12

3K 304 173
                                    

***

"Gar, gue gak minta lo buat cerain, Aira. Tapi saran gue untuk saat ini lo jaga jarak dulu sama, Aira. Ingat Gar!!! Aisy terlalu berbahaya di dekat Aira. Gue tau lo cinta mati sama Aira, tapi bukan berarti lo korbanin Aisy terus-menerus. Tolong sekali ini aja Gar, lo dengerin gue. Gue gak tega sama Aisy, nyawa Aisy hampir hilang karena Aira. Gue mohon sama lo sekali ini aja," ucap Brata sembari menangis sesegukan bersimbah di kaki Garena. Ia berharap, dengan cara itu Garena mau mendengarkan sarannya.

Brata sudah tidak tega kepada Aisy yang menjadi korban pelampiasan Aira karena ulah bejat Garena. Pasalnya bukan hanya sekali namun sudah berkali-kali. Brata sudah tidak bisa tinggal diam.

Dipikiran cowok itu, jika Garena tak menjauhkan Aisy dengan Aira untuk sementara waktu, ia akan menculik dan membawa Aisy untuk kabur bersamanya.

"Gue gak bisa," ucap Garena dengan tegas.

"KENAPA LO GAK BISA, GARENA? ANAK LO HAMPIR MATI GARA-GARA ISTRI BAJINGAN LO." bentak Brata dengan amarah menggebu-gebu, cowok itu masih tak habis pikir dengan jalan pikiran Garena.

"Sekali gue bilang gak tetep gak. Gue bakal bawa Aisy balik lagi kerumah itu dan bakal gue pastiin Aira gak bakal bisa sakitin Aisy lagi," ucap Garena sembari menyeringai tipis tanpa diketahui oleh Brata.

"Lo bisa pegang omongan gue, kalau sampai omongan gue gak sesuai sama apa yang gue ucapkan tadi, lo boleh bunuh gue disaat itu juga." sambungnya lalu meninggalkan Brata yang masih menatapnya dengan tatapan heran.

"Aira..., lo bakal ngerasain apa yang anak gue rasain selama ini." batin Garena.

Garena yang sebenernya akan memperlihatkan watak aslinya tanpa tertutupi oleh topeng apapun.

"Gue balik ke kamar Aisy dulu, kasian Aisy gue tinggal bareng perawat gara-gara lo," ucap Garena lalu pergi meninggalkan Brata yang masih termenung di taman sendirian.

"Garena bakal balik kesisi gelapnya, dan akan sulit untuk bisa membuka kembali sisi terangnya," ucap Brata yang duduk di kursi taman rumah sakit sembari menikmati suasana subuh menjelang pagi.

Disisi lain seorang Aira sedang duduk bersender di bahu Cakra, diatas ranjang rumah sakit yang berbeda dengan Aisy.

"Cakra..., bagaimana jika Garena tau yang sebenarnya?" lirih Aira sembari menangis tanpa suara diatas ranjang duduk bersender bahu Cakra.

"Bagaimana nasib Aisy nanti? lebih baik aku membunuh Aisy sekarang daripada Garena yang akan membunuhnya nanti? Pasti pembunuhan itu akan lebih kejam dari apa yang aku lakukan sekarang." sambunh Aira dengan tatapan kosongnya.

Cakra menghela nafasnya, merangkul dengan penuh kehangatan tubuh Aira dan berkata, "Aira, suatu saat nanti Garena pasti akan tau hal itu cepat ataupun lambat. Namun, akan ku pastikan ketika Garena mengetahui hal itu Aisy akan dalam keadaan baik-baik saja. Percaya padaku." Cakra berusaha menenangkan Aira.

"Untuk saat ini jangan pikirkan hal itu terlebih dahulu, pulihkan kesehatanmu. Aisy akan tetap aman bersama Garena untuk saat ini," kata Cakra meyakinkan Aira.

"Jika Aisy mati, aku akan ikut mati. Itulah tujuanku membunuh Aisy. Apa saat ini anak itu sudah mati?" tanya Aira pada Cakra sembari menahan suara isak tangisnya.

"Mati bukanlah suatu hal baik untuk menyelesaikan suatu masalah. Justru mati adalah kehidupan yang sebenarnya akan dimulai. Apa kau siap dengan hal itu? Aira, percayalah padaku, aku akan tetap setia di sampingmu meskipun itu adalah hal yang salah." Cakra mengelus-elus dengan lembut surai hitam Aira.

"Cakra...," panggil Aira dengan sangat lirih.

"Iya, Aira," jawabnya sembari menyilahkan beberapa helaian rambut Aira yang menutupi wajah cantik Aira.

"Aku tak tahu sampai kapan aku bisa bertahan hidup seperti ini, jika aku mati dikemudian hari dan Aisy masih tetap hidup. Aku ingin kamu yang merawat Aisy hingga dia tumbuh dewasa. Didik Aisy dengan baik, beri kasih sayang Aisy seolah dia adalah anak kandungmu sendiri" ucap Aira dengan bibir yang bergetar.

"Dan jika Garena masih hidup, jangan biarkan dia jatuh ketangan Garena sedikitpun. Aku mohon akan hal itu. Jika aku sudah tiada, sampaikan pada Aisy yang sudah besar nanti bahwa bundanya sebenarnya menyayanginya, namun keadaan yang membuat bundanya memperlakukannya seperi itu. Sampaikan permintaan maafku pada Aisy ku. Aku berkata seperti ini karena aku tau, aku tak akan bertahan lama, apalagi dengan hal itu yang aku derita" sambungnya.

"Hanya kamu yang bisa mengerti aku, selain itu tidak ada. Dan hanya kamu yang aku percaya, selain itu tidak ada. Dan hanya kamu yang tetap aku cinta dan menjadi pemenang yang menduduki tahta tertinggi di hati ku, selain itu tidak ada," ucap Aira dengan nafas yang tersenggal-senggal sembari tetap menahan suara isak tangis yang hendak keluar.

Cakra yang mendengarnya seketika ikut menangis tanpa suara. Ia tau bahwa sebentar lagi Aira akan meninggalkannya. Hatinya berdenyut sakit melihat Aira sudah berada pada titik terendah dalam hidupnya, ketika Aira menyerah pada segalanya.

"Cakra, ayo janji padaku akan hal itu." pinta Aira menatap Cakra penuh harap.

"Iya, aku berjanji akan hal itu." hanya jawaban singkat yang dapat Cakra lontarkan, bibir cowok itu bergetar manahan suara isak tangisnya sendiri agar tak terlihat lemah dihadapan Aira.

Menatap Aira dan memeluknya semakin erat. Karena ia tau, mungkin di kemudian hari ia tak bisa memeluk Aira seerat sekarang.

Seberapa menderitanya Aira hanya Cakra yang mengetahuinya. INGAT!!! HANYA CAKRA TIDAK ADA YANG LAINNYA.

To Be Continued

Akhirnya akoeh up setelah berminggu-minggu gak up. Seneng gak nih?

Btw, kalau suka sama part ini vote dong, biar author ini semangat ngetiknya😎.

Up malem, karena akoeh lagi mood aja pengen publish malem. Tetiba kebangun gegara kebelet berak terus gak bisa tidur lagi hehehe.

Komen sebanyak-banyaknya untuk parti ini, sekian terimakasih😇

𝗚𝗔𝗥𝗘𝗡𝗔 | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang