11. Melawan (A)

990 158 22
                                    

“Gawat! Dimana baju gantiku?” Sherly mengobrik - abrik lokernya panik. Seragam lapangannya tidak ada. Padahal jelas - jelas dia menyimpannya di sini. Tidak pernah ia gunakan sama sekali setelah kemarin di hari pertama dirinya masuk.

Pasti ini semua ulah…..

Sherly menggertakkan rahangnya. Sungguh mengesalkan sekali anak - anak itu. Mereka pasti sengaja menyembunyikan seragam lapangannya. Benar - benar…

“Cecil cepat ganti pakaianmu! jangan sampai terlambat. Kau tidak tahu betapa galaknya master Xenna.” Sabin datang menegur. Temannya ini sedari tadi masih berada di loker sementara anak - anak yang lain sudah berganti pakaian, bersiap menuju lapangan.

“Baju gantiku tidak ada.” Jawab Sherly. Ia menoleh dan mendapati di belakang Sabin, beberapa anak tampak melihat ke arahnya, tersenyum - senyum seolah meledek dan juga menyembunyikan sesuatu. Pasti ini ulah mereka. Sialan.

Sabin di depannya menatap cemas. Gadis itu melirik jam. Kurang tiga menit lagi. Kejadian in seolah De Javu, mengingatkannya ketika diririnya dbully kala itu.

“Tenang Cecil, aku akan membantumu.” Sabin mendekat. Dia menyentuh loker Cecil, wanita itu lalu memejamkan mata. Keningnya berkerut saat dirinya berkonsentrasi menemukan jejak keberadaan pakaian ganti temannya. Sherly yang ada di sampingnya hanya terdiam, membiarkan Sabin melakukan entah apapun itu.

Ini adalah kekuatan supranatural Sabin. Mendeteksi keberadaan benda ataupun makhluk hidup dengan cara menyentuh bagian yang pernah bersinggungan dengan benda atau makhluk hidup yang dicari. Bakat yang seperti ini tentunya sangat spesial. Tetapi sayang, kekuatan pendeteksi Sabin memilki batasan.

Begitu perempuan itu menyentuhkan tangannya di sana. Sebuah aliran berwarna biru seolah merayap masuk ke indera perabanya lalu mengalir ke otaknya. Sebuah siluet bayangan siswa - siswi yang tengah membuka loker Cecil kemudian terlihat. Mereka tampak berlari dengan cepat sembari tertawa - tawa menenteng seragam lapangan Cecil lalu menyembunyikannya di…..

Mata Sabin seketika terbuka.

“Ketemu.” Serunya. Dia menoleh dan berkata, “Mereka menyembunyikan seragammu di kamar mandi. Tepatnya di dalam laci closet nomer tiga dari kanan. Cepat kita ambil Cecil.”

Sejenak Sherly tercengang akan apa yang Sabin katakan. Perempuan itu seolah bisa melihat masa lalu saja. Dia benar - benar takjub. Meski belum terbukti, entah kenapa dirinya mengangguk dan mempercayai ucapannya.

“Biar aku sendiri yang ambil. Kau segeralah ke lapangan.” Ujar Sherly tak mau merepotkan anak ini. Dia tidak akan terlambat. Kalaupun terlambat tidak masalah buatnya, tetapi untuk Sabin pasti akan menjadi masalah.

Sabin mengangguk, “Kau harus cepat! Jangan sampai terlambat ya.”

“Tidak akan.” Angguk Sherly yang sontak berlari menuju kamar mandi yang tak jauh dari kelasnya berada. Masih ada waktu dua menit. Dia harus bergegas.

***

“Sudah ku duga.” Gadis itu menarik sudut bibirnya mendengar percakapan itu. Bersandar di sudut pintu, Trinity menegakkan badan. Wanita itu lalu melirik dua temannya, memberi aba - aba. Mereka mengangguk lalu segera melesat menuju kamar mandi.

“Perempuan yang berani mengganggu Leonku tidak akan ku biarkan tenang.” Trinity tersenyum. Perempuan itu sudah menduga bahwa si Sabin pengecut itu akan diam - diam membantu anak baru ini. Ia tentunya sudah tahu akan kekuatan yang Sabin punya, oleh karena itu sebagai antisiipasi, ia sudah memiliki rencana lain untuk menindas Cecil August yang dengan berani - beraninya membuat Leonnya sakit hati.

“Jangan harap bisa sekolah di sini dengan damai, Cecil.” Gumamnya. Dia berjalan dengan tenang menuju kamar mandi memeriksa bahwa pekerjaan anak buahnya berjalan dengan baik.

Black MilitaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang