"Gi, ayo bangun udah siang," ucap Aji sembari menggoyang-goyangkan badan Gigi yang masih tertidur pulas di kamar Mamah, sementara Mamah sudah bangun daritadi dan lagi asik cari sarapan buat kedua anaknya keluar.
Nggak butuh waktu lama, akhirnya Gigi terbangun. Mohon maaf, Gisellyn Chandra bukan tipikal orang yang kebo banget kalau tidur, jadi gampang banguninnya, nilai plus lah.
"Jam berapa, Ji? Mamah kemana?" tanya Gigi sambil mengucek mata dan menguncir rambutnya, menyadari Mamah sudah nggak ada disampingnya.
"Jam 7:15. Mamah lagi beli sarapan, tadi aku nawarin buat nganter beliau nggak mau, aku disuruh temenin kamu katanya. Bangun yuk, terus mandi,"
Kemudian Gigi mengulurkan tangannya ke Aji, minta ditarik supaya ia bisa bangun dari kasur tersebut.
Hari itu hari Sabtu Gigi dan Aji masih di kediaman orangtua Aji. Karena pulang ke Bandung tanpa direncanakan, maka Aji nggak punya schedule apa-apa selain menikmati hari liburnya berkumpul bersama kekasih dan Mamahnya di rumah. Nggak ada niatan buat keluar juga, karena ya malas aja, ingin istirahat.
Ketika Gigi sedang mandi, Mamah Aji kembali dari perjalanannya mencari sarapan. Mamah membawakan tiga plastik bubur untuk sarapan mereka pagi ini.
"Jang, ini siapin yang buat Gigi. Yang kamu nggak pake daun bawang, yang Gigi nggak pake daun bawang sama kacang," ujar Mamah sembari menuangkan buburnya ke mangkok.
"Jiah hafal amat si Mamah," ledek Aji.
"Hafal atuh, soalnya setiap kesini sarapannya selalu bubur,"
Kemudian Aji dan Mamah membereskan meja makan keluarga, sambil menunggu Gigi selesai mandi. Seteleh selesai, ternyata Gigi juga sudah selesai mandi.
"Neng, makan dulu ya, biasa pake bubur aja," ujar Mamah.
"Iya gapapa, Mah. Maaf aku bangunnya kesiangan," balas Gigi dan duduk di kursi meja makan tersebut.
"Gapapa atuh neng, capek habis nyetir nggak gantian," jawab Mamah.
Kemudian mereka bertiga makan dengan khusyuk tanpa obrolan sedikit pun, bukan karena canggung, tapi ingat prinsip Aji dan Gigi soal menghargai makanan yang ada dihadapannya, kan? Karena orangtua Aji pun begitu.
Setelah selesai makan, Gigi membantu Mamah merapihkan bekas makannya dengan mencuci piring dan gelas yang kotor tadi. Sebenarnya sama Mamah sudah dibilang untuk nggak perlu bantuin, tapi kali ini Gigi maksa.
Aji sudah berada di ruang keluarga rumahnya, menyalakan televisi 80 inch milik Ayahnya itu yang hampir mirip layar tancap, bersiap melanjutkan kegabutannya hari ini. Sementara Mamah sudah siap-siap mau berangkat ke pengajian ibu-ibu yang dilakukan setiap weekend di Masjid dekat rumahnya.
Gigi? Dia lagi di kamar, tadi selesai cuci piring melanjutkan rutinitas skincare paginya. Karena kalau skincare-an lama, menunggu formulanya meresap ke kulit, makanya Gigi ditinggal Aji ke depan duluan.
"Ji, Gi, Mamah berangkat pengajian dulu ya. Kalau mau keluar gapapa, bisi Gigi bete," pamit Mamah sambil menyalakan mesin motor PCX merahnya. Khas ibu-ibu komplek banget deh pokoknya.
"Iya, Mah," sahut Gigi dan Aji bersamaan dari ruangan yang berbeda.
Setelah 25 menit Gigi melakukan ritual paginya, akhirnya ia selesai juga dan keluar dari kamar mendapati Aji yang lagi nahan ngantuk sambil nge-scroll ponselnya gabut.
"Kalo ngantuk tidur aja," ucap Gigi kemudian duduk disebelah Aji.
"Mana mungkin dah tidur jam segini. Kita mau ngapain ini? Bingung," tanya Aji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aji & Gigi Series | revehours, skyieselle [Complete]
FanficCerita pendek-pendek tentang keseharian pasangan kekasih Aji & Gigi. Cerita ini hanya fiktif belaka, fiksi 100% karangan saya. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaa...