14. Saran Anwar

10.3K 1.2K 51
                                    

_______

Tidak seperti hari-hari sebelumnya di mana Mirna menghabiskan kampusnya hingga sore menjelang malam, hari ini Mirna bergegas pulang saat jam kuliah yang selesai pukul tiga. Mirna ingin membersihkan dan membereskan kamar kosnya, karena Anwar akan mengunjunginya sore ini. Jam lima lebih Om pastiin sudah di depan kamar kamu, sebuah pesan dari Anwar yang Mirna baca saat kuliah. Entah kenapa hari itu dia jadi semangat berkuliah dan presentasi kelompoknya berhasil meraih nilai tertinggi di kelas.

Mirna puas melihat kamarnya bersih dan rapi. Dia harap Anwar mau masuk ke kamarnya dan merasa nyaman saat berada di dalamnya. Sudah ada cemilan seadanya dan botol tahan panas berisi teh panas, khusus untuk Anwar.

Dengan perasaan senang, Mirna melangkah menuju kamar mandi.

Mandi Mirna agak lama sore itu. Dia gosokkan tubuhnya dengan scrub. Padahal biasanya dia hanya memakai sabun cair. Entah kenapa dia menganggap kedatangan Anwar nanti adalah momen spesial.

"Astagaaa. Mirnaaaa. Apa-apaan sih?" rutuknya saat membayangkan Anwar berada di dalam kamar kosnya.

Mirna lagi-lagi menertawakan dirinya. Dia menyangka sahabat papanya itu menaruh hati kepadanya, sehingga mau menemuinya di kamar kosnya.

Mirna yang terbuai membayangkan wajah dan tubuh seksi Anwar merasakan denyut-denyut di sekitar pangkal pahanya. Tubuh Anwar tanpa baju saat berenang masih terbayang jelas di benaknya.

"Fokus, Mirnaaaa. Ampuuun,"

Mirna cepat-cepat menyelesaikan mandinya. Dia tidak mau terbuai lebih lama.

Selesai mandi, Mirna keringkan rambutnya dengan mesin pengering rambut. Mirna ingin berdandan cantik tapi tidak terlalu berlebihan. Hanya bedak tipis dan lipbalm agar bibirnya terlihat lembab dan tidak kering.

Mirna ikat rambut panjang tebalnya serapi mungkin. Dia tidak lupa memakai lotion di tubuhnya agar terasa lebih segar dan harum. Mirna juga memakai baju yang rapi.

Mirna benar-benar ingin terlihat segar di mata Anwar sore ini.

"Kenapa Om Anwar mau ke sini ya?"

Mirna menghela napas panjang saat pertanyaan itu baru terlintas di benaknya di saat jarum pendek hampir mengenai angka lima.

Mirna menggeleng tidak berani menebak alasan Anwar ingin bertemu dengannya. Dia juga menepis beragam dugaan yang mengarah bahwa Anwar ingin berdekatan dengannya.

Tidak sampai lima menit Mirna duduk menunggu di atas lantai beralas karpet bambu, pintu kamarnya diketuk dari luar.

Mirna bergegas menuju pintu kamarnya.

Senyum Mirna langsung mengembang lebar saat melihat si pemilik tubuh indah dan wajah rupawan itu berdiri di hadapannya. Dia tarik napas panjang karena parfum dari tubuh Anwar sangat lembut dan nyaman singgah di pernapasannya.

"Hai..., Om nggak telat kan?" tanya Anwar sambil menyerahkan sebuah kantung kain berisi makanan.

Mirna terkekeh. Dia buka pintu kamar kosnya lebar-lebar setelah meraih kantung berisi makanan dan membiarkan Anwar memasukinya.

"Apa ini, Om?" tanya Mirna.

"Martabak telur. Suka nggak?"

Mirna mengangguk semangat. Kini aroma telur dari martabak sangat wangi tercium hidung Mirna.

"Baru mandi?" tanya Anwar sambil melepas jas kerjanya dan meletakkannya di sampingnya. Anwar perlahan merebahkan tubuh tingginya dan duduk bersila di atas karpet bambu sambil mengamati sekeliling kamar Mirna.

MIRNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang