70. Masih Flasback

199 45 3
                                    


Kyaa!!!

Suara histeris murid - murid perempuan seketika membahana. Bahkan siswi kelas lain yang kebetulan berjalan melewati kelas B yang tak sengaja melihat hal itu sontak ikut masuk.

Leon yang masih berdiri di depan Maxwell terdorong mundur oleh para perempuan - perempuan yang sudah mabuk oleh visual.

Ini adalah pertama kali popularitas Leon Hassel tersingkirkan.

Bisa - bisanya para perempuan itu mendorongnya? Sial.

Leon menggertakkan giginya tak habis pikir. Jika mereka tidak kehilangan akal sehat seperti sekarang, bisa dipastikan mereka tidak akan berani mendorongnya seperti tadi.

Ini benar - benar KETERLALUAN. Tapi untuk saat ini dirinya akan memaafkan. Bagaimanapun bocah laki - laki yang tidak banyak bicara itu mempunyai paras yang benar - benar menyilaukan.

Ahh... Apakah ini alasan mengapa Maxwell selalu menutupi wajahnya?

Wah... Wah...

Bahkan dirinya yang masuk kategori rupawan rasanya iri.

"Kyaaa.... Inilah yang dinamakan tampan tak tertolong." Trinity dan para siswi yang lain mengerubungi Maxwell.

Mereka sengaja duduk di dekat Maxwell dan memandangi wajah yang terukir sempurna di depannya. Pipi perempuan - perempuan itu bersemu merah dan mata mereka seolah dipenuhi bintang. Saking terkesima.

"Astaga.... Astaga... Tak ku sangka kita memiliki malaikat."

"Tahu begini aku duduk bersama mu. Maxwell."

"Ahh sudah ku duga bahwa dia itu tampan." Bisik salah satu siswi sekelasnya, "Tapi tak ku sangka dia luar biasa tampan. Oh mya, mataku akan segar sepanjang waktu."

"Benar - benar, Maxwell sepertinya aku langsung jatuh cinta padamu."

Para perempuan mulai lebay. Bicara ngawur dan cenderung anarkis. Bahkan ada beberapa perempuan itu yang dengan genit memegang tangannya lalu berfoto.

Ini benar - benar...

Maxwell yang dirubungi mulai risih. Inilah yang dia takutkan begitu membuka jaketnya. Dia tidak mau lagi menjadi sorotan seperti di sekolah - sekolah terdahulu. Tetapi sekarang...

Hisshhh... Sial.

Maxwell menggertakkan gigi. Dia semakin memepatkan dirinya ke tembok.

Di mata Maxwell, para perempuan - perempuan itu seperti lalat.

Menjijikkan dan ingin ia singkirkan.

Jangan sampai dia terpaksa mengeluarkan suaranya dan bicara pedas pada mereka.
Maxwell menahan diri.

Perempuan - perempuan ini benar - benar...

Grey yang melihat kehebohan itu juga sempat terhenyak. Tak disangka bahwa lelaki bernama Maxwell itu benar - benar tampan.

Sesama laki - laki, Grey benar - benar mengakui ketampanannya. Bahkan dia bisa melihat ketampanan Maxwell tak hanya dari wajah, melainkan juga dari postur tubuh remaja laki - laki itu yang terlihat bagus.

Secara garis besar Maxwell adalah kesempurnaan yang paling sempurna.

Tak heran bahwa semua perempuan di kelas ini bahkan di luar kelas,  langsung menggilainya.

Ehh.... Tidak semua perempuan. Ada satu siswi yang sama sekali tidak terusik akan hal ini.

Dialah Maria.

Grey bertopang dagu. Tersenyum menatap Maria yang duduk acuh tak acuh di kursinya. Dimana saat teman - teman perempuannya yang lain memuja Maxwell, Maria tampak tak tertarik dan hanya memalingkan muka memandangi keluar jendela.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang