135. Bahagia Mirna dan Anwar (Tamat)

11.7K 913 122
                                    

_______

Years later.....

Mirna tampak sibuk mempersiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya pagi itu sebelum meluncur ke sekolah masing-masing. Untungnya ada Chloe yang membantunya. Chloe juga memastikan Harumi dan adik-adiknya berpakaian rapi menuju sekolah sekaligus memeriksa isi dalam tas mereka masing-masing. Chloe sudah mantap menginap di rumah Mirna sejak kecil. Dia merasa lebih nyaman dan tidak bisa berpisah dari Harumi. Mirna pun terbantukan oleh hadirnya Chloe, karena Chloe juga anak yang pintar dan pandai mengajari anak-anak Mirna.

Awalnya keduaorangtua Chloe keberatan melepas anak bungsu mereka. Tapi akhirnya mereka membiarkan Chloe menginap di rumah Mirna, karena Chloe sakit-sakitan jika keinginannya tidak dipenuhi. Chloe tak terpisahkan dari Harumi dan Harumi sangat menyayanginya. Mirna tentu senang karena Chloe anak yang pintar dan penuh simpati. Yang membahagiakan perasaan Mirna adalah ketiga anaknya sangat menyayangi Chloe dan tidak mau Chloe pulang ke rumahnya. Akan tetapi Chloe tetap sering pulang ke rumahnya dan dia tidak lupa mengajak Harumi serta.

"Mami. Kita pamit dulu," ucap Chloe ke Mirna yang sedang membereskan meja makan. Chloe sudah sarapan pagi dan bersiap pergi ke sekolah. Dia cium punggung tangan Mirna penuh hormat, lalu diikuti Harumi, Arsyan dan Ryota yang juga sudah selesai sarapan.

"Hati-hati ya," ucap Mirna sambil mengusap-usap kepala anak-anak bergantian.

"Okay, Mamiiiii," seru anak-anak ceria. Mirna bahagia sekali melihat anak-anaknya yang setiap hari selalu semangat pergi ke sekolah dan pulang ke rumah dengan wajah gembira. Laporan dari sekolah setiap minggunya tidak ada yang mengecewakan.

Mirna antar anak-anak menuju pintu depan. Tampak mobil van mewah sudah menunggu di pekarangan rumah depan. Lalu anak-anak berebut menyalami Anwar yang baru pulang dari jogging mengelilingi rumahnya.

Mirna melempar senyumnya ke arah Anwar yang berjalan ke arahnya setelah mobil yang mengantar anak-anak ke sekolah ke luar dari pagar rumah.

"Abaaaaang," teriak Mirna yang tak menyangka Anwar langsung membopong tubuhnya dan membawanya menuju kamar.

"Bau ah. Masih lengket nih. Bauuuu...." Mirna meronta-ronta sambil memukul punggung Anwar yang basah penuh keringat.

"Nggak papa bau. Yang penting enak rasanya," ujar Anwar setelah merebahkan tubuh Mirna di atas ranjang.

Anwar tindih tubuh Mirna yang terlentang dengan menarik dua tangannya ke atas sehingga ketiak mulus Mirna terlihat sangat jelas.

"Haha. Geli, Abaaaang," rengek Mirna saat Anwar menjilat-jilat ketiaknya penuh napsu membara.

"Bau juga ketiak kamu," canda Anwar.

Mirna tatap wajah suaminya lekat-lekat. Anwar semakin memesona, meskipun usianya sudah setengah abad lebih.

"Abang makin makin deh. Tua tua keladi," ejek Mirna menggoda.

"Oh oke kalo kamu mengatakan aku tua-tua keladi. Mau aku buktikan?" Bukannya tersinggung. Anwar justru menantang.

Mirna tertawa keras dengan kepala mendongak.

Anwar buru leher Mirna dan mengecupnya dalam-dalam.

Tawa Mirna berubah menjadi desahan panjang.

"Aku kuliah hari ini, Abaaaang," rengek Mirna.

"Katanya jam sebelas siang. Masih ada waktu untuk bercinta, Sayang," bujuk Anwar dengan suara seraknya. Napasnya memburu sangat cepat.

"Aku presentasi. Jadi aku butuh waktu untuk persiapan," ujar Mirna.

"Jadi ... nggak perlu dilanjutkan?" tanya Anwar sambil mengurut pelan permukaan milik Mirna yang terbalut celana dalam.

MIRNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang