New menghela nafasnya, ia tidak menyesal sama sekali karena sudah memukul Tay habis-habisan. Namun New memiliki hati, ia merasa kasihan pada Tay.
Dengan cepat, New mengangkat tubuh Tay, memapahnya untuk di bawa ke rumah sakit. New tidak ingin Tay mati begitu saja. Tentu ia belum siap kehilangan Tay untuk yang kedua kalinya.
Sesampainya di rumah sakit, Tay langsung di bawa ke ruang IGD untuk di ambil tindakan. Bohong jika New tidak khawatir, buktinya ia sedang berjalan mondar-mandir sambil menunggu kabar dari dokter.
Dokter yang menangani Tay keluar, dengan cepat New menghampiri dokter tersebut.
"Dokter bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan?"
"Anda keluarganya?"
New mengangguk "dia sepupu saya" bohong New.
Dokter menghela nafasnya "terdapat banyak lebam di seluruh bagian tubuh pasien. Pasien mendapatkan pukulan yang terlalu kuat pada bagian perutnya, beruntung tidak mengenai hatinya. Bagian wajah terdapat banyak luka robek yang sudah kami atasi. Untuk bagian kepala dan tangan, untungnya baik-baik saja. Terakhir pada bagian kaki, kakinya mengalami patah tulang"
New memejamkan matanya ketika mendengarkan penjelasan dari dokter, ia tidak menyangka akan sebrutal itu.
"Apa ada hal lain yang membahayakannya?"
"Syukurnya tidak. Namun pasien harus di rawat beberapa hari hingga pemulihan"
New mengangguk mengerti.
"Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat. Silahkan urus administrasinya"
"Baik terimakasih dokter"
"Kalu begitu saya pamit untuk undur diri"
"Sekali lagi terimakasih banyak"
New segera mengurus administrasi untuk Tay, karena mau bagaimanapun New mengakui kesalahannya.
Tay sudah di pindahkan ke ruang rawat VVIP. Saat ini New berdiri di sebelah Tay sambil menatap ke sekujur tubuh Tay. Tay masih belum sadarkan diri sejak tadi.
New menghela nafasnya, ia masih tidak menyangka bisa berbuat sejauh ini. Untuk pertama kalinya New hampir membahayakan nyawa orang lain. Namun terbesit sedikit rasa bangga pada diri New. Setidaknya Tay mungkin akan jera terhadapnya.
Tay menggerakkan tangannya membuat New kaget. Perlahan Tay membuka matanya untuk menyesuaikan bias cahaya yang masuk kedalam matanya.
"N-New" nama itu yang pertama kali di panggil oleh Tay.
"Aku di sini" Tay menoleh ke sumber suara. "Perlu sesuatu? Aku akan memanggil dokter" ujar New.
"T-Tidak perlu" tolak Tay. "A-aku H-haus" ujarnya lagi.
New mengambil air mineral, lalu membantu Tay untuk meminumnya menggunakan sedotan.
"Apa kamu membutuhkan yang lain?"
Tay menggeleng "aku hanya butuh kamu" Tay tersenyum tipis.
New menatap Tay dengan malas. Di saat seperti ini Tay masih sempat-sempatnya untuk berkata manis. Apa Tay tidak jera sama sekali? Apa pukulan itu kurang banyak Tay dapatkan?
Tay meraih tangan New dan menggenggamnya. New melihat itu, namun ia mengabaikannya.
New duduk pada kursi yang di sediakan di sebelah ranjang Tay. Tatapan Tay tidak lepas dari New sejak tadi.
Drt drtt drttt
New merogoh sakunya. New sempat di buat kaget saat ia melupakan sang anak.