11| Terluka Sendirian

255 53 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Semoga masih ada yang nungguin kelanjutan ceritaku ini :D

Happy Reading


Malam ini Lunara dan keluarga sedang berkunjung ke rumah tante Melati, Setelah mendapat kabar bahwa tante Melati sakit sampai harus dioperasi baru malam ini Lunara bisa menjenguk tantenya sedangkan kedua orang tuanya sudah beberapa kali menginap.

"Diminum kak, kuenya juga dimakan, aku yang buat tadi" tawar sepupunya Hesti, di hadapannya sudah terletak segelas es buah dan beberapa piring kue.

"Keren kamu dek, kakak aja baru kemaren belajar buat kue ini" Hesti tersipu mendapat pujian dari Lunara. "Biasa aja kok kak, ini juga dibantu tante Dahlia tadi" timpalnya.

"Makanya kamu harus rajin belajar masak sama bunda kak, kamu itu kan perempuan, calon istri" Bundanya yang entah kapan duduk di seberangnya kini pun menyahut membuat beberapa kerabatnya terkekeh.

"Bunda juga harus sabar ngajarinnya, Luna kan pemula Bun" mereka kembali tertawa mendengar ucapan Lunara.

"Putri bapak ini pintar kok, belajar sebentar aja pasti nanti udah bisa ngalahin masakan Bunda" Bapak mengelus lembut kepala Lunara membuat Lunara tersenyum senang. 

"Betul pak, kemaren aja bunda muji nasi goreng buatan Luna. Katanya mantul. Iyakan Bunda?" Bunda hanya mesem dan menggelengkan kepalanya.

"Iya, semoga kamu dapat suami dan keluarga yang menerima kamu apa adanya ya kak, yang tidak banyak menuntut ya kak" Lunara yang semula tertawa kini mendadak kalem mendengar doa ibunya.

"Hamdan duluan yang nikah baru Luna Bun" Hamdan yang sedari tadi sibuk dengan ponsel di tangannya mendongak mendengar namanya disebut.

"Apa nih? kok tiba-tiba Hamdan?" mereka semua kembali tertawa mendapati eksresi penuh kebingungan Hamdan.

"Makanya jangan handphone terus" lanjut Lunara masih dengan tawanya setelah mengambil kue buatan Hesti

"Bang Hamdan mah bentar lagi ngirim CV, kak Luna kapan nih?" Tanya Hesti balik dengan menaik-naikkan alisnya meredam tawa Lunara sebelumnya.

"Doain aja yang terbaik ya" jawab Lunara pelan berusaha menutupi kerisihannya ketika membicarakan topik jodoh ini, mana Lunara tau kan jodoh ditangan tuhan.

"Doa juga harus dibarengi sama ikhtiar Lun, lah kamu setiap ada cowok yang ngajak kenalan selalu ditolak" sahut Hamdan yang kini tak lagi fokus ke handphone miliknya. "Padahal mah anaknya bu Nisa kurang apa coba, iyakan tante?" Lunara mendengus pelan mendengar ucapan sepupunya itu

"Dia bukan ngajak nikah tapi ngajak pacaran, ya mana mau" 

Lunara memilih untuk menutupi alasan sebenarnya mengapa ia selalu menolak ketika diajak serius atau sekedar berkenalan oleh lawan jenis tentu saja alasannya karena sejak lama di hatinya hanya bertahta satu nama. Nama yang sampai saat ini masih ia selipkan di setiap sujud dan doanya, nama yang selalu ia perjuangkan dalam diam, Fachry.

"Perempuan memang sebaiknya jutek ke lawan jenisnya yang bukan mahrom, sudah bagus yang dilakukan Lunara. Dia harus bisa menjaga harga dirinya, lagipula kalau cowok itu serius harusnya dia langsung menemui orangtuanya, yang sat set gituloh bukan kebanyakan omong doang" sekarang giliran Hamdan yang tersenyum mesem mendengar penuturan ibunya. 

Gema Cinta Sang MuadzinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang