09. ɴᴏʀᴍᴀʟ ʟɪғᴇ-

171 37 3
                                    

Terpejamnya suasana, perlahan terbuka sayup mata tanpa menyadari seorang disana tak berhenti meneguk sesuatu.

Doyoung yang terbaring di sofa kini mengangkat tubuh sembari merentangkan tulang-tulang terasa berkumpul satu arah, senyuman terbit kala ia berhasil mengumpulkan nyawa, mengeledah tempat tinggal saat ia berada.

"Hyung?," Mengernyit manakala ia perlahan berdiri dari rebahan, Doyoung pergi ke manapun ia mencari. Tak ada.

Seorang Jung tak ada.

Namun, Doyoung sedikit tersentak akan suara tak asing dari sumber, memajukan langkah dan menemukan pemilik suara.

Ini bukan suara sky.

Dan suara itu dari dapur.

"Kau menyukainya?"

"Omong kosong! Aku tidak!"

"Hei hei jae! Biasa saja, aku hanya bertanya"

"Aku tak akan pernah menyukai arwah yang hidup setengah"

Doyoung memicingkan mata, terdengar familiar akan pembicaraan, jika tentang sangkut paut arwah, apakah sky itu memiliki arwah selain dirinya.

Di tempat ini.

Kriet..

Telak, kedua bola mata membulat, kedua lengan melambai-lambai ditemani raut wajah mengelak, "t-tak bermaksud... Aku lapar dan terbangun ingin menuju dapur.." Serunya mencoba meyakinkan kala kedua oknum yang disana menatapnya heran.

"Kau kim Doyoung?," Kim tertegun, kedua bola mata terbuka perlahan, dan mendapati lelaki berparas tampan dan surainya yang kelam, perlahan, senyuman hampa ia sampaikan.

"Maaf menggangu, aku kim Doyoung, Terima kasih sudah melihatku," Ucapnya diiringi tundukan-tundukan disaksikan kenyitan oleh Jung, berlebihan memang.

"Ah, kau manis," Kedua bola mata terbuka, apa-apaan?, Doyoung terkejut, bahkan bukan hanya dirinya, sky sekalipun melayangkan betapa tajamnya tatapan.

"Pergilah!," Pria itu terkekeh, melayangkan tatapan ejeknya yang membuat Jung jengkel sangat, "astaga, lihat, ia cemburu," Jung menggeretakan gigi, tak ada guna untuk menyahut pada pria gila ini.

Sementara Doyoung tak berhenti memikirkan berbagai macam gerjapan aneh yang akhirnya diberi usakan lembut oleh si tampan, "aku Hyung nya, jaga dirimu, dia memang rese!," Pemuda kim mengangkat kepala dengan cepat menghadang yang lebih tua.

"Jika Jung 500 tahun, bagaimana dengannya?"

"Dia selisi lima tahun," Terkejut, senyuman terpatri kaku manakala ia terus menganguk, baiklah.. "Oh tidak, aku melupakan nolnya," Kembali, ia mengernyit lalu menyiapkan tawaan.

Pria ini sangat lucu.

"Usianya lima puluh tahun lebih tua dariku," Suara sahutan ini, mengalun sehingga menarik perhatian kim, kedua mata terbulat sempurna layaknya bola pingpong yang membuat nakamoto menyinggungkan senyuman menyaksikan hal ini.

"Bye bye!"

"Ah! Pintu utama di sana"

"Aku tak memerlukannya—

Brukk

Ah, mulut manis terbuka bahkan rongga mulutnya terasa kering dengan angin terhempa, kembali ia memutar balik bola mata pada seorang Jung yang melihatnya penuh kenyitan.

"D-dia meloncat dari jendela?.. Itu cukup tinggi, seharusnya luka sekecilpun itu akan patah kaki.. Seterusnya tak terselamatkan"

Sky tak menjawab, melihat bagaimana kim terus menerus bertingkah bodoh tak henti untuk melihat jendela yang Diloncati nakamoto barusan.

Dream Latern [Jaedo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang