04. Planning

8 1 0
                                    

"Gue, gue masih gila Cell!" Ucap Sonya dengan tubuhnya yang sempoyongan.

"Gak usah lebay, Nya! Kak Davi cuma minta maaf doang tadi!" Cellse menyeret tangan Sonya supaya menjaga keseimbangan gadis itu.

"Tau, Sonya overdosis kegantengan Davi kali ya?" Pikir Zafa, dengan bayang-bayang suara Davi ditelinga nya.

"Eh kak Abi?" Monolog Zafa.

Zafa melangkah mendahului kedua sahabatnya, dia menghampiri seorang laki-laki yang ia panggil-panggil dengan sebutan 'Kak Abi' itu. Betul ia Abizar, play boy paling tampan yang hidup di SMA Saturnus ini.

"Hai kak? Buat acara jalan malam ini gue batalin ya, maaf banget. Soalnya ada acara keluarga, hehe!" Ujar Zafa, dengan senyum canggungnya kepada Abizar.

Jujur saja, saat Cellse menawarkan Zafa untuk dikenalkan lebih dekat dengan Abizar, itu benar-benar Cellse lakukan. Ia mengatur semua rencananya untuk membuat Zafa dekat dengan Abizar, Cellse juga sangat berharap jika usahanya kali ini berhasil, Abizar akan tobat dan membenarkan nama keluarganya lagi. Pasalnya sekarang keluarga Abizar tercap sebagai keluarga buaya nomor 1 dikompleknya itu. Membuat Tante nya Cellse, Ibu Abizar, meminta-minta Cellse supaya membuat Abizar tobat agar tetangga mereka tak berisik membicarakan gadis mana lagi yang Abizar bawa kerumah.

Tapi apa-apaan? Kenapa Zafa membatalkan jadwal kencan mereka malam ini? Ayolah, itu adalah jadwal buatan Cellse setelah dia merayu Abizar dengan susah payah supaya mau meluangkan waktunya malam ini.

"Oh iya gapapa, next time aja. Gue malam ini ada rencana juga sama Anya-- eh maksud gue temen!"

Zafa berdecak kesal, dia tahu maksud Abizar barusan. Pasti laki-laki itu juga ada jadwal kencan dengan gadis lain, memakai embel-embel teman agar image nya terlihat baik. Zafa memutar matanya malas. Dia sedikit menyesal ingin dekat dengan Abizar.

Disudut koridor, ada Davi yang sedang mencengkram tangannya sendiri dengan erat ketika melihat Zafa tengah berbicara berduaan dengan Abizar dikoridor yang sama. Ia tahu cemburu masih bukanlah hak nya sekarang, tapi ayolah, rasanya sakit saat Davi melihat Zafa tersenyum kepada laki-laki lain. Apalagi itu Abizar.

"Zafa, ayo. Kamu ikut saya pulang hari ini, kita sudah ditunggu!"

Zafa terkejut. Dia melirik kanan dan kirinya, dia merasa lega ketika mengetahui Sonya dan Cellse sudah tak ada. Jika mereka masih ada, pasti mereka akan menghujani Zafa dengan seribu pertanyaan soal kenapa Davi mengajaknya pulang bersama dengannya.

Kenapa Davi ini sangat hobi datang mendadak seperti ini sih?

Jantung Zafa tak aman dibuatnya.

"Oh oke. Yaudah kak Abi, gue pamit dulu ya sama kak Davi, see you!" Ucap Zafa pada Abizar.

"Bukan see you, tapi assalamualaikum!" Tegas Davi, memandangi Zafa tajam.

"Oh-ohh iya, assalamualaikum kak Abi!"

Abizar menaikan pundak dan alisnya, dia menatap heran kepergian dua sejoli yang terlihat sangat cocok itu. Pikirannya tak kemana-mana, Abizar hanya berpikir dan mempunyai asumsi bahwa Davi dan Zafa hanya sebatas hubungan darah saja. Tak lebih, mereka juga terlihat tak begitu spesial terhadap sesama lain.

Disepanjang koridor menuju parkiran, Davi sama sekali tak mengajak Zafa berbicara. Mereka hanya saling berdiam-diaman dengan langkah tak sama. Zafa tertinggal sedikit jauh dibelakang, karena tak bisa mengimbangi langkah Davi yang begitu besar.

"Loh, kita gak naik jemputan lo?" Ujar Zafa, ketika melihat Davi mengambil kunci mobilnya dari saku.

Davi sempat merasa aneh, bukan dengan pertanyaannya tapi dengan cara bicara Zafa, walau dia sudah menduga ini. Namun bukankah sebelumnya saat makan malam, cara berbicara mereka berdua sangatlah sopan? Tidak lo-gue, seperti ini? Apa malam itu Zafa hanya jaga image saja?

Hug Me in The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang