2. Bye, Mirna

14.5K 1.3K 136
                                    

Hai. mau kasih info kalo Mirna adalah cerita baru dan nggak berkaitan dengan akhyar cs. Tapi nggak tau juga sih kalo pas di pertengahan penulisan kita malah hubungkan lagi ke trah Akhyar. maklum, belum bisa move on dari akhyar. tentang anwar, dia ini bukan siapa2 igor ya. kita lagi seneng aja sama nama anwar. kayaknya pas aja sama mirna. begetoh ceritanya. lagipula, kita emang minim kemampuan dalam memberi nama. saking banyak tokoh, eh, nggak taunya ada nama yang sama. Seperti Jeanny istri Dwayne, sahabat Raymond yang ternyata sama dengan nama anak kedua Nirmala. Nggak nyadar pas kasih nama. jadi banyak yang nanya.

anyway, thanks atas perhatiannya. Jangan bosan kritik dan saran ya.

semoga sukkkaaaaa....

untuk cerita ongoing lainnya, kita usahakan selesain. kayak Rania yang sudah kita garap hingga tamat, tinggal edit dan publish saja. Greta, kayaknya juga nggak sepanjang kisah lainnya. Sherly dan Om Al juga masih diperjuangkan. gema sabine juga. hadoooh, banyak yaaa.

Untuk sekarang ini, nikmati Mirna dulu ya. soalnya alurnya dah dapat, sayang kalo angus. kepikiran terus jadinya.

Lauv, L

****

________


"Kamu nggak berubah, Anwar. Masih gagah seperti dulu," puji Rusdi saat sudah berada di ruang tamu. Dia pegang dua lengan Anwar erat-erat sambil mengamati wajah sahabatnya yang sudah belasan tahun tidak bertemu.

Tampak mata Mirna menyapu dengan seksama bagian dalam rumah Anwar. Ternyata tidak seluas yang dia pikir saat berada di luar. Tapi tata ruangannya sangat apik dan rapi serta terasa nyaman. Ada beberapa pintu yang jaraknya tidak berjauhan yang mengelilingi dapur yang dilengkapi peralatan mewah dan canggih. Mungkin Mirna akan menginap di salah satu ruang di balik pintu-pintu tersebut.

Anwar tertawa renyah mendengar pujian Rusdi. Dia memang memiliki tubuh tinggi dan wajah tampan. Sekilas perawakannya jauh lebih muda dari Rusdi. Bulu-bulu halus di wajahnya tercukur rapi. Tidak seperti papanya yang tampak membiarkan kumis dan berewoknya dirapikan seadanya. Menurut Mirna, papanya memang tidak terlalu menjaga penampilan.

"Kamu juga, Rusdi. Kayaknya masih suka bergurau ini. Ya, Mirna?" balas Anwar sambil menoleh ke arah Mirna yang matanya masih mengamati isi dalam rumahnya.

Mirna tiba-tiba gugup. Dia tidak menyangka disinggung Anwar.

"Oh, eh..., iya, Om. Hm..., tapi malah kebanyakan serius sih, Om," jawab Mirna asal.

"Wajar dong. Tiap hari harus update pengetahuan sebelum mengajar. Papa kamu nih paling pinter. Cuma dia yang lanjut S2 dan S3. Kalo Om cukup S1 saja," balas Anwar dengan tatapan hangatnya.

Mata Mirna mengerjap saat wajahnya ditatap cukup tajam oleh Anwar. Dia merasakan desiran hebat di dadanya. Meski seumuran papanya, Anwar terlihat lebih modis dan lebih muda. Tidak dapat Mirna pungkiri kekaguman terhadap diri sahabat papanya itu, tampan dan rupawan dan memiliki tatapan mata yang sangat memabukkan perasaannya. Apalagi aroma wangi segar dari tubuh Anwar selalu tercium oleh hidung Mirna di setiap kali dia menarik napas. Tapi..., dia kan sudah memiliki anak dan istri. Astaga, ucap Mirna dalam hati. Dia langsung sibuk mengusir pikiran-pikiran genitnya.

Rusdi terkekeh. Dia benarkan kata-kata Anwar dalam hatinya. Saat kuliah dulu di Sydney, Rusdi selalu mendapatkan nilai tertinggi dibanding sahabat-sahabatnya. Dan Anwar adalah peraih nilai terendah dan selalu menjadi bahan tertawaan. Salah satunya Rusdi yang kerap menertawakan Anwar yang mengeluhkan nilai selama kuliah.

Hebatnya, Anwar yang tahu diri tidak pernah membalas candaan sahabat-sahabatnya itu. Dia mengerti bahwa mereka tidak serius mengejeknya, dan malah menganggap sebagai ungkapan keakraban dalam persahabatan. Lagipula, Rusdi dan para sahabat lainnya sering membantu tugas kuliah Anwar.

MIRNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang