Davi dan Zafa berhenti disalah satu tempat makan, mereka berdua turun dan makan ditempat itu sembari berbincang-bincang soal kesukaan, hal tak disukai, dan banyak lagi. Katanya sih persiapan tinggal seatap.
Apalagi ketika Zafa mengaku sesuatu, Davi terlihat marah dan sangat ingin memberikan ceramah panjang lebar pada gadis itu.
"Sebenernya, shalat gue masih bolong-bolong. Hehe!" Ujarnya berani.
"Ck, shalat itu wajib. Kamu ini mau masuk neraka? Gini ya-"
"Ssttt, nanti aja kalau udah serumah! Makan dulu ya? Nanti dingin loh?" Potong Zafa. "Soal wajib enggaknya gue tahu banget kak, cuma belum bisa konsisten dan suka lupa aja! Pahamkan?"
Davi menghela nafasnya kasar, bagaimanapun dia tahu maksud Zafa kali ini. Karena dulu, jauh dari sekarang, Davi juga pernah merasakan hal yang sama.
Beberapa saat kemudian, setelah selesai makan. Davi memberikan totebag berwarna putih, katanya isi nya itu baju pemberian Ummi Fatimah untuk Zafa. Hadiah pertamanya untuk sang calon menantu, berisikan abaya berwarna pink serta kerudung putih yang cantik untuk menjadi baju ganti sebelum pergi kebutik.
Awalnya Zafa merasa tak nyaman dan beberapa kali membenarkan kerudungnya itu, dia merasa tak percaya diri karena masuk toilet tak berhijab tapi keluar toilet tiba-tiba berhijab. Tak pernah ada yang tahu asumsi-asumsi orang lain yang melihat Zafa seperti itu.
"Gak nyaman pakai kerudungnya?" Ujar Davi memastikan.
"Bukan. Cuma sedikit gak percaya diri aja, muka gue bulet banget ya? Orang-orang kok liatinnya gitu amat?"
"Enggak. Kamu, cantik!"
Deg!
Satu kalimat itu benar-benar berhasil membuat pipi Zafa menjadi semerah seperti tomat segar yang baru saja matang, jantungnya berdegup kencang tak beraturan.
"Kenapa? Kok jadi diem?"
"O-oh enggak. Ayo, kita harus kebutik!"
Mereka berdua melanjutkan setengah perjalanan yang tersisa, Bunda nya Zafa alias Zahra barusan baru saja memberikan sebuah pesan bahwa mereka sudah ada di butik yang dimaksud. Sedang memilih beberapa baju untuk dipakai dihari pernikahan nanti.
Sedangkan Ghifari dan Adjie, sibuk dengan penyewaan gedung yang sangat mendadak karena pernikahan yang mendadak juga. Mereka benar-benar tak ingin mengulur waktu.
***
Angin yang berhembus tenang berhasil membuat baju yang dikenakan Zafa berkibar layak bendera, itu benar-benar cantik sekali, Zafa yang merasakan angin menghembus pakaiannya juga segera menyibak nya agar terlihat tambah cantik.
"Hahaha, kamu ngapain?" Sahut Davi.
"Masak! Gak liat gue sedang menikmati alam?" Ujarnya dengan senyum yang menampilkan semua deretan gigi rapihnya.
"Galak amat! Ayo!"
Zafa mengangguk, lalu seberusaha mungkin menyamakan langkahnya dengan langkah milik Davi. Mereka berjalan seirama masuk kedalam butik.
"Kamu sudah pernah berpacaran?" Tanya Davi random sembari menunggu kedatangan kedua ibu mereka.
"Pernah, baru banget putus pas masuk SMA. Cinta monyet, sekali seumur hidup!" Jawab Zafa jujur.
"Berarti sama saya gak mau pacaran dong?" Usil Davi.
"Kok pacaran? Kan halal!" Ujar Zafa sembari memasang ekspresi wajah kebingungannya, dengan bibir yang dilipat kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me in The Dark
Teen FictionMenerima sebuah takdir dengan ikhlas ada cara mensyukuri hidup yang mudah, tak perlu terlalu sibuk mencari takdir yang lebih baik jika yang sudah cukup baik ada didepan mata. Hidup hanya untuk mengejar Ridha-Nya, membahagiakan orang tua dan membangu...