10. ᴅʀᴇᴀᴍ-

159 30 4
                                    

Malam itu, terang rembulan akan suatu tak terjangkau, pilunya sesak nafas seseorang disaat benda tajam itu mengarah pada leher mereka, "Pengkhianat," Kalimat menerjun, serta samurai telak ke leher mulus sang wanita.

Darah berceceran di mana-mana, melewati jenjangnya kaki menghiasi lantai, mata terbuka bibir memucat, tak bergerak.

Usai melakukan, pria itu menoleh, pada pria yang mengepalkan erat belatinya, "mengerti Jung Jaehyun?, jangan menjadi pengkhianat, karena kau pasukan yang paling kami andalkan," Peringatan terlontar, memenuhi kedua daun telinganya.

Seorang lelaki merasa jengkel dengan hidup yang berputar terus menerus demikian.

Kedua tangannya sudah kotor, untuk menyingkirkan para manusia jahat atau tidak di dunia ini.

Jaehyun.. Tak ingin melakukannya lagi.

"Jaehyun ada apa? Jaehyun?," Tanya wanita bersusah payah menarik hanbok nya disaat putra tampan itu terus menarik lengannya sembari berlari. "Ibu, jangan khawatir, ayo kita pergi dari hidup ini," Jari jemari hangat melekat, menggengam ibu dalam serta anggukan tiada henti.

Meyakinkan sang ibu, dan melirik gadis tengah meremat telunjuk ibunya.

"Pergilah ke bukit, aku akan menyusul," Yakin nya, kala mendengar larian kuda, dan langkah kaki.

Kedua lengan Jung sudah menyentuh erat, bersiap menariknya disaat mereka menyerang ia kemudian.

Dan benar adanya, panah tajam meleset melukai setitik pipinya, jaehyun mengusap, dilihat puluhan dari mereka datang bersama tawaan, "sudah kuduga kau akan menjadi pengkhianat," Baek yunjin, pria mengajarkan mereka betapa hinanya dunia.

Padahal ia sendiri melebihi hina.

Terlebih dari semua, jaehyun mengeluarkan pedangnya, dihadang beberapa sehingga pertengkaran hebat terjadi.

Jaehyun tak berhenti menerjunkan benda itu, mengalahkan lima dari sepuluh yang maju, menoleh dan beradu disaat benda tajam itu mencoba menekannya semakin dalam sehingga mengenai bahu Jung.

Jaehyun yang tersudut di pohon besar itu menahan, merasa tak ada jalan, ia menendang perutnya dengan lutut, sehingga sang pria mengerang, dan di sanalah jaehyun kembali menerjunkan.

Disaksikan mereka berbindung-bindung yang mau tak mau maju, sementara baek tersebut, menahan tawa disaat sorot mata Jung begitu tajam, "alasan aku menjadikan mu pasukan kesayanganku, karena kamu adalah orang yang kuat, Jae-hyun-

-PTING!

"AGHKKK!!," Teriakan bergema, disaat Jung menusuk kepalanya hingga keluar pada tenggorokan, pedang tajam Jung kembali di keluarkan yang mana darah dari sang pria muncrat ke mana-mana.

Dengan begitu, ia menendang pemilik tubuh dan maju kembali, disaksikan mereka yang sedikit terkejut akan pertarungan menyeramkan ini.

Luka pada tubuhnya tertera di mana-mana, tusukan berbagai macam hingga darah mengalir, lengan kiri mencoba menahan rasa sakit di bahu, sementara lengan kanannya ia angkat untuk menghentikan mereka.

Jaehyun mengepalkan erat, jari jemari, mengingat bagaimana cara mereka memanfaatkannya.

Lengan kiri terlepas, jaehyun memajukan langkah, dan..

Dream Latern [Jaedo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang