d u a p u l u h e n a m

141 49 5
                                    

‼️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA‼️

Find me on instagram :
@melamydn

Find me on tiktok :
@mengloavstory
@matchalmond_

Find me on tiktok :@mengloavstory@matchalmond_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

d u a p u l u h e n a m - about Fiando

----------------------------------------------------------------------
"Gue bisa aja kelihatan bahagia di depan teman-teman gue, tapi tidak saat di rumah."

- Fiando Rolando -
---------------------------

Fiando, lelaki yang terkenal akan kerecehannya. Namun siapa tahu dibalik kerecehannya itu terdapat sebuah kesedihan yang mendalam.

Note: Disini cuma tentang keseharian Ando, yaa ... yang lainnya ada di part lain, mungkin ....

Lelaki itu baru saja pulang pukul 9 malam, baru saja ingin menaiki tangga, langkahnya terhenti begitu suara sang Papa terdengar.

"Habis dari mana kamu?" tanya Papa Fiando —Roland Arthanio— dengan tatapan mengintimidasi.

"Sekolah," balas Fiando singkat. Ia memang baru pulang ke rumah, dia lebih merasa bebas ketika di luar. Tidak seperti sekarang, ia merasa di awasi terus menerus.

"Kamu memang sekolah di hutan, sampai-sampai jam segini baru pulang."

Fiando menghela nafasnya lelah, "Sehari nggak ngomel bisa nggak sih, Pa? Aku capek," keluhnya.

"Ada apa sih ini ribut-ribut," sahut Mama Fiando —Fina Primadona— yang baru saja keluar kamar.

"Baru pulang, Dek?" tanya Fina menatap Fiando hangat.

"Iya."

"Gimana nilai kamu, ada peningkatan?" tanya Roland.

"Masih sama."

"Nilai kamu selalu saja kecil. Kapan kamu mau berubah, Do? Malu-maluin keluarga."

"Pa! Bisa sabar sedikit, gak? Semua juga butuh proses untuk mencapai nilai yang maksimal."

"Sabar kata kamu? Pikir pakai otak, semenjak kamu masuk SMA, nilai kamu semakin turun."

"Lihat Kakak kamu, dia bisa kuliah di luar negri karna rajin belajar dan selalu masuk peringkat tiga besar dari SD," lanjutnya membandingkan.

"Lihat juga Rafka, teman kamu. Dia selalu mendapatkan peringkat 1 dan memiliki banyak prestasi, kamu gimana?"

"Lahirin aja Rafka, jangan lahirin aku," celetuk Fiando.

"Kalau memang bisa gitu, udah dari dulu saya bangga punya anak seperti Rafka."

Deg!

Hatinya berdenyut nyeri, tatapan yang tadinya santai kini berubah menjadi sendu. Ia selalu saja dibandingkan dengan Kakaknya dan Rafka. Tidak di sekolah, di rumah, tetap saja begitu.

"Mas, perkataan kamu bisa buat Ando sakit hati," peringat Fina.

Udah terlanjur sakit hati, batin Fiando.

"Nggak peduli, supaya dia mikir."

Fiando mulai menaiki tangga, tubuhnya sudah terlalu capek hari ini. Ia sudah sangat malas mendengar ucapan demi ucapan yang terlontar dari bibir Papanya.

"Orang yang nggak punya otak itu kayak Papa, nggak bisa ngertiin anaknya!" teriak Fiando begitu sudah di depan pintu kamar.

"FIANDO!" bentak Roland.

Blam!

Fiando menutup pintu kamarnya kasar, lalu menguncinya dari dalam. Ia melempar tasnya ke sembarang arah, lalu memasuki kamar mandi.

Lelaki itu menatap wajahnya di cermin kamar mandi, air matanya mengalir tiba-tiba. Tangannya mencengkram kuat tepi wastafel, lalu menonjok cermin hingga hancur berkeping-keping.

Prak!

Lelaki itu menatap pecahan kaca, lalu mengambilnya satu dan menggoreskan ke kedua tangannya dengan senyum miring. Tangan kanan yang sudah mengeluarkan darah ia biarkan begitu saja, ia sedang sibuk membuat barcode.

Senyum lelaki itu mengembang begitu melihat hasil karyanya sendiri.

Entah sudah keberapa kalinya ia mengganti cermin kamar mandinya, sudah tak terkira. Ia sudah sangat sering gonta-ganti cermin hanya karna pecah oleh pukulannya.

Ia tahu, pasti Mama dan Papanya mendengar suara pecahan ini. Meski begitu, ia tidak peduli sama sekali. Dengan seperti ini dapat membuatnya tenang, walaupun sekaligus membuat tangannya terluka.

Fiando hanya butuh ketenangan, dan mungkin itu akan ia dapati saat kembali ke rumah Tuhan. Ia sudah sangat pasrah dengan kehidupannya yang seperti ini.

"Kak Lia, mau ngeluh ...," gumamnya lirih.

Dengan cepat ia membereskan kekacauan di kamar mandinya, lalu membalut lukanya dengan perban. Begitu juga dengan barcode, ia hanya memakaikan betadine pada hasil karyanya.

Fiando bergegas membersihkan tubuhnya setelah mengobati lukanya, setelahnya Fiando membaringkan tubuhnya di ranjang.

"Gue benci lo, tapi lo sahabat gue, Raf."

Kisah Fiando persis banget sama kisah saya, AHAHAHAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kisah Fiando persis banget sama kisah saya, AHAHAHAH.

Selalu di tuntut menjadi yang sempurna, walaupun tahu otak anaknya tak mampu.

ADA ANDO LOVERS KAH?

SUPPORT SYSTEM FIANDO MANA SUARANYA?!

Eaaa, edisi Fiando sad sudah berakhir.

Dikit banget? Emang, sengaja. Kalo banyak-banyak otak saya buntu, ini aja kebanyakan ia ia an 💔

Oke see you on the next part!

SPAM KOMEN 'NEXT' DISINI WAHAI RAFAZ LOVERS!!

Best part kalian bagian mana? Bisa kalian screenshoot, lalu post di insta story dan tag @melamydn @mengloavstory

SPAM LOVE 💕 UNTUK SUPPORT AYANG ANDO!

SPAM LOVE 🤍 UNTUK SEMANGATIN SAYA!

Follow me on instagram for information :
@melamydn
@rafka.fngrh
@azira.sln
@mengloavstory

Wajib tinggalkan jejak ⭐💬.

Wajib follow dulu sebelum lanjut baca, agar part gak acak.

Terimakasii🖤

RAFKA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang