71. Maxwell POV (Flasback)

293 50 8
                                    

Begitu ibunya melahirkannya ke dunia, dia sudah menjadi sorotan.

Semua orang memujanya. Semua orang menyukainya. Setiap mata memandangnya, selalu tatapan penuh kekaguman yang ia dapatkan. Tak hanya wanita, tapi juga pria. Dari orang tua, dewasa, remaja hingga balita. Semua suka padanya. Seolah dia adalah berlian yang begitu langka.
Dan sikap mereka lama kelamaan, ada yang sampai di luar nalar.

"Ya ampun tampan sekali."

Maxwell bayi, hanya terdiam ketika para ibu - ibu mengerubuninya sambil menoel - noel pipi gembulnya. Tak hanya sebatas toel'an, lama - kelamaan hal itu berubah menjadi cubitan. Yang pertama pelan, hanya disentuh alar kadarnya menjadi semakin kencang bahkan pipi gembulnya dibuat semakin lebar oleh tangan para ibu - ibu saking gemasnya.

Pipi gembulnya juga dicium - ciumi sampai memerah. Maxwell bayi masih terdiam sembari menghisap dotnya. Namun tentu saja dia kesal. Tapi sebagai bayi, apa yang bisa dia perbuat selain pasrah?

Tetapi makin lama, seiring usianya bertambah dan badan bayinya semakin gendut, level kegemasan orang - orang padanya begitu ekstream sampai nyaris mengerikan.

Mereka sudah dibuat jatuh cinta padanya sejak dia masih bayi.

"Ku rasa aku jatuh cinta pada bayi ini.  Astaga, astaga imutnya.... Ingin ku kantongi dan bawa pulang deh."

"Aku juga."

"Aku juga."

"Kita culik yuk!"

"Aku juga berpikiran sama."

Dan begitulah, orang - orang itu berusaha menculik Maxwell. Tak hanya satu, dua kali. Bahkan berkali - kali Maxwell mengalami percobaan penculikan. Ada yang selama tiga hari berada di tangan penculik, ada juga yang selama seminggu. Tapi beruntung, kekuatan koneksi ayahnya yang gemilang berhasil menemukannya.

Dari bayi, balita, anak - anak, dan sampai dia dewasa parasnya semakin terlihat. Orang - orang semakin dibuat terpana. Penculikan padanya kian banyak. Tetapi sampai usia Maxwell menginjak tujuh tahun, penculikan padanya mulai mereda, bahkan sudah  mulai tidak ada lagi. Bukan karena dia menjadi jelek, melainkan karena Maxwell mulai menunjukkan gejala kekuatan supranatural.

Kekuatan supranatural yang cukup tinggi dari anak - anak seusianya. Bahkan penculikpun dibuat takut. Walaupun sebenarnya Maxwell hanya diam saja dan tidak melakukan apapun kepada para penculik itu, tetap saja mereka merinding. Alhasil penculik - penculik itu mengembalikan Maxwell dengan sendirinya ke mansionnya.

Namun hanya kasus penculikannya saja yang sudah tak ada. Orang - orang yang menggilainya tetap banyak. Malah semakin berlimpah ruah.

Saat SD, di sekolahnya teman - teman wanita sebayanya menggilainya. Mereka mengidolakan Maxwell. Setiap Maxwell lewat, jeritan histeris penuh kekaguman selalu keluar. Berbagai macam surat cinta masuk ke dalam lokernya. Tak sedikit juga siswi - siswi perempuan menyatakan cinta padanya.

"Maxwell, a... aku jatuh cinta padamu."

"Mau kah kau berkencan denganku?"

"Maxwell, i love you."

"Maxwell, aku ingin jadi istrimu."

"Nanti kita menikah yuk!"

Padahal, mereka masih SD. Menggelikan.

Dan tanggapan Maxwell selalu sama. Tak pernah mengeluarkan kata - kata balasan. Tapi dari sikapnya yang acuh tak acuh, langsung memalingkan muka, membuang hadiah dari para pengagumnya, berbalik pergi meninggalkan anak - anak perempuan itu yang langsung dibuat patah hati.

Maxwell sudah terbiasa akan hal itu. Saking biasanya sampai membuat kesal. Saking kesalnya sampai membuatnya muak. Dan saking muaknya, ia tak pernah peduli lagi bahkan dengan perasaan orang lain.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang