Iya, mau.

490 79 23
                                    

IYAAAAA, maafin aku ya guys udah hiatus 1,5 bulan dari per Aji-Gigi duniawi ini. Maaf banget aku gak bisa bagi waktu, karena a lot of things happened dan kerjaan aku lagi hectic-hecticnya bener-bener nggak bisa ditinggal. Sebagai permintaan maaf, aku update part ini penuh cinta buat menebus rindu kalian dengan couple ini.

Enjoy reading ^^

.

.

.

.

.

.

.


Malam itu hujan turun cukup deras membasahi setiap sisi ibukota. Sangat deras sampai luapan air sungai mulai menggenangi setiap tepi jalanan disana. Iya, banjir. Sebuah pemandangan biasa yang terjadi setiap hujan deras dengan durasi yang lama. Membuat aktivitas beberapa orang menjadi terhambat. Tukang nasi goreng malam yang biasa mangkal di pinggir jalan pun tidak nampak akibat hujan deras ini.

Hujan dan banjir juga berimbas ke Gigi yang sekarang sedang stuck berada di kosan Aji sejak sore tadi. Ia tak bisa pulang, karena akses menuju rumahnya sudah digenangi air hampir selutut orang dewasa.

Rencananya Gigi mampir ke kosan Aji sore ini, karena ia berniat untuk membawa pulang Brio-nya yang sudah berhari-hari nangkring di pekarangan kosan Aji. Niatnya sih, begitu sampai kosan Aji akan langsung tancap gas menuju rumahnya. Tapi keadaan berkata lain, Aji meminta Gigi untuk mampir dulu ke kamarnya untuk makan malam bersama, mulanya. Eh ternyata malah hujan deras, dan keduluan banjir menghadang. Jadilah niat hanya sekadar niat.

Sekarang Gigi sedang melamun bosan memandangi hujan deras yang turun melewati jendela kamar Aji. Si empunya kamar sedang mandi, itu pun dipaksa sama Gigi.

Lamunan Gigi buyar tatkala ponsel Aji berdering cukup nyaring. Ia mengeceknya dan mendapati nama Yoga disana, dan menjawab panggilan tersebut.


"Halo, Ga," sapa Gigi.

"Eh, elo, Gi. Si Aji kemana?" tanya Yoga.

"Lagi mandi. Ada apa? Nanti gue sampein," tawar Gigi.

"Ngajak mabar. Yaudah nanti aja, quality time aja dulu lo berdua, bye," 


Kemudian panggilannya terputus. Waktu baru menunjukkan pukul 19:00, Aji dan Yoga sudah bersiap untuk menggabut? Luar biasa laki-laki ini.

Tak lama kemudian, muncul Aji dari balik pintu kamar mandi, mengusak-usak rambut basahnya dengan handuk dan menuju cermin yang terpampang lebar di lemari pakaiannya.


"Siapa yang telepon?" tanya Aji.

"Yoga. Ngajak mabar," jawab Gigi.

"Keringin rambut aku dong?" pinta Aji.

"Hidih, biasa sendiri padahal. Yaudah sini,"


Aji bergerak menuju Gigi, ia duduk dibawah sementara Gigi duduk di atas tempat tidurnya. (Kebayang, nggak?)


Gigi perlahan-lahan mulai mengusak pelan rambut Aji dengan handuknya yang tadi secara telaten, sambil menyisiri rambut Aji dengan jari-jarinya.


"Mau coklat panas nggak, Gi?" tanya Aji tiba-tiba.

"Boleh,"

"Nanti aku bikinin. Kamu mau nonton dulu atau apa gitu, nggak?" tanya Aji lagi.

"Nggak, ah. Aku mau pulang," jawab Gigi.

Aji & Gigi Series | revehours, skyieselle [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang