"Kak?" Panggil Zafa, yang ditinggalkan begitu saja oleh Davi ketika sampai dirumah.
Davi benar-benar mengacuhkan istrinya, ia bahkan enggan untuk berpas-pasan dengan Zafa yang tengah melamun di ruang keluarga lantai atas dengan keadaan masih menggunakan seragam. Untuk mengganti pakaian pun susah.
Sesampainya nya mereka dirumah, Davi langsung berbaring dikamar sendirian, dia tak mengunci pintu, namun Zafa tak enak diri untuk masuk tanpa izin ketika Davi sedang marah. Jadilah dia duduk diruangan keluarga yang berada tepat di sebelah kamar mereka, agar ketika Davi keluar Zafa bisa masuk menggambil pakaiannya untuk ganti.
Beberapa menit Zafa melamun, Davi keluar dari kamarnya dengan menggunakan jogger hitam dan kaos biasa hariannya yang berwarna putih.
Ekspresi nya datar, tak melirik Zafa sama sekali, dia terlihat begitu marah. Zafa jadi ketakutan dibuatnya. Anehnya Zafa malah larut menatap ketampanan Davi yang melewatinya begitu saja.
Mashaa Allah.. suami gue! Lagi ngambek aja ganteng banget. Gumam Zafa didalam hati.
"Mau makan siang?" Ujar Davi dari jauh.
"Boleh! Kamu mau di masakin apa?" Jawab Zafa antusias melepaskan tas yang masih ia gendong.
"Gak perlu, aku udah pesen online!"
Zafa terlihat diam dan kecewa. Lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar mengabaikan balik Davi yang turun kelantai satu untuk mengambil pesanannya.
Selesai mengganti pakaiannya, Zafa turun kelantai bawah, melewati balik acuh Davi dan lalu masuk ke kamar tamu dilantai bawah tanpa menoleh sedikitpun.
Keadaannya jadi berbalik, kini Zafa yang mengacuhkan Davi, malas.
"Makan siang dulu!"
"Males, kamu aja. Aku mau tidur!"
"Nanti Ashar bangun, kita shalat!" Titah Davi, melanjutkan makannya.
"Iya, tau!"
Sampai Ashar tiba, Davi dan Zafa saling mendiamkan satu sama lain. Tak ada yang mau mengalah. Davi yang mengajak Zafa berjamaah di mushola rumah pun ditolak mentah-mentah oleh Zafa, gadis itu mengatakan dia sudah shalat duluan dan mempersilakan Davi shalat sendirian.
Hampa menurut Davi, dia tak suka saat Zafa menolak ajakannya untuk berjamaah. Dan sama, Zafa juga tak suka ketika Davi menolak untuk makan siang dengan menu masakannya, parahnya sampai Davi malah membeli dari luar padahal ada Zafa yang siap kapanpun memasak untuk Davi, ketika ia masih bisa berbakti dan mampu mengerjakan semuanya.
***
Davi sadar. Mereka berdua egois. Tak ada yang mau mengalah sejak siang tadi, sampai sekarang yang sudah akan memasuki waktu Isya dan mereka masih belum berani untuk bertegur sapa sama sekali. Padahal disini awalnya Davi merasa sedikit marah pada Zafa, kenapa sekarang malah Zafa yang marah besar terhadap Davi? Itulah perempuan.
Kemudian Davi pun memilih untuk mengalahkan ego-nya, lalu menghampiri kamar yang sejak tadi siang Zafa pakai hingga saat ini. Tak makan, tak minum, hanya tidur, itupun ia tak benar-benar tidur karena gelisah.
"Assalamualaikum.. makan dulu ya?" Lirih Davi membuka perlahan pintu kamar tersebut, ketika Zafa sudah mengizinkannya masuk terlebih dahulu.
"Aku cuma bisa masak mie instan, kamu belum makan dari siang. Makanan yang aku pesen dari online udah dibuang! Maaf, aku tau aku salah.." jelas Davi menaruh nampan berisikan mie yang ia bawa di meja sebelah kasur, lalu duduk disamping Zafa sambil mengelus punggung gadis yang membelakanginya itu dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me in The Dark
Teen FictionMenerima sebuah takdir dengan ikhlas ada cara mensyukuri hidup yang mudah, tak perlu terlalu sibuk mencari takdir yang lebih baik jika yang sudah cukup baik ada didepan mata. Hidup hanya untuk mengejar Ridha-Nya, membahagiakan orang tua dan membangu...