10| Chelsea Kannika Wang

185 52 4
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Happy reading

***


Detak jantung Fachry yang sedari tadi bergemuruh hebat semakin menggila setelah mendengar permintaan ustadz Imran. Ustadz Imran memintanya untuk segera datang bersama keluarga untuk melamar Najma. 

2 bulan lebih proses ta'aruf yang Fachry dan Najma jalani rasanya sudah cukup sebagai bekal untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius dan kini impian keduanya untuk membina rumah tangga tinggal selangkah lagi.

"Jadi kapan tepatnya nak Fachry dan keluarga bisa datang melamar Najma agar saya bisa mengabari keluarga besar"

"Insya Allah minggu depan ustadz. Minggu depan saya akan melamar Najma sebagai calon istri saya"
Najma tak bisa lagi menyembunyikan rona merah di pipinya, perkataan Fachry memberikan efek luar biasa bagi hatinya. Najma memberanikan diri untuk menatap Fachry yang ternyata Fachry kini juga tengah menatapnya dengan mata penuh binar.

"Alhamdulillah, hal baik memang seharusnya disegerakan. Saya permisi sebentar ke kamar mandi ya, ingat batasan. Kalian belum sah"

Selepas kepergian ustadz Imran, keheningan menyelimuti Fachry dan Najma. Keduanya ingin memulai percakapan tapi canggung dan malu menguasai mereka. Sebagai seorang lelaki Fachry memutuskan untuk memulai percakapan.

"Terima kasih karena mau menerimaku Najma. Aku bahagia, sangat bahagia"

"Terima kasih juga karena memilihku sebagai calon istrimu. Hanya kamu lelaki yang berani menemui keluargaku"

Fachry suka melihat senyum malu-malu yang terbit di wajah Najma, sangat indah dan menenangkan. Senyum yang membuatnya jatuh dalam pesona seorang Najma, senyum yang memberikannya keberanian untuk menemui keluarga Najma, senyum yang selalu ingin ia lihat sepanjang hidupnya.

***

Chelsea duduk kaku di jok motor Lunara saat ini, perjuangan panjang Lunara membujuk Chelsea akhirnya membuahkan hasil. Sedari tadi Chelsea bahkan tidak berani menggerakkan tubuhnya di atas motor saking takutnya, tapi ada perasaan senang ketika angin menerpa wajahnya bahkan ikut menerbangkan helaian rambutnya.

"Kamu kenapa nggak beli mobil aja sih, kan lebih nyaman, nggak mampu ya?"

"Bukan nggak mampu tapi kalau aku pakai mobil setiap hari aku pasti telat ke rumah sakit. Kalau pagi jalanan macet banget, rumah sakit tempat aku kerja juga lumayan jauh"

"Memangnya kamu nggak malu ya? kamu kan dokter, tapi kemana-mana pakai motor"
Lunara tersenyum mendengar ucapan polos gadis yang tengah ia bonceng saat ini.

"Mike Zuckerburg yang salah satu orang terkaya di dunia aja nggak malu kemana-mana jalan kaki cuma pakai kaos, celana pendek sama sandal jepit. Nggak ada alasan untuk malu, lagipula kita hidup bukan untuk menyempurnakan fantasi orang lain. Just be yourself"

"Apa alasan kamu nolongin aku?" akhirnya pertanyaan yang sedari tadi ingin Chelsea tanyakan terungkap juga. Chelsea benar-benar ingin tahu apa motif dibalik perbuatan baik Lunara terhadapnya.

"Simple sih, aku percaya Allah akan senantiasa menolong para hamba selama ia menolong saudaranya"

"Aku bukan saudara kamu" timpal Chelsea lirih namun tetap terdengar oleh Lunara, namun Lunara hanya tersenyum mendengar ucapan Chelsea.

Motor Lunara berhenti tepat di depan pagar tinggi berwarna putih gading rumah Chelsea, terlihat seperti ada yang ingin Chelsea katakan tapi ragu. Hingga akhirnya Chelsea memutuskan untuk kambali menemui Lunara yang syukurnya masih berada di depan. Lunara yang melihat Chelsea kembali menemuinya pun bingung.

Gema Cinta Sang MuadzinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang