2| Perkara Sawi dan Sosis

341 66 2
                                    


Bismillahhirrahmanirrahim

Hai-hai, jumpa lagi nih kita~

Happy Reading

*** 

"Silakan duduk pak, apa keluhannya ?" Tanya Lunara ramah kepada sang bapak yang kini sudah duduk berhadapan dengannya. Di pangkuannya ada anak kambing berwarna putih bersih yang begitu lucu, mungkin usianya baru sekitar 8 bulan.

"Begini dok, saya peternak kambing. Sejak kemarin sudah 5 ekor kambing saya mati tiba-tiba dok. Padahal awalnya baik-baik aja dok, sehat-sehat aja terus tiba-tiba badannya kejang-kejang, matanya juga merah terus mati dok, oh iya badannya juga ngeluarin darah dok, dari telinga sama anus. Saya bingung dok, tolong diperiksa dok. Ini Beni, setelah ibunya mati tadi pagi dia juga ikut-ikutan sakit dok. Tadi dia tiba-tiba jatuh terus badannya kejang-kejang, dikasih makan juga nggak mau padahal biasanya paling rakus"

Setelah mendengar penjelasan panjang, Lunara pun tersenyum sembari memeriksa Beni, kambing kecil milik si bapak.

"Saya periksa dulu ya pak"

"Setelah saya periksa dan mendengar penjelasan bapak tadi, ternaknya bapak terkena penyakit antraks yang disebabkan oleh bakteri bacillus anthraxis. Namun untuk hasil pastinya kami akan melakukan pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu dengan mengambil sampel darahnya Beni dan temannya Beni yang sudah mati. Untuk kasus Beni sendiri, penyakit antraksnya sudah bersifat per akut pak. Jadi untuk pengobatannya nanti saya akan memberikan antibiotika enrofloxacin. Untuk penanganan bangkai ternak yang sudah mati diusahakan dibakar atau dikubur saja ya pak, jangan sampai termakan oleh hewan pemakan bangkai lainnya agar peyebarannya tidak semakin luas. Dan untuk mengurangi penyebaran luas penyakitnya saya sarankan bapak untuk menjaga kebersihan kandang, rumah dan lingkungan sekitar ya pak, karena penyakit antraks ini juga bisa menjangkiti manusia. Insha Allah dengan bantuan Allah dan kerja keras bapak semua ternaknya bapak bisa bebas dari penyakit ini"

"Terima kasih banyak ya dok atas bantuannya, saya senang banget dengerin penjelasannya buk dokter" puji sang bapak sembari mengambil Beni ke dalam gendongannya

"Baik bapak, terima kasih banyak. Interaksi langsung seperti ini dihindari ya pak karena penyakitnya bisa menular, silakan gunakan masker dan sarung tangan untuk antisipasi. Semoga Beni cepat sembuh ya pak" Lunara menatap Beni dengan lembut dan tersenyum ramah kepada sang bapak.

"Wah, oke-oke Dok. saya baru tahu" ucap bapak yang tadinya menggendong Beni dengan sayang kini segera melepaskan gendongannya.

Beni adalah pasien terakhirnya sebelum waktu istirahat makan siang tiba, setelah kepergian Beni dan sang bapak, Lunara merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah selesai mencuci tangan dan melepas maskernya.

"Dokter Luna mau ikut makan siang bareng nggak ? Ima sama yang lain mau makan siang di cafe depan katanya lagi ada promo special dok"

"Kalian saja ya Fahima, saya kebetulan dibekelin bunda tadi"

"Oke Dok, Ima duluan ya Dok"

Lunara mengacungkan jempolnya sebelum Fahima meninggalkan Lunara sendiri dalam ruangannya.

Sembari menikmati nasi dan soto ayam buatan bunda yang nikmatnya tiada tanding, Lunara memeriksa handphonenya guna men-scroll akun Instagram-nya.

Jarinya berhenti men-scroll begitu juga aktivitas makannya, buru-buru Lunara menelan makanannya dan memperhatikan lebih detail postingan yang baru saja lewat.

Gema Cinta Sang MuadzinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang