Sesampainya mereka dirumah yang dituju, Zafa segera menurunkan belanjaannya dari mobil. Lumayan banyak, untuk jatah sekitar satu bulanan mereka berdua yang akan tinggal seatap.
Davi menggambil beberapa kantung belanjaan Zafa setelah ia membuka kunci rumah, mereka berdua terlihat tak seperti pasangan suami istri yang dijodohkan. Malah seolah-olah itu real keinginan mereka berdua untuk menikah, ah sangat manis.
"Kak, sampe dua lantai gini? Apa gak kegedean?" Ujar Zafa ketika melihat rumah tersebut dari luar, belum dari dalam.
"Enggak, menurut saya pas." Jawab Davi sembari memandangi Zafa yang tengah terkagum dengan rumah barunya. "Memang kamu gak ada niatan punya anak?"
Zafa sontak melirik sinis, "masih sekolah!"
Davi terkekeh. Lalu mereka berdua kini berjalan memasuki rumah, Zafa benar-benar terdiam membeku ketika melihat seluruh bagian rumah yang akan mereka tempati. Ini terlalu besar, belum lagi lantai atas, Zafa tak yakin akan kuat untuk membersihkan semua areanya ruangannya.
"Assalamualaikum!" Seru Davi ketika kakinya masuk kedalam area ruang tamu.
"Wa'alaikumsalam!"
Tanpa menunggu persetujuan Davi, Zafa menaruh kantung belanjaan digenggamnya ke lantai, lalu berjalan menuju tangga untuk naik kelantai dua mencari kamarnya dengan Davi.
Rumah ini benar-benar melebihi ekspektasi Zafa, gadis itu jadi kegirangan sendiri dibuatnya.
"Zafa, ambil wudhu! Sebentar lagi Ashar, kita shalat!" Panggil Davi yang sedang membereskan belanjaan didapur.
"Iya!"
Disore itu, untuk pertama kalinya Davi menjadi imam shalat untuk istrinya. Rasanya begitu senang, melihat sesosok gadis berdiri dibelakangnya untuk menjadi makmumnya saat shalat. Dan itu adalah istrinya.
Tadi subuh Davi jujur saja tak tega membangunkan Zafa, jadi ia meninggalkan istrinya di kamar hotel sendirian, sedangkan dirinya pergi shalat subuh dimasjid. Dan untuk Dzuhur, mereka shalat di masjid karena sedang dalam perjalanan.
Saat kening yang sempat menjadi lebam karena lemparan bola basket, bertemu dengan telapak tangan Davi dipenghujung shalat. Rasanya hal baru akan dimulai, hal-hal yang selama ini belum pernah dirasakan.
Tangan Davi menarik tengkuk leher Zafa perlahan, lalu mengecup kening nya lembut sembari mengusap-usap kepala Zafa yang terbalut oleh mukena. Pipi gadis itu menjadi semu kemerahan, Humaira-nya Davi ini benar-benar sangat mudah salah tingkah.
***
"Aku turun disini aja, kalau diparkiran berabe ada yang liat kak!"
"Gapapa, nanti pas turunnya hati-hati!"
"Kalau ada yang liat tanggung jawab kamu ya? Aku gak ikutan."
"Iya-iya."
Parkiran sekolah pagi itu benar-benar sangat ramai, Zafa tak mempunyai kesempatan untuk turun dari mobil Davi secara sembunyi-sembunyi. Orang-orang terus berlalu lalang diparkiran.
Saat keadaan mulai sunyi, Zafa secepat kilat turun dari mobil Davi lalu mengendap-endap kearah koridor. Jantungnya berdegup dua kali lebih kencang dari biasanya, ia benar-benar takut ada orang lain yang melihatnya keluar dari mobil Davi dan membicarakan yang tidak-tidak.
"DORRR!" Teriak Sonya dari belakang Zafa.
Zafa terkejut bukan main. Ia mengusap-usap pundaknya yang gemetaran. Untung saja Zafa sudah sedikit agak jauh dari mobil Davi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me in The Dark
Novela JuvenilMenerima sebuah takdir dengan ikhlas ada cara mensyukuri hidup yang mudah, tak perlu terlalu sibuk mencari takdir yang lebih baik jika yang sudah cukup baik ada didepan mata. Hidup hanya untuk mengejar Ridha-Nya, membahagiakan orang tua dan membangu...