay menggeleng tanda ia menolak.
"Aku gak mau repotin om sama tante"
"Terus kamu mau tinggal di mana?"
Tay terdiam, ia kembali menatap dua gundukan tanah tersebut.
"Mau ikut ayah sama ibu" lirih Tay sambil menunduk.
Kedua pria wanita dewasa itu menatap Tay dengan sendu, ada rasa iba di hati mereka melihat keadaan yang harus Tay lewati saat ini.
"Kamu jangan ngomong sembarangan. Kamu masih punya om sama tante yang bisa jadi orangtua kamu"
Kepala Tay terangkat dan menatap dua orang di hadapannya dengan mata yang berkaca-kaca.
Pria dewasa itu menarik Tay kedalam dekapannya tanpa memperdulikan bajunya yang ikutan basah.
"Mulai sekarang kamu jadi anak om dan tante. Kamu bisa panggil kami mama dan papa"
Terdengar suara isakan dari Tay. Pria dewasa tersebut mengusap punggung Tay.
"Sttt anak laki-laki harus kuat ya?"
Tay mengangguk "terimakasih papa mama" ujarnya.
Tay bersyukur, ia bertemu dengan orang baik yang mau menampungnya. Setidaknya sampai Tay selesai sekolah dan mendapatkan pekerjaan, baru ia akan keluar dari rumah tersebut. Tay juga tak lupa untuk membalas budi suatu saat nanti.
***
Prank
"New! Apa yang kamu lakukan hah?!" Sentak papanya yang sudah mulai habis kesabaran menghadapi anak semata wayangnya itu yang akhir-akhir ini suka bertingkah, tidak seperti biasanya.
New mendorong piring makannya ke arah depan dengan kasar, ia menatap seseorang yang duduk di seberangnya dengan tidak suka. Seseorang yang satu bulan ini masuk kedalam rumahnya, dan New sangat membencinya.
"Kenapa Tay masih ada di sini?! Kan aku sudah bilang kalau aku gak suka Tay ada di sini!"
Tanpa memikirkan perasaan seseorang yang ada di hadapannya, New berkata dengan kasar.