01. ɴᴏ ᴏɴᴇ ʙᴜᴛ ʏᴏᴜ-

836 69 5
                                    

-

ᵗʰᵉ ᵉⁿᵈⁱⁿᵍ

Di sebuah kehidupan, ada satu pertanyaan yang tak pernah purnah didalam pikirannya, bahkan, ia sempat memilih tuk meraih pertanyaan didalam dengungan kepala dan sekarang sudah terjawab sempurna.

Terjawab sempurna ketika.

Ia sudah tak ada lagi.

Ia sudah meninggalkan dunia ini lagi.

Dan ia tak akan pernah terlihat lagi.

Pemuda bersurai Hazel duduk di sudut ruangan dimana keheningan menjadi sebuah ricuan sebagai tanda kasih sayang, memilih menyaksikan bahkan sempat tak berkata ketika matanya tak bisa bergerak.

"DOYOUNG-AH! DOYOUNG-AH! ANIYA DOYOUNG-AH! IBU MOHON.." Jarak antara ia dan jeritan ibu hanya berbeda sejarak, dia tak berpaling namun ia tak ingin menyaksikan duka mereka antara dirinya.

Senyuman itu, senyuman dimana ia tersenyum lebar di musim semi yang sempat doyoung meminta agar memasangnya sebagai foto pernikahan nantinya, cih.. Sekarang menjadi pajangan termenyedihkan sepanjang masa.

"DOYOUNG KEMBALI YA?.. IBU MOHON," Pemuda Kim mendesah, menundukan kepala sembari berpaling kan mata, usai tangisan melintasi pipinya hingga ia tak bisa berkata-kata, mungkin, ini jalan terbaik baginya.

"Aigoo, bukankah mereka yang sering menganiaya anak bungsu mereka? Mengapa mereka sesedih ini"

"Yaa.. Jangan berbicara begitu, ini dipemakaman," Hazel tajam menatap kelam yang berbicara, murung terpatri jelas ditemani mata yang bengkak tak dapat diukir kembali.

"INI SEMUA SALAHMU! INI SEMUA SALAHMU! JIKA SAJA KAU TAK MENYURUHKU MENINGGALKAN NYA, PUTRAKU TAK AKAN MATI!," Menggema sebutan teriakan, tersentak kala dilihat cengkraman sang ibu meremas bahu ayah kandung sendiri membuatnya meringis.

Salahmu? Menyuruhku? Putraku?

Apakah? Ibu amat berduka kehilangannya, jadi, ibu benar menyayanginya ya, "maaf.. " Suatu kalimat yang dapat diucapkan, tangisan membawanya terpuruk hingga kedua lengan menutupi lukis wajah yang berantakan itu, dengan jelas terpatri di kedua matanya. Maafkan ia yang terlahir tak berguna.

Kini, pertanyaan yang selalu mengikuti terjawab percuma ketika ia duduk mengikiskan jarak seperti ini, "kemana ia akan pergi? Apakah hanya kegelapan tanpa akhir? Di ujung jalan ini ia dimana? Harus menjadi apa? Dalam bentuk apa?," Usai setelah nya sang empu berdiri berlalu menghela nafas sempurna.

Jawaban yang dipikirkan sampai saat ini, "tak ada yang mengetahui masa depan," Maka dari itu, biarkan ia mengerahkan seluruhnya atas segala perbuat yang ia lakukan didunia selama ia bernafas.

Suatu saat ketika ia menanti, ia akan berdoa, "Sudah lihat kan?," Kim terkejut, remangan ditubuhnya menjelajahi seluruh isi, dengan sigap ia menoleh mencari sumber suara yang tadinya berbisik tanpa angin dan langkah, dahi mengernyit dalam ditemani kepala yang sedikit dimiringkan, lantas diam ketika ia mendapati kedua wanita paruh bayah yang berbisik-bisik dibelakangnya.

Apakah mereka? Namun? Apakah mereka bisa melihatnya?

"Kim doyoung," Dirinya termangap lebar, memundurkan dua langkah kaki tak lupakan keterkejutan yang tak pernah hilang, seorang pria tinggi bersurai cokelat, kedua lengan yang tengah berada disaku dan... Baju macam apa itu?

Sial! Bisa-bisanya ia tertawa sekarang hanya karena melihat penampilan aneh, membuat yang dihadapan memasang tatapan datarnya lagi, "bisakah kau sudahi tawaanmu? Kim Doyoung-ssi," Telak! Segera mengunci bibir secara rapat berlalu mengganguk.

Dream Latern [Jaedo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang