10. Sayang

7 0 0
                                    

Seusai pertandingan selesai, Davi dan timnya berkumpul di tangga lapangan untuk beristirahat sebentar, namun Davi mempunyai niat untuk segera pulang sebentar lagi, ponselnya terus berdering mendapat notifikasi dari Zafa yang mengeluh pinggangnya sakit karena terlalu lama duduk di mobil menunggunya.

Oh dan sebelumnya, saat istirahat, Davi dan Zafa bertemu secara diam-diam untuk memberikan kunci mobil pada Zafa yang akan menunggu Davi saat pulang sekolah didalam mobil saja.

"Saya pulang duluan, kalian kalau mau nongkrong silahkan di apartemen, sandinya masih sama!" Ujar Davi, seusai pertandingan selesai.

"Davi sekarang mulai suka pulang duluan cuy, ada apa nih? Punya janda ya dirumah?" Kata Nevan sembari mendekap tangannya.

"Ngaco kamu, lagi suka dirumah aja!"

"Dirumah apa dirumah?" Sahut Arijal.

"Yaudah ya, duluan!"

Gilang menaikan pundaknya ketika Nevan, Arijal dan Kalvin melirik kearahnya. Mereka berempat memang sedang mencurigai Davi dalam beberapa faktor. Dan ketuanya adalah Gilang.

Davi melangkahkan kakinya menuju parkiran, ia benar-benar menunggu waktu pulang ini. Entah mengapa rasa rindunya pada Zafa sudah berlabuh, padahal beberapa saat yang lalu gadis itu muncul diatas pembatas lapangan untuk menyemangatinya.

Davi rasanya benar-benar sedang jatuh cinta sejatuh-jatuhnya semenjak tinggal seatap bersama Zafasha.

Jika diingat dan dipikir. Banyak orang-orang yang menjadi penyair karena rasa rindu terhadap cintanya mereka, menjadi penyair karena sanubarinya tengah berlabuh di pelabuhan cinta. Karena cinta memang seindah itu, seindah bulan yang selalu bersinar terang digelapnya malam untuk menerangi orang-orang yang bahagia bersama cinta mereka.

Tapi jangan sampai, cinta mu pada mahluk ciptaan-Nya mengalahkan cintamu pada penciptanya.

"Assalamualaikum!" Ujar Davi, ketika membuka pintu mobilnya.

"Wa'alaikumsalam, kamu lama banget.. aku udah kesel duduk disini." Protes Zafa, membenarkan duduknya yang mulai terasa tak nyaman sembari meregangkan otot tubuh nya yang mulai terasa pegal.

"Maaf, baru selesai soalnya. Pinggang kamu sakit?" Tanya Davi lembut, sembari mengelus-elus pelan kepala Zafa.

"Sakit.. ayo pulang aja, aku laper!"

"Siap bu, sesuai aplikasi ya!" Ujar Davi.

Zafa tertawa mendengar itu, Davi sudah seperti abang-abang taksi online langganannya saja.

"Kamu selain sekolah, main sama temen kamu, ngapain aja biasanya?" Tanya Zafa.

"Aku? Aku kekantor Abi Ghifar, bantu-bantu sebisanya."

"Yah kalau kamu kerja entar aku sendirian dong dirumah?" Ucap Zafa, melirik Davi sedikit kecewa.

Tangannya mengusap kepala Zafa lagi, "enggak, aku cuma sebentar!"

Zafa mengangguk paham. Siap tak siap dia harus siap melawan hantu-hantu yang berada dirumah barunya ketika Davi tak dirumah nanti. Uh Zafa tak bisa membayangkan semenyeram apa rumahnya nanti jika tinggal ia seorang didalamnya.

"Ini pakai aku gapapa kan ya? Biar istimewa kalau sama kamu.."

"Iya gapapa, aku sih tadinya mau pakai sayang biar istimewa!" Goda Zafa.

"Kamu emang hobi ngegoda aku kayak gini ya?"

"Bukan, ini fakta kak..." Ucap Zafa dengan kekehan ringannya. "Mau dipanggil sayang?"

Telinga Davi bersemu kemerahan, dia tak bisa digoda seperti ini. Zafa begitu lucu saat menggodanya dengan kata-kata manis, dia terlihat malu, dan malah ikut-ikutan salah tingkah. Padahal posisinya dia adalah seorang pelaku, bukan korban.

Hug Me in The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang