6. Sabar, Mirna

8.4K 1K 68
                                    

______

Mirna cepat-cepat pergi dari rumah Anwar pagi itu setelah sarapan dan merapikan diri. Dia tidak mau berpapasan dengan Paula saat meninggalkan rumah. Mirna sebal dengan sikap Paula yang keterlaluan. Padahal dia tidak melakukan apapun yang menyinggung Paula dan malah berusaha bersikap sebaik-baiknya.

Ternyata ketidakberuntungan Mirna di hari itu berlanjut. Dia ditakdirkan satu kelas dengan Paula. Mirna terkejut saat Paula dan teman-temannya muncul di kelas dan duduk di bangku paling depan. Paula dengan pongahnya mengusir mahasiswa yang duduk di bangku yang dipilihnya. Tampak mahasiswa itu berjalan bersungut-sungut dengan wajah sebal pindah ke bangku belakang. Duduk di dekat Mirna.

Kuliah hari itu diawali dengan perkenalan. Masing-masing memperkenalkan diri dengan menyebut nama, asal sekolah dan alasan memilih kelas internasional.

Kini giliran Mirna yang berdiri memperkenalkan diri.

"I am Mirna Elenoir Rusdi. I went to a public senior high school in Semarang (Aku Mirna Elenoir Rusdi, sebelumnya aku bersekolah di SMA Negeri di Semarang)," mulai Mirna.

Paula terkejut. Dia menoleh ke belakang.

Mirna melanjutkan kata-katanya.

"I got a scholarship offered in this program and I am really interested in accounting. Thanks (Aku mendapat beasiswa yang ditawarkan di program ini dan aku sangat tertarik mempelajari akuntansi),"

"Is it full scholarship (Kamu mendapat beasiswa penuh)?"

"Yes, Magda,"

Dosen yang bernama Magda mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mencatat sesuatu di ipad yang ada di pangkuannya.

"Must be very clever (Kamu pasti pintar sekali)...," gumam Magda dengan senyum hangat.

Tampak para mahasiswa menoleh ke arah Mirna yang kembali duduk perlahan. Mereka melempar senyum kagum ke arah Mirna. Meraih beasiswa di sebuah perguruan tinggi termahal sangatlah tidak mudah. Penuh perjuangan dan sangat menguras otak. Belum lagi mereka yang mendapat beasiswa harus tetap mempertahankan nilai terbaik agar beasiswa tidak dicabut. Mereka adalah orang-orang terpilih yang nantinya memiliki jaminan masa depan di mana saja.

Mereka tidak saja kagum dengan sosok Mirna sebagai peraih beasiswa penuh, tapi juga kagum dengan penampakan Mirna. Mirna memiliki wajah cantik dan tidak membosankan jika dipandang, matanya bulat dan indah, memikat. Tak ada perhiasan yang menempel di tangannya, meskipun hanya sebuah jam tangan. Mirna dan penampilan sederhananya.

Mirna tersenyum tipis mendengar suara Paula yang sedang mendapatkan giliran memperkenalkan diri. Suaranya terdengar sangat tegas dan bersahaja.

Awal kuliah yang cukup berkesan bagi Mirna, meski paginya dia mendapat ketidakberuntungan. Mirna sangat antusias dengan apa yang disampaikan Magda. Hampir seluruh pertanyaan yang dilempar Magda di kelas, dapat Mirna jawab dengan baik. Magda pun terkesan dengan Mirna. Di akhir kelas dia sempat berseloroh "Awal nama M memang terlahir pintar dan cakap, Me Magda, dan M lain Mirna". Mirna jadi tersanjung dengan pujian Magda. Tapi dia tidak besar kepala.

____

Saatnya makan siang di kantin. Mirna seperti sebelumnya memesan makanan yang murah saja. Dia mendatangai kantin Bu Ike.

"Bu. Aku boleh beli lauknya aja? Jadi nggak yang pake nasi. Aku udah bawa nasi dari rumah," ujar Mirna sopan.

"Oh. Boleh, Dik. Mau soto lagi?"

"Nggak, Bu. Sop ayam. Hm..., perkedelnya satu,"

Bu Ike tersenyum melihat Mirna.

"Bawa botol nggak?" tanyanya.

MIRNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang